Antara Teleprompter, Prabowo dan Kembali ke Laptop

Oleh: Joko Intarto

Rabu, 16 Januari 2019 – 08:57 WIB
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat pidato kebangsaan di JCC, Senin (14/1) malam. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto bikin netizen heboh lantaran berpidato memakai teleprompter, Senin (14/1) malam.

Pidato kebangsaan Prabowo dengan judul Indonesia Menang itu berjalan lancar. Nah, kata netizen, wajar kalau Prabowo tampil bagus karena teleprompter.

BACA JUGA: Istana Respons Tudingan Prabowo soal Kerja Intelijen

Seorang kawan bercerita, di grup whatsapp-nya, sekarang ramai diskusi soal penampilan Prabowo yang memikat dalam Pidato Kebangsaan itu. Sayangnya diskusi yang seru bukan soal isi pidatonya.

"Yang didiskusikan adalah teleprompter itu. Sebagian mengatakan, Prabowo pakai teleprompter. Sebagian mengatakan sebaliknya,’’ kata kawan saya.

BACA JUGA: Ogah Tanggapi Sindiran Prabowo, Polri Malah Beber Fakta

Benarkah Pak Prabowo memakai teleprompter dalam Pidato Kebangsaan itu? Mengapa harus memakai teleprompter dalam berpidato? "Sebaiknya saya jelaskan dulu yang dimaksud dengan teleprompter. Saya khawatir, peserta debat di grup whatsapp itu ada yang tidak mengerti fungsi teleprompter, atau lebih parah lagi: belum pernah melihat wujudnya,’’ jawab saya.

Teleprompter adalah layar untuk alat bantu baca. Itu prinsip dasarnya. Bentuknya bermacam-macam. Disesuaikan dengan kebutuhannya.

BACA JUGA: Jelang Debat Capres, Sandiaga Bakal Teliti Soal ini

Yang paling sederhana berupa lembaran kertas. Isinya kalimat-kalimat yang harus dibaca. Teleprompter jenis ini biasa digunkanan untuk presenter dalam produksi rekaman program video. Kertas itu ditempelkan pada tripod kamera.

Seiring kemajuan teknologi, dibuatlah teleprompter versi baru. Menggunakan LED screen dan cermin. Dipasang menyatu dengan kamera. Teleprompter modern itu diproduksi tahun 1950. Produsennya: TelePrompter (P besar). Perusahaan di Amerika Serikat. Fungsi teleprompter model anyar itu tidak beda dengan lembaran kertas. Juga dipakai untuk produksi rekaman.

Dalam perkembangannya, teleprompter dinilai sangat membantu untuk memandu presenter dan pembicara dalam berbagai kesempatan. Misalnya, pidato dan talkshow. Tapi, menggunakan model teleprompter kertas atau layar akan terasa aneh bagi penonton di depan panggung.

Maka, lahirlah modifikasil. Teleprompter untuk panggung berbeda. Wujudnya adalah sebuah layar yang dipasang di atas panggung. Menghadap ke pembicara. Membelakangi penonton.

Pentingkah teleprompter? Sangat penting! Mereka yang pernah bekerja di studio televisi, rumah produksi dan event organizer, pasti sepakat dengan saya.

Teleprompter berguna untuk mengarahkan presenter berita, narasumber talkshow dan pembicara di podium agar bisa menyampaikan pesan dengan lengkap dan runtut, mengurangi risiko salah ucap dan lupa serta mengingatkan durasi waktu yang tersisa.

Untuk presenter berita, teleprompter menampilkan naskah berita yang akan dibaca. Lengkap dengan titik dan komanya. Sedangkan untuk presenter talkshow dan pidato, teleprompter hanya menampilkan outline atau garis besar urut-urutan tema yang akan disampaikan. Tampilan pada layar itu diatur seorang operator terlatih yang berada di ruangan master control.

Apakah seorang tokoh sekaliber Prabowo Subianto masih harus berpidato di depan massa menggunakan bantuan teleprompter? Menurut saya: harus. Menggunakan teleprompter akan membuat pidatonya lebih terarah, tidak ada yang terlewat dan tepat waktu.

Bung Karno yang dikenal sebagai orator ulung pun, sering berpidato menggunakan bantuan teleprompter. Bentuknya saja yang berbeda karena saat itu masih kuno: secarik kertas kecil berisi pokok-pokok pidato. Mungkin juga ada catatan-catatan kecil yang sulit diingat seperti nama orang, nama tempat, judul buku atau film dan kutipan penting lainnya.

Tukul Arwana, presenter ‘’Bukan Empat Mata’’, juga menggunakan teleprompter dalam setiap siaran. Tetapi, penonton tidak menyadari hal itu. Tukul menyiasati dengan trik mengajak penonton untuk meneriakkan kalimat, ‘’Kembali ke laptop’’. Pada saat itulah, Tukul membaca layar laptopnya untuk mengetahui poin apa yang harus disampaikan selanjutnya.

Pidato Kebangsaan bukanlah program komedi seperti ‘’Bukan Empat Mata’’. Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana komentar netizen seandainya Prabowo Subianto setiap kali harus mengajak pendukungnya meneriakkan, ‘’Kembali ke laptop.’’ (*)

Penulis adalah praktisi siaran langsung

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivis 98 Ingatkan Kasus HAM Era Orde Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler