Anggota DPR pun Datang Minta Diterap

Minggu, 22 September 2013 – 04:32 WIB
Andreas Pasolympia. Foto: Jawa Pos

jpnn.com - Lahir prematur dan pernah terserang toksoplasma, Andreas Pasolympia kini tumbuh menjadi pribadi yang hebat. Pada umur yang masih 21 tahun, dia sudah dikenal sebagai pakar komunikasi dan pengembangan diri. Kliennya ratusan, mulai mahasiswa hingga pengusaha dan anggota DPR.

SEKARING RATRI A., Jakarta

BACA JUGA: Sekali Tampil untuk Lomba, Rp 3 Juta Sudah di Tangan

Andreas Pasolympia memiliki impian suatu hari nanti bisa menjadi pakar komunikasi dan pengembangan diri ternama. Dia ingin menjadi motivator andal seperti Mario Teguh atau pakar marketing populer Tung Desem Waringin.

Jalan menuju impiannya itu pun sudah terbuka lebar. Andreas telah memiliki lembaga yang bergerak di bidang pengembangan diri dan komunikasi sendiri. Namanya Sang Pemenang Institute.

BACA JUGA: Berubah setelah Berkali-kali Ditangkap Petugas Trantib

Lembaga tersebut langsung terkenal karena kehebatan Andreas dalam memotivasi seseorang. Kliennya sudah mencapai ratusan orang. Mulai teman-teman kuliah, kalangan profesional, hingga anggota DPR.

’’Untuk teman-teman, biasanya saya memosisikan diri sebagai teman curhat. Tapi, kalau kalangan profesional, saya berperan jadi mentor,’’ papar Andre, sapaan Andreas, saat ditemui di Mal Grand Indonesia, Jumat malam (20/9).

BACA JUGA: Konsisten Jaga Mutu dan Bikin Pertunjukan Eksperimental

Dari segi kapasitas, Andre tidak perlu diragukan. Di bidang komunikasi dan pengembangan diri, pemuda asal Semarang tersebut mengantongi lebih dari 70 sertifikat Neuro Linguistic Programing (NLP). NLP adalah sebuah pendekatan komunikasi, pengembangan pribadi, serta psikoterapi yang diciptakan Richard Bandler dan John Grinder dari Amerika Serikat.

Permasalahan klien yang ditangani Andre cukup beragam. Untuk klien teman-teman kampusnya, mayoritas adalah kaum hawa. Umumnya terkait dengan hubungan asmara.

’’Kebanyakan mereka gagal move on. Mereka mengaku nggak bahagia tanpa si doi. Padahal, itu yang bermain ego. Itu cinta palsu. Nah, saya akan bantu mereka perlahan-lahan melepaskan cinta palsu itu,’’ paparnya.

Andre pernah menghadapi rekannya yang bermasalah dengan orientasi seksual. Temannya itu seorang homoseksual yang ingin sembuh. ’’Dia bilang, sekalipun gay, dalam lubuk hati, dia merasa dan tahu bahwa itu (homoseksual) nggak sesuai dengan kaidah agamanya. Setelah saya terapi, dia bisa sembuh,’’ ujar mahasiswa akselerasi S-2 Corporate Communication, London School of Public Relations, itu.

Kemudian, ada juga anggota DPR yang mengalami masalah dengan public speaking. Andre mengajak yang bersangkutan ke puncak gedung tinggi untuk mempelajari teknik public speaking yang benar.

’’Saya minta dia menirukan gaya saya, bahasa tubuh hingga perkataan yang saya ucapkan waktu berada di tempat tinggi tersebut. Setelah beberapa kali menirukan, dia bilang ’Wah, saya sudah mirip Bung Karno’,’’ ungkapnya lantas tersenyum.

Ada juga klien Andre yang notabene berprofesi serupa dengan dirinya, yakni seorang trainer. Klien itu punya kebiasaan unik saat berbicara di depan umum. Secara tidak sadar, dia menggeser badannya selangkah demi selangkah hingga ke ujung panggung.
’’Dia punya symptom (gejala), kalau grogi atau takut, geser-geser sendiri. Itu harus diterapi alam bawah sadarnya supaya rasa takutnya hilang,’’ jelas putra pasangan Agus Santoso dan Anastasia Resiana tersebut.

Namun, tidak sedikit klien yang salah alamat. Ada yang datang kepada dirinya meminta kesaktian atau ilmu membaca pikiran. Ada juga yang menginginkan Andre bisa mengubah perilaku orang lain.

’’Misalnya, ada cewek yang cowoknya selingkuh terus. Dia minta kepada saya agar si cowok nggak selingkuh lagi. Padahal, itu nggak bisa,’’ ungkap pemuda kelahiran 24 Juli 1992 tersebut.

Sebagai pakar komunikasi dan pengembangan diri, Andre sudah biasa berbicara di depan umum. Karirnya terus meningkat. Dalam pergaulan, dia juga pribadi yang baik. Padahal, sejatinya Andre memiliki ’’kecacatan’’ yang mampu disembunyikan.

Memang, sekilas tidak ada yang aneh dengan penampilan fisik Andre. Namun, dia pernah terserang toksoplasma sehingga memiliki kelainan saraf pada otaknya. Akibatnya, setiap merasa kelelahan, penglihatannya akan terganggu. Objek benda yang dia lihat akan tampak bengkok-bengkok.

’’Kalau capek banget, tenaga terforsir, objek yang saya lihat jadi bengkok. Semakin capek bisa semakin bengkok objeknya. Sampai, kadang-kadang saya nggak mengenali orang yang lewat, sekalipun itu teman sendiri,’’ paparnya.

Dia mengisahkan, dirinya lahir dalam kondisi prematur. Berat badannya saat lahir hanya 1,4 kilogram. Tidak hanya sangat kecil, Andre juga terserang toksoplasma yang mengakibatkan gangguan saraf di otaknya. Saat itu, dokter mengatakan, kecil kemungkinan Andre bisa bertahan hidup. Apalagi, dua kakak perempuannya mengalami kondisi serupa dan keduanya meninggal.

’’Kasus saya itu sampai dibikin tesis oleh dokter yang merawat saya. Sebab, kasus saya sama dengan kakak-kakak saya,’’ kenangnya.

Untungnya, orang tua Andre tidak menyerah. Sejak kecil, Andre tidak pernah absen dari air susu ibu (ASI). Dengan begitu, daya tahan Andre kecil lebih kuat terhadap penyakit. Dia juga tumbuh normal meski agak lambat.

’’Istilahnya, motorik kasar saya itu lambat. Misalnya, saya lambat berjalan dan lainnya. Orang tua sempat khawatir saya nggak bisa bersekolah di sekolah normal,’’ ujarnya.

Dengan berbagai upaya, Andre akhirnya bisa bersekolah di sekolah umum. Namun, saat masih duduk di SD, dia kerap di-bully teman-temannya. Sebab, dia lemah dalam kegiatan yang melibatkan fisik seperti olahraga. ’’Ya diejek gendut lah, cacat lah. Sampai pernah dilempar topi hingga berdarah,’’ katanya.

Meski begitu, Andre tidak menaruh dendam. Bahkan, sejak kecil dia terdorong untuk menolong dan menyembuhkan orang lain. Dia sempat berpikir untuk menjadi dokter. Tapi, hal itu sulit terwujud karena Andre langsung pingsan bila melihat darah.
Akhirnya, dia memilih mempelajari ilmu pengobatan energi reiki. Saat kelas 5 SD, dia sudah menguasai tingkat master reiki.
Sejak mendalami reiki, Andre mulai tertarik pada bidang hipnosis. Dia banyak membaca buku yang membahas hipnosis dan ilmu pengembangan diri. Dia juga mulai menemukan passion-nya ketika bergabung dalam grup drama sekolah.

’’Saya dapat peran utama terus waktu sekolah. Saat itulah saya merasa pede dengan diri saya,’’ tutur penghobi game online tersebut.

Dari situ, Andre memilih jurusan public relations saat kuliah. Namun, dia sadar, penyakitnya bisa menyerang sewaktu-waktu. Misalnya, yang terjadi pada Februari lalu. Tiba-tiba penglihatannya mengalami gangguan. Objeknya tidak sekadar bengkok, tapi berputar 180 derajat. Karena itu, saat dia melihat orang di depannya, yang tampak tubuh orang itu terbalik: kaki berada di atas, kepala di bawah. Selain itu, ada cahaya mirip blitz yang menghalangi pandangannya. Otomatis, Andre tidak bisa mengenali orang-orang yang berbicara atau menyapanya.

Kejadian tersebut berlangsung selama hampir sebulan. Saat itu, dia merasa sangat down. Ketika diperiksakan, dokter memvonis penyakitnya susah disembuhkan. Tapi, Andre tidak menyerah. Dia lantas mempraktikkan ilmu reiki untuk penyembuhan diri. Saat itulah dia merasa seperti terasing karena tidak bisa mengenali orang-orang di sekitarnya.

’’Saya sampai dibilang sombong. Padahal, saya benar-benar tidak bisa melihat secara jelas orang yang menyapa atau mengajak bicara saya,’’ ujarnya.

Untungnya, ketekunan dan kerja keras Andre menyembuhkan penyakitnya cepat membuahkan hasil. Pelan tapi pasti, penglihatannya bisa kembali normal sampai saat ini.

Meski harus hidup ’’cacat’’, pemilik nama lengkap Andreas Anaya Pasolympia itu tetap optimistis dengan impiannya. Andre percaya hidupnya adalah sebuah keajaiban.

’’Saya bisa hidup sampai sekarang itu keajaiban. Karena itu, saya sangat bersyukur diberi keajaiban,’’ tegas salah seorang di antara 60 mahasiswa dalam program Merry Riana Campus Ambassador yang berkesempatan berguru langsung kepada Merry Riana, motivator perempuan nomor satu di Asia, tersebut. (*/c5/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Krisis Ekonomi Tidak Membuat Pengusaha Kendur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler