Anggota KKB Memerkosa, Menjarah Kios, Rampas HP Warga

Jumat, 17 November 2017 – 01:36 WIB
Imam Parjono. Foto: FACHRUDDIN AJI/RADAR TIMIKA/JPNN.com

jpnn.com, MIMIKA - Warga di Kampung Banti dan Kimbeli, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua, yang dikuasai kelompok kriminal bersenjata (KKB), mulai terserang penyakit.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu, Imam Parjono yang berasal dari masyarakat yang berada di Wilayah Kimbeli. Hal ini disampaikannya saat ditemui di kediamanya, Rabu (15/11) lalu.

BACA JUGA: 150 Balita di 2 Desa yang Dikuasai KKB, Kondisi Menyedihkan

Ia menyampaikan, dari informasi yang didapatnya dari masyarakat yang ada di daerah konflik tersebut saat ini masih ada warga yang bertahan di tempat tersebut. Dan saat ini kondisi warga sudah mulai sakit-sakitan.

"Saat ini kondisi warga mulai terserang penyakit, seperti flu dan pilek," katanya.

BACA JUGA: Politikus PDIP Curiga Ada Pemasok Senjata ke KKB

Parjono berpendapat, sakitnya penduduk yang berada di lokasi tersebut kemungkinan disebabkan oleh tekanan psikologis dan juga rasa takut yang mereka rasakan. Karena situasi di malam hari cukup mencekam, dibandingkan dengan siang hari.

Kata Parjono, dari info terakhir yang didapatnya, sudah tidak ada anggota KKB bersenjata di lokasi tersebut.

BACA JUGA: Motif Ulah KKB Sudah Jelas, Pemerintah RI Jangan Terjebak!

Akan tetapi berganti dengan kelompok dengan senjata panah, yang kerap melakukan patroli di sekitar permukiman penduduk yang ada di wilayah tersebut.

Selain melakukan patroli, kelompok tersebut juga melakukan penjarahan terhadap kios-kios yang ditinggalkan oleh para pemiliknya untuk mengungsi.

Ia melanjutkan para pemilik kios dan juga penduduk yang sebagian besar merupakan anak-anak dan ibu-ibu sudah mengungsi ke gereja di Banti, sejak beberapa minggu lalu, setelah adanya kejadian pemerkosaan.

Selain melakukan patroli, para anggota KKB ini juga melakukan perampasan terhadap telepon genggam, yang dimiliki oleh warga yang berada di wilayah tersebut.

"Anak-anak dan ibu-ibu itu serta pemilik kios-kios ini sudah berada di gereja di Banti sejak beberapa minggu lalu. Mereka mengungsi, karena KKB juga melakukan perampasan telepon genggam milik warga yang ada di sana," kata Parjono.

Kata dia, ada sekitar 113 orang Jawa yang berada di daerah konflik tersebut, dan 63 diantaranya berasal dari Demak, dan sisanya campuran.

Dia menambahkan, saat ini pihaknya dan pemerintah daerah membuat sebuah posko bagi para pengungsi, yang dipusatkan di tiga tempat, yakni Gedung Tongkonan di Jalan Sam Ratulangi, Sekretariat KKJB dan Gedung Eme Neme Yauware.

Ia pun berharap, pemerintah daerah dan kepolisian serta TNI secepatnya melakukan evakuasi terhadap para warga yang berada di area konflik tersebut.

Meskipun dirinya juga sadar bahwa hal tersebut juga cukup sulit, namun ia yakin aparat bisa melakukan hal tersebut. Ia juga mengatakan pemerintah pusat juga harus melihat hal tersebut dan segera bereaksi.

"Saya hanya berharap evakuasi bisa dilaksanakan segera. Karena lihat keadaan mereka yang sakit-sakitan ini saya khawatir, belum dievakuasi sudah ada yang meninggal duluan," ungkapnya.

Ditanya mengenai kejelasan apakah warga disandera ataukah terisolasi, Parjono menegaskan bahwa warga di wilayah konflik tersebut disandera.

Karena bila terisolasi itu terkena bencana alam. Tetapi dalam hal ini ada jalan yang terbuka namun sengaja ditutup, dan dilarang keluar dari daerah tersebut.

"Jalan yang sehat ini dipotong, dan kalau ingin keluar dilarang," pungkasnya. (eye)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah 2 Anggota Polri Gugur Ditembak KKB, Lantas?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler