jpnn.com - JAKARTA - Jajak pendapat terakhir Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tentang calon presiden (capres) 2014 dengan mengesampingkan nama Prabowo Subianto dan Joko Widodo dinilai sebagai upaya penggiringan opini untuk mengerucutkan pemilih ada figur tertentu. Karenanya, kesan tendensius dalam survei LSI terakhir itu pun tak bisa ditampik karena sengaja memisahkan kandidat capres potensial.
Menurut pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ari Dwipayana, upaya mengesampingkan kandidat capres potensial sekaligus memublikasikan hasil surveinya jelas bertujuan untuk memengaruhi opini publik terhadap kandidat tertentu. Terlebih lagi, survei LSI yang dirilis Minggu (20/10) itu mengerucut pada dua figur saja, yakni Aburizal Bakrie dan Megawati Soekarnoputri.
BACA JUGA: LPSK Didesak Cabut Perlindungan terhadap Tersangka Pemerkosaan
"Dengan cara meletakan Jokowi dan Prabowo di keranjang yang lain, maka peta pertarungan dalam Pilpres seolah-olah antara Mega versus Ical (Aburizal, red). Ini bisa memengaruhi penilaian pemilih karen hanya diberi dua pilihan," ujarnya saat dihubungi, Senin (21/10).
Lebih lanjut peraih gelar doktor setelah meneliti pembiayaan partai politik itu memertanyakan alasan LSI mengesampingkan Prabowo dan Jokowi dalam survei terakhir. Dari survei LSI, Prabowo dan Jokowi diistilahkan sebagai "capres wacana". Nama Prabowo dikesampingkan dengan alasan Gerindra tak akan akan mencapai presidential threshold, sedangkan Jokowi tak dimasukkan hitungan di Pilpres mendatang karena bukan pengambil keputusan di PDIP.
BACA JUGA: Presiden SBY: Jangan Suka Berobat ke Luar Negeri
Ari juga mengatakan, mengerucutnya nama Megawati dengan Ical juga janggal. Sebab, Megawati belum memutuskan untuk maju di Pilpres mendatang. "Yang sudah jelas baru Ical, itu pun masih dipersoalkan secara internal," terangnya.
Sedangkan Usman Hamid, mantan Koordinator KontraS yang kini memimpin lembaga kajian Public Virtue Institute, menilai pengesampingan nama Jokowi dari survei Pilpres jelas mengherankan. Menurutnya, dari penelitian Public Virtue Institute justru menunjukkan bahwa Jokowi mendominasi percakapan tentang politik di media sodial.
BACA JUGA: Dorong Mahfud MD Nyapres, Ajak Masyarakat Saweran
"Jadi agak susah mengatakan "capres wacana." Jokowi itu itu bukan saja media darling, tapi juga sekaligus people darling. Kami meprediksikan Jokowi akan membawa Jakarta Baru ke Indonesia baru," pungkasnya. (ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kaget Dengar Tuntutan, Fathanah Siapkan Kejutan
Redaktur : Tim Redaksi