BACA JUGA: Cikini Gold Center Masuki Topping Off
"Awalnya kami berencana menjajakan surat utang sebesar Rp 1,5 triliunKelebihan permintaan itu memaksa manajemen mengubah skenario
BACA JUGA: Beras Adan Dapat Hak Paten
Opsi paling tepat yang diambil dari perubahan skema awal itu adalah dengan menaikkan nilai obligasi berdenominasi rupiah tersebutBACA JUGA: Kementan Kembangkan LM3 Model
"Ya, kami lihat dan sesuaikan dengan kebutuhan,” imbuhnya.Bimo menyebut investor lokal institusi masih mendominasi permintaan tersebutMengenai hasil obligasi tahap I bakal digunakan untuk sejumlah kebutuhanDiantaranya sebesar Rp 674 miliar atau 22,46 persen untuk investasi rutin pada unit-unit bisnis ANTMHal itu dimaksuddkan guna menunjang kinerja operasional dan memelihara stabilitas produksi dalam bentuk pembangunan prasarana dan bangunan, serta pembelian mesin dan alat produksi
Sementara alokasi untuk unit bisnis pertambangan nikel Sulawesi Tenggara sekitar 5,40 persen, unit bisnis pertambangan nikel Maluku Utara sekitar 8,73 persen, unit bisnis pertambangan emas sekitar 8,33 persenSisanya, sebesar Rp 2,326 triliun atau 77,54 persen akan dipakai untuk pengembangan usahaDiantaranya, belanja modal untuk renovasi, perbaikan, dan modernisasi pabrik Feronikel di Pomalaa.
Sukses penerbitan obligasi tahap I itu tidak membuat manajemen gegabahMereka berusaha mengerem untuk tidak buru-buru menerbitkan surat utang tahap selanjutnyaAlasannya, saat ini manajemen masih berkonsentrasi menyelesaikan penerbitan obligasi tahap I”Kita lihat saja perkembangan market,” elaknya(far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ABM Investama Bidik Pendapatan Rp 6,75 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi