jpnn.com, JAKARTA - Anggaran pendidikan yang mengalami peningkatan signifikan di RAPBN 2019 dinilai tidak akan bisa meningkatkan mutu. Pasalnya, tenaga pendidik di tanah air masih didominasi guru honorer. Itupun digaji sangat rendah sehingga memengaruhi kinerja guru honorer. Mereka harus mencari penghasilan tambahan untuk menghidupi keluarga.
"Anggaran sih boleh gede, Rp 505,8 triliun tapi saya pesimistis akan bisa meningkatkan mutu pendidikan di tanah air," kata Ramli, Senin (19/8).
BACA JUGA: Ketum Ikatan Guru: Pemerintah Berpura-pura Berpihak pada Pendidikan
Dia menuding pemerintah hanya mengelabui masyarakat terutama guru. Sebab, meski anggaran pendidikan besar tapi masih banyak guru honorer digaji Rp50 ribu per bulan. Ironisnya lagi, banyak sekollah yang diisi oleh guru honorer.
BACA JUGA: Bagi Honorer K2, Merdeka Itu Jika Diangkat jadi PNS
BACA JUGA: Mendikbud Muhadjir: Coba Tengok Guru Honorer, Gajinya Kecil Tanpa TPG
"Lantas dana pendidikan yang besar itu larinya ke mana? Bayar gaji PNS? Kan jumlah guru PNS lebih sedikit daripada honorer. Sedangkan guru honorer gajinya di bawah upah minimum regional," terangnya.
Kalau dipakai untuk sarana prasarana sekolah (sarpras), tapi masih banyak yang rusak. Fasilitas seadanya dan gedung-gedung sekolah tak maksimal dibenahi
BACA JUGA: RAPBN 2020: Anggaran Pendidikan Tembus Rp 500 Triliun
'Intinya ini hanya pencitraan. Berpura-pura berpihak pada pendidikan tapi dananya disebar ke mana-mana," tandasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gaji Guru Honorer Naik Mulai Bulan Depan, Berlipat-lipat
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad