Angkat Budaya Lokal Lewat Novel

Minggu, 04 Desember 2011 – 13:43 WIB

MAKASSAR - Universitas Muhammadiyah Makassar kembali menggelar bedah buku yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Bontang (HMB), Sabtu (3/12).  Di Gedung Auditorium AL-Amien UNISMUHKali ini menghadirkan Nur Alim Djalil sastrawan dan Dewan Redaksi Harian Fajar (JPNN Grup), Gegge Mappangewa sastrawan dan Dewan Pertimbangan FLP SULSEL, dan Muhammad Nursyam ketua FLP Makassar

BACA JUGA: Mutu Guru Bersertifikasi Diragukan



Ketiga pembedah dengan senang hati berbagi ilmu dan pengalamannya selama menjadi seorang sastrawan
Filosofi berbagi sepertinya memang menjadi bagian hidup mereka

BACA JUGA: Dua Kali DAK Pendidikan Tak Terpakai

Terbukti, Nur Alim Djalil melahirkan buku Balada Sandal Jepit, Misteri dari Pantai Waiara, Gadis Angan-angan, dan masih banyak lagi


Tentang Buku "Sarifah", menurut Nur Alim Djalil mengungkapkan "novel Sarifah menawarkan pesan-pesan moral yang terjadi secara rill di lingkungan sekitar"

BACA JUGA: Sentralisasi Guru Mulai Dikaji

Buku yang berisikan tentang wanita yang memilih setia pada pilihan hidupnya mengajarkan kita sebagai manusia untuk tetap mempertahankan hak kita, terangnya.

Namun, menurut Gegge Mappangewa, dalam buku tersebut menceritakan latar yang unik dengan mengangkat kearifan lokal yang berasal dari daerah tibonaDimana dalam isi buku Sarifah Barra Tobarani, Lahajji, Sallasa, dan Mattorang merupakan figur yang terus mempertahankan tanah dari pihak perkebunan yang didukung pemerintahBarra Tobarani yang berada di garis depan kemudian memprakarsai terbentuknya sebuah LSM demi membebaskan penduduk dari teror yang datang silih bergantiTapi usaha itu sepertinya selalu menemui jalan buntuBegitulah bagian sinopsis buku Sarifah, ungkapnyaDengan adanya buku seperti ini diharapkan motivasi pembaca untuk bisa berkarya dalam menulis, terangnya.

Diakui, Muhammad Nursyam  buku yang di tulis Dul Abdul Rahman menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi di sebuah daerah dengan memunculkan kearifan lokal yang benar-benar terjadi sehingga Konflik demi konflik datang silih berganti mewarnai perjalanan hidup Barra Tobarani dan LamakkingJika Barra Tobarani sibuk memperjuangkan tanahnya maka Lamakking tidak kalah gigih dalam memperjuangkan cintanya pada Sarifah, ungkapnya.

Menurut Ketua Panitia penyelenggara, Syifa Isnaini  "kita mengangkat kearifan lokal melalui bedah buku sehingga kita ingin menciptakan minat baca bagi mahasiswa, yang saat ini sudah mulai hilang dan sekali lagi kami menekankan dalam buku sarifah ini kearifan lokalnya sangat di tonjolkanDiharapkan dengan adanya bedah buku masyarakat bisa menilai bahwa mahasiswa saat ini mampu membangun budaya ilmiahnya" imbuhnya(m06)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cegah Contek Berjamaah, Lembar Jawaban UN Dipelototi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler