APJI Dorong Pemerintah Stabilkan Harga Jagung

Rabu, 31 Mei 2017 – 02:21 WIB
Menteri Pertanian Kunjungi Panen Jagung di Desa Pohkecik Mojokerto Ilustrasi by:

jpnn.com, SURABAYA - Setiap tahun lahan pertanian di Indonesia, khususnya di Jawa Timur selalu mengalami pengurangan. Salah satu penyebabnya adalah banyak masyarakat yang sudah enggan terjun di dunia pertanian.

Hal ini disebabkan karena ketidakstabilan harga hasil pertanian yang dianggap tidak mampu menutupi modal para petani, khususnya petani jagung. Untuk itu, Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) mencoba berbagai cara untuk kembali memperluas lahan pertanian dan meningkatkan kemampuan para petani.

BACA JUGA: Strategi Industri Kosmetik Hadapi Produk Impor

Ketua APJI, Sholahudin menjelaskan, sejak dibentuk pada tahun 2015 lalu, APJI mucul sebagai organisasi yang bertugas mewadahi keluhan-keluhan para petani jagung.

Anggota mencoba mengetahui apa yang menjadi kendala para petani, hingga mereka mulai ogah untuk menanam jagung di sawahnya.

BACA JUGA: Astra Daihatsu Geber Promo DP dan Cicilan Ringan

Dari hasil riset di beberepa daerah, pihaknya mengetahui jika kebanyakan petani jagung mengeluh dengan ketidakstabilan harga jual dari hasil panen.

”Mereka mengeluh, seringkali hasil panen hanya cukup untuk mengganti modal pembelian pupuk dan penggarapan sawah saja. Sebab, setiap panen harga jagung selalu turun,” ungkap Sholahudin.

BACA JUGA: Industri Pertambangan Terpengaruh Eksploitasi Lingkungan

Ia menjelaskan, keluhan inilah yang akhirnya ditampung dan disampaikan kepada pemerintah. APJI mencoba mempengaruhi kebijakan dan mendesak pemerintah untuk membenahi tata niaga jagung di Indonesia yang dinilai belum menguntungkan petani.
”Tentunya kebijakan yang harus diambil pemerintah adalah yang pro petani. Kami meminta pemerintah agar benarbenar menjaga kebijakan dalam perbaikan tata kelola tata niaga jagung. Dalam hal ini melalui Perum Bulog,” lanjutnya.

Selain menjaga kestabilan harga, pihaknya juga meminta kepada pemerintah untuk mengurangi impor jagung. Sebab, banyaknya impor jagung tersebut menjadi faktor anjloknya harga milik petani.

Sebelumnya, hampir setiap musim panen, pemerintah selalu mengimpor sekitar 3 juta ton jagung. Nah, hal inilah yang harus dikurangi oleh pemerintah.

”Sebaliknya, pemerintah harus menyediakan akses pasar yang terbuka lebar bagi para petani jagung. Tentunya dengan stabilitas harga yang cukup untuk mensejahterakan petani,” terangnya.

Upaya yang dilakukan APJI membuahkan hasil. Kini pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk mengurangi impor serta penetapan batas atas dan batas bawah harga jagung.

Untuk jagung kualitas bagus, sekarang bisa menembus harga Rp 4.600 per kilogram (kg). Jika ini tetap stabil, maka APJI optimistis banyak pemilik lahan yang akan kembali memanfaatkan sawahnya untuk bertani.

Sholahudin mengatakan, saat ini anggota APJI tingkat nasional tercatat ada sekitar 4 juta petani. Meski demikian, jumlah tersebut dianggap masih kurang. Sebab, kebutuhan jagung skala nasional memang masih cukup tinggi, yakni 23 juta ton per tahun.

Sementara petani lokal baru bisa memenuhi sekitar 10 juta ton saja. Untuk itu, pihaknya masih melakukan pengembangan lahan yang bisa digunakan untuk meningkatkan hasil panen jagung.

”Sementara untuk kebutuhan jagung tertinggi hanya digunakan untuk makanan ternak saja. Selebihnya digunakan untuk kebutuhan produksi lain,” jelasnya. (*/opi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gus Ipul Pastikan Kebutuhan Pokok di Jatim Masih Stabil


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler