jpnn.com - Calon Presiden (Capres) RI Anies Baswedan menanggapi keprihatinan mayoritas intelektual kampus terhadap kondisi darurat demokrasi.
Anies mengungkapkan bahwa dalam sistem politik demokrasi, ada saluran-saluran yang dipakai untuk menyuarakan aspirasi masyarakat, yakni DPR dan partai politik.
BACA JUGA: Anies Baswedan Singgung Artikel yang Ditulis Pak Jokowi, Oalah
Ketika saluran-saluran itu berfungsi, katanya, maka akademisi di kampus-kampus akan berkonsentrasi pada urusan pendidikan dan urusan penelitian.
"Karena proses politik berjalan. Apa yang menjadi aspirasi publik diproses," kata dia di acara Desak Anies di Semarang, Jawa Tengah, Senin (5/2).
BACA JUGA: Ketua KPU Melanggar Etik, Anies: Segala Sifat Buruk Nanti akan Terlihat
Namun, ketika yang menjadi aspirasi publik itu tidak lagi diungkapkan oleh partai-partai politik dan dewan, bahkan yang terjadi justru penseragaman maka mampetlah saluran demokrasi.
"Terjadi kemampetan. Maka aspirasi itu mencari jalur baru. Kampus menjadi artikulator ketika aspirasi itu mampet,” ujar Anies.
BACA JUGA: KPU Melanggar Etik soal Pencalonan Gibran, KPI: Rakyat Harus Tolak Paslon 02
Eks gubernur DKI Jakarta itu mengungkapkan ketika kampus-kampus menyuarakan pendapat, artinya ada aspirasi yang mampet lantaran tidak diutarakan dalam saluran-saluran politik yang ada.
“Di situ kemudian kampus bergerak dan menyuarakan, karena di situ kampus tempat kaum cendekia membaca situasi apa yang terjadi," tuturnya.
Akan tetapi, kata Anies, para akademisi juga tahu ini bukan wilayah yang mereka perlu terlibat secara langsung, ketika proses politik berjalan.
"Tetapi ketika itu mampet, mereka bersuara,” ujar mantan Mendikbud RI tersebut.
Capres dari Koalisi Perubahan itu juga menegaskan bahwa kampus tidak berpolitik secara partisan, tetapi secara kenegaraan.
"Jangan menganggap kampus partisan, karena kampus itu pandangannya beda-beda. Datang ke UGM, pandangannya beda-beda. Datang ke Undip, pandangannya beda-beda. Tetapi begitu sampai pada urusan etika, urusan tata negara mereka berpandangan sama," terangnya.
Menurut Anies, jangan merendahkan proses demokrasi dan etika apa pun afiliasi partai politiknya.
"Jadi, ini pertanda demokrasi sedang dilucuti. Kebebasan berbicara turun luar biasa, oposisi yang mengambil posisi kritis pada negara dikuyo-kuyo, pemilu yang bebas," ucapnya.
Oleh karena itu, mantan rektor Universitas Paramadina itu masih akan melihat bagaimana demokrasi akan berjalan pada Pilpres 14 Februari nanti.
"Pekan depan kita akan menyaksikan apakah Indonesia punya demokrasi yang matang atau mengalami kemunduran demokrasi," kata Anies Baswedan.(*/jpnn.com)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam