JAKARTA - PDIP benar-benar terbelah dalam memilih opsi tetap menjadi oposisi atau melebur dalam koalisi SBY-BoedionoKubu yang memilih koalisi kini semakin meluas di kalangan elite partai berlambang banteng moncong putih itu
BACA JUGA: Megawati Yakin Pilpres Diulang
Motor koalisi tersebut adalah suami Megawati, Taufiq Kiemas, yang juga menjabat ketua Deperpu (Dewan Pertimbangan Pusat) DPP PDIP
Meski tidak eksplisit, Ketua DPP PDIP Tjahjo Kumolo termasuk yang siap menerima opsi berkoalisi
BACA JUGA: PDIP Mulai Rancang Suksesi
Dia tidak menampik adanya kemungkinan ituTjahjo merupakan orang dekat Mega selain Sekjen Pramono Anung
BACA JUGA: JK-Win Klaim Kehilangan 24,1 Juta Suara
Bukti kedekatannya, selain menjadi ketua DPP, Tjahjo menjabat ketua Fraksi PDIP DPRMenurut dia, berkoalisi sambil bersikap kritis sangat dimungkinkanCaranya, dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan, fungsi anggaran, dan fungsi legislasi sebagai bagian dari hak-hak DPR"Terutama dalam mendorong terwujudnya struktur APBN yang prorakyat," ujarnya.Namun, dia menegaskan, sampai sekarang DPP PDIP belum mengambil sikap resmiRakernas VI PDIP di Jakarta, 15 Juli lalu, mengamanatkan kepada Megawati selaku ketua umum untuk memutuskanYang jelas, sikap final itu harus diambil sebelum Kongres III PDIP pada pengujung Maret 2010"Fraksi sebagai perpanjangan garis politik partai tentu menunggu keputusan partai," ujar politisi yang juga mantan fungsionaris Golkar tersebut.
Karena itu, Tjahjo menyebut partai dan fraksi masih tetap menjadi oposisi sampai pemerintahan SBY berakhir pada 20 Oktober"Ini merupakan amanat Kongres Bali pada 2005 dan keputusan politik partai sebelumnya," jelasnya.
Tjahjo menambahkan, saat ini pimpinan PDIP terus membangun komunikasi politik dengan semua partaiTak terkecuali, Partai Demokrat selaku partai pemerintahDia menilai proses itu wajar dalam praktik politik dan sistem berdemokrasi di Indonesia"Sesama tokoh politik sebaiknya terus-menerus membangun komunikasi politik," tandasnya.
Jajaran elite PDIP memang tengah bimbang antara melanjutkan tradisi oposisi dan banting stir bermitra dengan pemerintahKedua opsi itu sama-sama berat dan berisiko.
Mendapatkan kursi menteri di kabinet memang menguntungkan dalam perspektif jangka pendekApalagi, perjuangan sebagai oposisi terbukti tidak membuat suara PDIP dalam pemilu legislatif terdongkrakJustru cenderung terus menurun, dari 18,6 persen pada 2004 menjadi 14,03 persen pada 2009.
Tapi, kalau berkoalisi, tak sedikit yang khawatir PDIP akan semakin kehilangan simpati dari pemilih"PDIP harus tetap menjadi oposisiTidak boleh ragu-ragu," kata Sekretaris FPDIP DPR Ganjar PranowoMenurut dia, pilihan itu bukan hanya baik buat PDIP, tapi juga bernilai positif bagi demokrasi(pri/tof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demokrat Gadang Anas Ketua DPR
Redaktur : Tim Redaksi