Antara Sinead O’Connor Si Tak Terbandingkan & Pembakar Al-Qur'an

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 28 Juli 2023 – 18:01 WIB
Penyanyi Irlandia Sinead O’Connor yang kondang dengan Nothing Compares 2 U. Foto: Kieran Frost/Redferns

jpnn.com - Penggemar musik, terutama yang cukup senior, hampir pasti mengenal Sinead O’Connor. Penyanyi kelahiran Irlandia itu meraih popularitasnya pada era 1990-an dengan lagunya yang sangat kondang, Nothing Compares to You yang sering ditulis menjadi Nothing Compares 2 U.

Sinead meninggal dalam usia 56 tahun. Penyebab kematiannya tidak diumumkan.

BACA JUGA: Ilhan Omar, Rasmus Paludan, dan Borok Demokrasi Barat

Akan tetapi, dengan perjalanan hidup yang kontroversial penuh liku-liku, Sinead diperkirakan meninggal dalam penderitaan. Beberapa tahun terakhir ia dicekam duka yang mendalam setelah anaknya, Shane O’Connor, meninggal akibat bunuh diri pada Januari 2022.

Sinead meninggal sebagai muslimah. Ia masuk Islam pada 2018 dan mengganti namanya menjadi Shuhada Sadaqat.

BACA JUGA: Rasmus Paludan

Pesohor kelahiran 8 Desember 1966 itu pun lebih sering mengenakan hijab.  Keputusan menjadi muslimah adalah perubahan drastis pada kehidupan Sinead. 

Sebagai orang Irlandia, Sinead O’Connor lahir dalam tradisi Katolik yang sangat ketat. Ia dididik dalam kehidupan Katolik yang kuat.

BACA JUGA: Firaun Versi Tiktoker Syarifah Alkaff

Namun, jiwa pemberontaknya sudah muncul sejak remaja. Sinead suka mengutil hingga akhirnya tertangkap dan dimasukkan ke pusat rehabilitasi mental selama 18 bulan.

Ternyata justru di rumah sakit jiwa itulah bakat Sinead dalam bermusik mengemuka. Seorang guru musik yang mengajar di rumah sakit itu terperangah menyaksikan bakat musik Sinead dan tekniknya dalam bernyanyi.

Tidak menunggu lama, Sinead ditawari masuk dapur rekaman dan namanya langsung meledak ke seluruh dunia.

Potongan rambutnya yang plontos menunjukkan jiwa pemberontakannya yang kuat. Tidak ada satu pun artis perempuan pada era 1980-1900-an yang berani tampil dengan kepala plontos.

Sinead O’Connor berani melakukannya. Setelah dia terkenal, model rambutnya banyak ditiru artis lain.

Vokal Sinead Connor sangat khas. Dia menyanyikan Nothing Compares 2 U dengan penghayatan penuh.

Sinead meneteskan air mata pada bagian akhir klip video lagu itu. Kehidupannya yang serbaslebor menjadikan jiwanya kuat  sekaligus rentan.

Ia menikah sampai enpat kali. Punya beberapa anak, tetapi mengaku lesbian dan punya hubungan dengan tiga wanita.

Sinead beberapa kali berusaha mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Namun, bukan itu saja kontroversinya.

Pada 1992, Sinead memberikan wawancara pada acara Saturday Night Live di  Amerika. Dalam wawancara itu ia merobek foto Sri Paus Paulus II.

Tindakan ekstrem ini memicu kontroversi di seluruh dunia. Akan tetapi Sinead bergeming dan ia tetap keukeuh pada pandangannya yang kritis terhadap gereja.

Perjalanannya mencari kebenaran iman membawanya mempelajari semua kitab suci agama-agama, termasuk Islam. Sinead O’Connor yang mempunyai gairah sangat besar dalam menemukan kebenaran membaca dan mempelajari kitab-kitab suci dengan tekun. 

Ia ‘bertapa’ selama lima tahun, lalu muncul lagi dan mengumumkan bahwa ia memeluk Islam. Ia tidak mau disebut sebagai ‘convert’ atau pindah agama.

Ia menyebut dirinya kembali kepada Islam. Baginya, siapa pun yang masuk Islam berarti kembali kepada agama yang benar.

Ia menemukan kebenaran dalam pengembaraannya, dan akhirnya mengakui kebenaran agama baru yang dianutnya.

Kematian Sinead O’Connor bertepatan dengan gonjang-ganjing politik Eropa karena munculnya aksi pembakaran Al-Quran di Swedia dan Denmark.

Rasmus Paludan, politikus sayap kanan Swedia melakukan protes berkepanjangan terhadap Islam dengan membakar Al-Quran. Bagi Paludan, Islam adalah agama kekerasan yang mengalirkan darah dan memunculkan banyak korban nyawa.

Seorang imigran Swedia asal Irak, Salwan Momika, melakukan hal yang sama. Saat Iduladha lalu, dia melakukan demonstrasi dengan membakar Al-Quran di depan di sebuah masjid di Stockholm.

Undang-undang di Swedia tidak melarang pembakaran kitab suci agama apa pun. Karena itu, Momika tidak bisa ditangkap.

Namun, reaksi dunia Islam sangat keras. Protes keras dari berbagai negara dilayangkan kepada pemerintah Swedia.

Kantor Kedutaan B esar Swedia di Irak dan di beberapa negara Islam dikepung oleh muslim yang berunjuk rasa. Mereka menuntut Momika diekstradisi untuk dihukum di Irak.

Kebencian akibat salah paham terhadap Islam menjadi fenomena yang luas di Eropa. Islamofobia masih menjadi fenomena yang umum di banyak wilayah Eropa.

Akan tetapi, bersamaan dengan itu, makin banyak orang-orang Eropa yang tertarik kepada Islam dan menjadi mualaf.

Fenomena Sinead O’Connor menunjukkan bahwa mereka yang mempelajari agama-agama dengan serius pada akhirnya akan menemukan kebenaran.

Sebelumnya, penyanyi Cat Stevens yang sangat populer pada dekade 1970-an masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Yusuf Islam. Generasi senior penggemar musik tentu mengenal Steven melalui lagu hit ‘Morning Has Broken’.

Fenomena Sinead O’Connor mirip dengan pengalaman Karen Armstrong, penulis asal Inggris yang banyak menulis soal perbandingan agama.

Armstrong pernah menjadi biarawati, tetapi kemudian melarikan diri dan memutuskan untuk melepas semua agama. Ia kemudian mempelajari semua kitab suci agama dan menjadi penulis yang sangat populer.

Karyanya yang paling populer adalah ’The History of God’ berisi penelusurannya atas tuhan-tuhan semua agama. Ia mengungkapkan sejarah tuhan yang dicari oleh manusia sepanjang sejarah manusia itu sendiri.

Ia menulis mengenai semua agama, tetapi terasa lebih simpatik kepada Islam. Namun, Amstrong mengaku tetap ateis.

Salah satu karyanya berjudul ‘The Lost Art of Scriptures’ atau 'Hilangnya Seni Membaca Kitab-Kitab Suci'. Amrstrong menelusuri tradisi ratusan tahun agama-agama dalam hal pengamalan dan pembacaan kitab-kitab sucinya.

Armstrong menemukan benang merah kesamaan tradisi seni dalam pembacaan kitab-kitab suci itu.

Sinead O’Connor seperti mengikuti tradisi pengembaraan Karen Armstrong, meskipun titik akhirnya tidak sama.

Sinead menemukan kebenaran pada Islam, sedangkan Armstrong menemukan kebenaran pada semua agama.

Kematian Sinead O’Connor terasa tragis, karena beberapa tahun sebelum kematiannya ia menderita tekanan jiwa, terutama karena problem mental yang dialaminya.

Sinead O’Connor adalah seorang martir. Kematiannya mungkin bisa membuka mata para pembenci agama dan kitab suci untuk menghentikan kebenciannya terhadap agama dan kitab suci.(***)

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Industri Islamofobia


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler