jpnn.com, PASAMAN BARAT - DPRD Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat melakukan inspeksi mendadak ke gudang Dinas Kesehatan melihat alat pelindung diri (APD) yang menumpuk senilai Rp2,1 miliar lebih.
"Kami mendapatkan informasi bahwa ada barang APD yang menumpuk di gudang Dinas Kesehatan. Ada keganjilan kerena hingga saat ini belum juga dibagikan padahal masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah berakhir. Untuk apa barang ini lagi," kata Ketua DPRD Pasaman Barat Pahrizal Hafni didampingi Ketua Komisi IV Adriwilza dan anggota Komisi 1, Muhammad Guntara, Jumat (12/6).
BACA JUGA: Bareskrim Bongkar Penipuan Penjualan APD, Kenali Modusnya
Ia mengatakan, pihaknya sengaja melakukan inspeksi mendadak ke gudang karena informasinya banyak APD untuk kebutuhan COVID-19 yang menumpuk di gudang.
"Anggarannya sudah dianggarkan dan setiap kami tanyakan apa sudah ada selalu dijawab tidak ada. Ternyata barangnya sudah ada dan belum juga dibagikan ke masyarakat," tegasnya.
BACA JUGA: Ketum Gerindra Prabowo Subianto Sumbang 800 APD
Setelah dilakukan sidak ternyata APD untuk COVID-19 menumpuk di gudang Dinas Kesehatan yang disimpan dalam kardus.
"Seharusnya barang ini sudah disalurkan ke masyarakat. Kenapa tidak disalurkan. Inikan hak masyarakat dan sangat dibutuhkan masyarakat. Selain itu pemeriksaan barang belum selesai namun kepala dinas berani mengeluarkan surat menerima barang," ujarnya.
BACA JUGA: Bapak Tergantung di Kamar Mandi, 2 Anaknya Tewas di Bak Air
Pihaknya akan memanggil pihak Dinas Kesehatan untuk mempertanyakan APD yang menumpuk ini.
Ketua Komisi IV DPRD Pasaman Barat Adriwilza menambahkan sudah tiga kali sidang di DPRD dikatakan APD belum datang. Padahal APD ini sangat dibutuhkan masyarakat dan petugas di Puskesmas dan petugas di posko perbatasan.
"Pemanfaatnnya sudah jelas tidak tepat sasaran. Pertanyaannya kenapa APD bernilai miliaran ini menumpuk dan tidak dibagikan," sebutnya.
Anggota Komisi 1, Muhammad Guntara menyebutkan pengadaan APD ini sangat aneh dan penuh kontroversi.
Sebab, menurutnya dari informasi pihak Dinas Kesehatan APD ini sudah datang sejak awal Mei dan ditumpuk di gudang.
"Anehnya lagi surat menerima barang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan sementara panitia barang belum menandatangani dan menerima barang itu," katanya.
Selain itu anehnya inspektorat hingga saat ini masih melakukan pemeriksaan barang itu.
"Dari keterangan pihak inspektorat tadi ada sejumlah barang atau item yang tidak sesuai registernya. Kok kepala dinas sudah mengeluarkan surat menerima barang dari rekanan padahal belum diperiksa dan final dari inspektorat. Ada apa ini?" tanyanya.
Kemudian terkesan pihak Dinas Kesehatan menutupi apa APD yang ada digudang itu. Sebab, awalnya kata penanggungjawab gudang ada handsanitazer dibalik kardus namun setelah itu keterangan kepala dinas tidak ada handsanitazer.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan, Jon Hardi mengatakan pihaknya telah membelanjakan untuk APD senilai Rp2,1 miliar lebih dari Rp10 miliar yang dianggarkan dana Balanja Tidak Terduga (BTT).
"APDnya sudah ada namun belum dibayarkan karena menunggu pengecekan inspektorat," ujarnya.
APD yang dibeli itu ada sekitar 11 item di antaranya ada masker, pelindung mata, pelindung wajah, sarung tangan dan sejumlah APD lainnya.
"APD ini diperuntukkan untuk Puskesmas yang ada di Pasaman Barat, Rumah Sakit Yarsi dan untuk fasilitas kesehatan lainnya," katanya.
Pihaknya sangat hati-hati dalam pengadaan APD ini. Barang APD setelah sampai dititip di gudang farmasi Dinas Kesehatan. Setelah itu diperiksa oleh tim panitia barang dan inspektorat.
"Kami meminta pendampingan ke Inspektorat sehingga APD per item diperiksa sebelum dibagikan. Sore kemarin pemeriksaan sudah selesai dan akan mulai dibagikan Senim depan," jelasnya.
Terkait berakhirnya masa PSBB pihaknya mengatakan APD yang dibeli bisa digunakan untuk cadangan di Puskesmas karena masa COVID-19 ini tidak jelas kapan berakhirnya.
Sementara itu salah seorang panitia penerima barang, Aflion membenarkan pihaknya belum selesai memeriksa barang dan belum menandatangani dan menerima barang itu.
"Kami sangat hati-hati menerima barang. Kalau tidak lengkap tentu belum kami terima karena masih ada yang kami minta," ujarnya. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti