jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Tugas Ratmono menolak wacana mengurangi jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta.
Dia menolak wacana pengurangan jumlah tenaga kesehatan yang ada untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi.
BACA JUGA: PPKM Level 4 Diperpanjang, Pekerja di Sektor Informal Paling Terdampak
"Memang harus mengantisipasi kemungkinan terburuk," ujar Mayjen TNI Tugas Ratmono di Jakarta, Senin (26/7).
Menurut Mayjen Tugas Ratmono, jumlah pasien COVID-19 di RSDC Wisma Atlet sebanyak 878 orang pada 17 Mei.
BACA JUGA: Bang Saleh Minta Pekerja Informal juga Dapat Bantuan Subsidi Upah
Jumlah tersebut berarti angka hunian di bawah 20 persen.
Angka ini jauh di bawah puncak sebelumnya pada 24 Januari 2021 sebanyak 5.036 pasien.
BACA JUGA: Ternyata Sudah Ada Sekolah Mulai Belajar Tatap Muka
Rendahnya jumlah pasien ketika itu membuat banyak kalangan mendesak RSDC Wisma Atlet Kemayoran mengurangi jumlah tenaga kesehatan secara signifikan.
Namun, hal tersebut ditolak dengan tegas oleh Mayjen Tugas.
Dokter militer asal Kebumen Jawa Tengah tersebut mengatakan, ketika RDSC Wisma Atlet mengumumkan daya tampung 5.994 tempat tidur, maka tenaga kesehatan pun harus siaga untuk jumlah itu.
Dia memahami dinamika pandemi COVID-19 sewaktu-waktu bisa melesat secara tiba-tiba.
Selain itu, penolakan pengurangan tenaga kesehatan juga berdasarkan analisis data-data lapangan.
"Banyak permintaan agar tenaga kesehatan di sini dikurangi, tetapi permintaan itu kami tolak," ucapnya.
Sebab, lanjutnya, fasilitas kesehatan harus selalu bersiaga menghadapi kemungkinan terburuk.
Apalagi, pada Mei terjadi arus mudik. Seperti sebelumnya, setelah libur panjang kasus COVID-19 naik.
"Kita tidak ingin tidak siap jika kasus tiba-tiba naik," ucapnya.
Sebelumnya, dia juga melakukan tindakan yang sama pada 28 Oktober 2020 lalu.
Saat itu angka hunian di RSDC Wisma Atlet Kemayoran tinggal 17 persen dan pasien yang dirawat hanya di tower lima saja.
Melihat penurunan drastis di RSDC, Satgas penanganan COVID-19 meminta Mayjen TNI Tugas Ratmono melakukan relaksasi tenaga kesehatan dengan memulangkan ke berbagai daerah.
Permintaan tersebut lagi-lagi tidak bisa dipenuhi oleh RSDC karena Tugas Ratmono melihat adanya potensi kenaikan kasus COVID-19 akibat libur panjang 28 Oktober hingga 2 November 2020.
Keputusan itu terbukti tepat.
Terbukti, pada Juni hingga Juli 2021 kasus COVID-19 di Indonesia melesat tajam.
Bahkan, Indonesia sempat menjadi episentrum COVID-19 di dunia.(Antara/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Ken Girsang