jpnn.com - NUSAKAMBANGAN- Tarik ulur jadwal eksekusi di Nusakambangan memicu kecemasan sejumlah kuasa hukum terpidana mati.
Mereka akhirnya berupaya untuk masuk menemui kliennya. Namun, ternyata sejumlah kuasa hukum itu sempat dipingpong Kejaksaan Negeri (Kejari) Cilacap dan Petugas Lapas Nusakambangan. Diantaranya, Kuasa Hukum Bali Nine Leonard dan Kuasa Hukum Raheem Abagje, Utomo Karim dkk.
Walau begitu, akhirnya mereka menembus Pulau Penjara dengan penjagaan maksimum sekuriti tersebut. Bersama salah satu kuasa hukum terpidana mati, kemarin (6/3) Wartawan Jawa Pos Ilham Wancoko, masuk ke pulau dengan tujuh komplek penjara tersebut. Tepatnya, di Lapas Besi, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Lapas dimana Andrew, Myuran dan Raheem diisolasi.
Sekitar pukul pukul 08.30 sejumlah pengacara itu telah tiba di dermaga Wijaya Pura. Petugas penjaga dermaga langsung menolak kuasa hukum tersebut menyeberang masuk ke Pulau Nusakambangan. Padahal, sehari sebelumnya (5/3), mereka dijanjikan untuk bisa masuk.
BACA JUGA: Ini Pesan Menteri Susi kepada Para Importir Garam
Akhirnya, mereka (kuasa hukum) menghubungi Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap Eduard Kaban. Kaban saat itu hanya meminta para kuasa hukum menunggu.
Akhirnya, para kuasa hukum itu menghubungi Kepala Lapas Besi Yudi Suseno. Namun, Yudi tidak memberikan kejelasan, Yudi malah meminta agar kuasa hukum terpidana menemui Kajari Cilacap.
Sekitar pukul 11.00, para kuasa hukum masih berupaya menghubungi sejumlah orang. Akhirnya, setengah jam kemudian terdapat titik terang. Ada orang yang akan menjemput dari Lapas Besi. Mereka mendapatkan izin untuk masuk. Tidak berapa lama, beberapa perwakilan dari Kedubes Australia datang. Perwakilan Kedubes ini ikut masuk ke Nusakambanga.
Tidak lama, petugas Lapas Besi tiba di dermaga. Mereka mengajak para kuasa hukum untuk menyebrang. Menggunakan kapal kayu bermesin, dalam sepuluh menit rombongan petugas lapas dan kuasa hukum menginjakkan kaki di pulau yang dipisahkan selat Segara Anakan tersebut.
Menggunakan dua mobil milik Lapas, rombongan meluncur ke Lapas Besi. Hutan semak belukar terlihat diawal perjalanan. Setelah itu tampak komplek Lapas Terbuka yang cukup sepi. Sepanjang perjalanan tidak tampak ada orang yang hilir mudik. Setelah melewati beberapa lapas, dalam 15 menit rombongan tiba di Lapas Besi.
Untuk masuk Lapas Besi, harus melewati tanjakan. Posisi Lapas Besi cukup tinggi. Setelah turun dari mobil, sipir lapas langsung membuka pintu. Tanpa basa-basi, mereka meminta tamu untuk digeledah. Tidak terkecuali perempuan, salah satu perwakilan kedubes Australia.
Selesai digeledah, sekitar pukul 11.40 rombongan diarahkan ke pos penjaga berukuran sekitar 6 x 3 meter yang ada di tengah Lapas. Ruangan tersebut terbagi dua, satu ruangan kecil dan satu ruangan agak besar.
Di ruang itulah tampak, tiga sosok lelaki yang sedang duduk. Mereka adalah Andrew Chan, Myuran Sukumaran dan Raheem Abagje. Ketiganya, terpidana mati yang masuk daftar eksekusi gelombang dua.
Andrew saat itu memakai topi. Dia juga mengenakan jersey sebuah klub basket berwarna hitam dan memakai celana pendek warna gelap. Di sampingnya, Myuran memakai kaos warna hijau army dan celana panjang putih. Di hadapan mereka duduk lelaki berkulit hitam, Raheem Abagje yang mengenakan kaos tim nasional Brasil dan bercelana jeans.
Andrew dan Myuran sama sekali tidak tampak panik atau gusar. Dengan senyum tipis, keduanya menyambut para kuasa hukum dan perwakilan dubes Australia. Keduanya menjabat tangan semua kuasa hukum. Raheem juga tampak sangat tenang. Mukanya menunjukkan dia sangat siap dengan kondisi apapun, termasuk eksekusi mati.
Tidak berapa lama, karena ruangan pos penjaga itu penuh sesak, akhirnya rombongan dubes Australia dan Duo Bali Nine pindah ke ruang pembinaan, jaraknya sekitar 20 meter dari pos penjagaan itu. Saat itu Raheem bersama kuasa hukumnya tampak bercengkrama.
BACA JUGA: Menteri Susi Minta Petani Bisa Produksi Garam 1 juta Ton
"Terima kasih sudah datang berkunjung, pasti sangat sulit dan jauh untuk ke lapas ini," ujar Raheem.
Kuasa Hukum Raheem, Utomo Karim saat itu menyebut ada salam dari kekasih Raheem, Angela. Tidak berapa lama mereka larut dalam pembicaraan. Wartawan Jawa Pos akhirnya menuju ke ruang pembinaan, dimana Andrew dan Myuran sedang ngobrol dengan perwakilan Kedubes Australia. Andrew dan Myuran tampak begitu ramah, sesekali mereka tertawa sangat lepas.
Andrew tampak begitu riang dan Myuran sedikit pendiam, walau juga sering tersenyum. Di sepanjang lengan Andrew dipenuhi tato, walau begitu, dia tidak tampak seperti seorang kriminal. Bahkan, dia tampak lebih seperti seniman.
Di tengah pembicaraan, Andrew membuka topinya dan rambutnya yang cukup panjang terurai. Dia tampak sedikit kepanasan dan menggunakan topinya untuk berkipas-kipas.
BACA JUGA: Sebelum Juni, Seluruh DPD Golkar Sudah Musda
Tidak berapa lama, tampak seorang perempuan tua berkacamata membawa beberapa bungkusan plastis besar berwarna putih, masuk ke ruang pembinaan. Perempuan ini ternyata membagikan nasi bungkus dan minuman.
"Ini nasi bungkus, hanya ini yang bisa didapat di sekitar Lapas Besi," ujarnya pada Andrew dan Myuran.
Langsung saja, keduanya menerima nasi bungkus tersebut. Dalam nasi bungkus itu ada ada tempe dan sepotong ayam. Sebelum makan, mereka menawari wartawan Jawa Pos untuk makan. "Ayo makan," ujar Andrew sambil menaikkan nasi bungkusnya, tanda mengajak.
Dengan lahap mereka memakan nasi bungkus itu, sembari sesekali mengobrol. Myuran yang juga makan nasi bungkus yang sama tampak lebih cepat habis. Beberapa saat kemudian, Myuran kembali mengambil sebuah nasi bungkus. "Saya mau nambah," tuturnya sembari terkekeh.
Tidak lama kemudian, mereka membicarakan hal yang cukup serius. Namun, pembicaraan itu sangat lirih hingga tidak terdengar walau dalam jarak kurang dari 1,5 meter. Seorang rohaniawan yang juga ada di ruang yang sama, sempat berceletuk pada petugas sipir yang melewati ruang tersebut. "Saya mau minta dilukis sama mereka, mereka jago melukis katanya," ujarnya.
Jarum jam menunjuk pukul 14.30, Andrew dan Myuran tampak tidak lagi membicarakan sesuatu dengan perwakilan dubes Australia. Namun, petugas sipir tampak sudah bersiap-siap untuk membatasi waktu kunjungan tersebut.
Pada Jawa Pos, Myuran mengatakan sangat senang dipindah ke Lapas Besi, Nusakambangan. "Sepertinya menyenangkan di sini," tuturnya sembari melambaikan tangan ke Andrew.
Saat itu Andrew tiba-tiba menceritakan soal keberadaan Raheem Abagje. "saya sempat mengobrol dengan Raheem. Ternyata Raheem bukan nama aslinya, itu paspor palsu," paparnya sembari tersenyum. Salah satu perwakilan kedubes lalu kembali mengajak ngobrol Andrew.
Saat Myuran ditanya soal pesannya pada pemerintah dan masyarakat Indonesia, dia langsung mengernyitkan dahi. "Aku tidak bicara soal itu," tuturnya. Lalu dia memanggil salah satu perempuan perwakilan dubes Australia.
Perempuan itu langsung menjelaskan bahwa pernyataan keduanya sangat sensitif. Sehingga, jangan bertanya macam-macam. "Maaf, tapi jangan seperti ini," tutur perempuan bule itu dalam bahasa Indonesia.
Akhirnya, sekitar pukul 15.00 kunjungan ke Lapas Besi selesai. Setelah berpamitan ke Myuran, Andrew dan Raheem. Rombongan keluar dan langsung menuju ke dermaga. Kuasa Hukum Raheem Abagje menuturkan bahwa Raheem memang tampak siap dengan kondisi apapun.
"Namun, dia masih mempertanyakan sejumlah hal. Terutama, masih banyaknya pengedar kelas kakap yang bebas, walau telah disebutkan para terpidana pada polisi," paparnya. (idr)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Antara Jokowi-JK, Gas Langka, Nawa Duka dan Munculnya Begal
Redaktur : Tim Redaksi