jpnn.com, JAKARTA - APP Group menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian ekosistem lahan gambut melalui berbagai inisiatif keberlanjutan.
Deputy Director of Corporate Strategic & Relations APP Group, Iwan Setiawan memaparkan pendekatan APP Group dalam pengelolaan lahan gambut secara kolaboratif dan berbasis lanskap.
BACA JUGA: Apple Berencana Bangun Pabrik di Bandung, Kemenperin: Kami Sudah Menghubungi, Tetapi
Pendekatan APP Group dalam pengelolaan lahan gambut melibatkan berbagai metode komprehensif, seperti survei lapangan dan pemantauan menggunakan teknologi LiDAR, yang telah mencakup lebih dari 4,5 juta huntuke lahan gambut di Sumatera.
"Metode ini memungkinkan pemetaan topografi lahan gambut secara landscape, yang sangat penting dalam menentukan zonasi yang ideal untuk pengelolaan lahan gambut," ujar Iwan Setiawan yang berbicara pada panel "Capacity Building and Stakeholder Engagement in Promoting Sustainable Management and Restoration of Tropical Peatlands" di COP 29 Azerbaijan, Selasa (12/11).
BACA JUGA: 10 Hektare Lahan Gambut di OKI Terbakar, Irjen Rachmad Tambah Personel untuk Pemadaman
Dia menambahkan pengelolaan lahan gambut tidak bisa dilakukan secara parsial. Kami yakin pendekatan berbasis lanskap dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan adalah kunci keberhasilan pelestarian ekosistem ini.
Melalui pendekatan holistik ini, lanjutnya, APP Group berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menghadapi tantangan di tiap zona lanskap, menjaga level air optimal di berbagai area, serta mengurangi risiko kebakaran, terutama wilayah-wilayah kritis seperti puncak kubah gambut.
BACA JUGA: Menteri LHK: 95 Persen Hutan Gambut Suaka Margasatwa Rawa Singkil di Aceh Tetap Utuh
Koordinator Nasional untuk Gambut Republik Demokratik Kongo (RDK), Jean Jacques Bambuta Boole yang juga berpartisipasi dalam panel ini, mengungkapkan bahwa RDK bersama Republik Kongo memiliki potensi gambut yang sangat besar. Tantangan yang dihadapi di antaranya adalah tentang pengetahuan dalam pengelolaan lahan gambut berkelanjutan.
"Kami berharap mendapat banyak pembelajaran pengelolaan lahan gambut dari Indonesia,” ucapnya.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antar negara dalam mengatasi tantangan ekosistem gambut global.
Dalam upaya pelestarian gambut yang berkelanjutan, APP Group berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk institusi penelitian dan akademisi, baik lokal maupun internasional.
Melalui kerja sama ini, APP Group mengembangkan solusi berbasis ilmu pengetahuan dan pengalaman lapangan untuk memulihkan lahan gambut yang terdegradasi.
Hingga akhir 2023, APP Group menargetkan pemulihan lebih dari 38.000 hektare lahan gambut melalui program-program berbasis kolaborasi, dengan harapan menciptakan dampak positif yang luas bagi lingkungan dan masyarakat setempat.
Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR), Daniel Mudiyarso juga menggarisbawahi tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan gambut tropis, yang berbeda-beda di tiap lokasi.
Lahan gambut di Afrika Tengah dan Amerika Selatan tidak mengalami ancaman pengeringan, menyoroti perbedaan ekosistem yang harus dipertimbangkan dalam pendekatan pengelolaan gambut.
Daniel juga menekankan pentingnya peran gambut dalam pengendalian perubahan iklim, dengan menyatakan, Lahan gambut hanya sekitar 3% dari seluruh daratan di dunia, tetapi berkontribusi sebesar 44% dari seluruh cadangan karbon di tanah, sambungnya . (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad