TEHERAN - Sehari setelah diumumkan secara resmi sebagai pemenang pemilihan presiden (pilpres) di Iran Jumat lalu (12/6), Mahmoud Ahmadinejad kemarin (14/6) memberikan keterangan persTokoh ultrakonservatif (garis keras) itu menganggap kemenangannya riil
BACA JUGA: RI Masih Terapkan One China Policy
Dia pun merasa terpilih kembali dalam pilpres "yang bebas".Ahmadinejad juga meminta kemenangannya tidak dipersoalkan
BACA JUGA: Kasus Flu Babi di Australia Naik Drastis
"Pilpres di Iran benar-benar riil dan bebasBeberapa wartawan Iran memberikan ucapan selamat kepada Ahmadinejad lebih dulu sebelum mengajukan pertanyaan
BACA JUGA: Lagi, Hotel Kenamaan di Pakistan Dibom
Saat ditanya soal tuduhan ketidakberesan dalam pemungutan suara, pria 52 tahun itu langsung membantahDia juga menganggap tuduhan itu tidak penting."Sebagian orang yakin, mereka akan menang, alu mereka marah (saat dinyatakan kalah)Itu tak punya kredibilitas hukum, tapi lebih mirip kemarahan setelah pertandingan sepak bola," ungkap Ahmadinejad"Pendapat saya tidak terlalu pentingTapi, selisih perolehan suara saya dengan yang lain terlalu besarJadi, orang tak perlu mempersoalkan," lanjutnya.
Ahmadinejad juga menuduh media massa di luar negeri sengaja melancarkan "perang psikologi" atas negaranyaAhmadinejad diumumkan memenangi pilpres setelah meraih 62,63 persen suaraPesaing utamanya, tokoh moderat yang juga mantan Perdana Menteri (PM) Mir Hossein Mousavi, mendapat 33,75 persen suara
Dua calon yang lain mendapat suara jauh lebih kecilTokoh konservatif Mohsen Rezai meraih 1,7 persen, sedangkan tokoh reformis dan mantan Ketua Parlemen Mehdi Karroubi 0,9 persen.
Hingga kemarin, baru Afghanistan (tetangga Iran) yang menyampaikan ucapan selamat secara resmiPresiden Afghanistan Hamid Karzai menyatakan, terpilihnya lagi Ahmadinejad dengan suara mayoritas sangat tepat bagi kemajuan dan kesejahteraan Iran"Saya juga mengucapkan selamat atas kemenangan ini kepada rakyat Iran," kata Karzai.
Namun, sebaliknya, negara-negara besar di dunia (Barat), terutama pendukung Afghanistan, seperti AS dan Inggris, belum memberikan pengakuanDua negara itu memilih hati-hati dalam menyikapi terpilihnya lagi Ahmadinejad.
Presiden AS Barack Husein Obama juga belum memberikan komentar atas terpilihnya AhmadinejadTapi, sikap AS jelas terwakili dari pernyataan Menlu Hillary Clinton Sabtu lalu (13/6)"AS menahan diri untuk tidak mengomentari pilpres di IranTapi, kami jelas berharap agar hasil pemilu tersebut mencerminkan keinginan dan kehendak rakyat Iran," katanya.
Sikap yang hampir sama juga dilontarkan Kanada, Prancis, Inggris, dan Uni EropaBahkan, Uni Eropa mengungkapkan "keprihatinan atas ketidakberesan selama pilpres dan kekerasan pascapemilu".
Negara-negara Arab maupun Rusia juga memilih bersikap lebih hati-hatiDi Moskow, Ketua Komite Masalah Internasional Duma (parlemen Rusia) Konstantin Kosachev berharap, Ahmadinejad akan "menunjukkan sikap lebih memahami dan juga bijak kepada komunitas internasional selama periode kedua kepemimpinannya nanti".
Sementara itu, Liga Arab mendesak Ahmadinejad memanfaatkan kemenangannya untuk menyelesaikan isu nuklir serta membangun perdamaian dan keamanan di Timur Tengah"Kami mengharapkan bisa bekerja sama dalam mencapai keamanan regional melalui penghancuran senjata pemusnah masal di Timur Tengah," kata Sekjen Liga Arab Amr MusaSebaliknya, Israel mengkhawatirkan terpilihnya Ahmedinejad bisa menciptakan ancaman bagi dunia
Situasi di Iran hingga kemarin belum kondusifMenyusul aksi protes masal Sabtu lalu, gelombang protes kembali terjadi kemarinKetika Ahmadinejad mengadakan jumpa pers di Teheran, di lokasi yang hanya berjarak sekitar 1,5 km, sekitar 200 orang turun ke jalanKecewa atas hasil pemilu, para pendukung Mousavi itu membakar ban dan menutup jalan.
Tong-tong sampah juga dilempar ke tengah jalanTak luput dari amukan, sejumlah kendaraan dibakar. "Matilah diktator," teriak merekaPolisi langsung membubarkan massa menggunakan pentungan dan gas air mata.
Sedikitnya 170 orang demonstran ditangkapDi antara jumlah itu, sekitar 15 pemimpin dan tokoh reformis pendukung Mousavi"Kami menangkap para pelaku dan otak kerusuhan," kata Wakil Kepala Polisi Teheran Ahmad Reza RadanDia menegaskan, polisi akan terus bertindak tegas terhadap pengunjuk rasa.
Sejumlah sumber menyebutkan, tokoh reformis yang ditangkap termasuk sejumlah orang yang menjabat di era pemerintahan Presiden Mohammad KhatamiTermasuk, saudara mantan presiden kubu reformis tersebutTokoh reformis lain yang ditangkap adalah para pendukung Karroubi"Tadi malam, mereka (polisi) menggedor pintu rumah kami dan menangkap Taghi," tutur Narges Mohammadi, istri Taghi Rahmani, tokoh reformis yang dianggap sebagai pembangkangSebelumnya, Rahmani dipenjara karena dinilai mengancam keamanan nasional.
Panasnya situasi di Iran mendorong Mousavi turun tanganDia meminta agar para pendukungnya menghindari kekerasan dan kerusuhanTapi, dia juga mendesak agar pemerintah membatalkan hasil pilpresDia menyebut itu merupakan satu-satunya cara untuk memulihkan kepercayaan publik(AFP/AP/Rtr/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bentrok di Peru Tewaskan Puluhan Orang
Redaktur : Tim Redaksi