jpnn.com - K'TUT Tantri terpukau. Rencana arek Suroboyo menembus barikade Sekutu, membuat bulu kuduknya merinding.
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: WOW! Penyiar Radio Pemberontakan Di Surabaya Diburu Belanda, Hadiahnya...(2)
=======
Aku ditugaskan mendjadi djururawat. Untuk ini dibuatkan pakaian putih dengan ban bertuliskan "International Red Cross" sebagai tanda palang merah internasional, jang didjahitkan dengan djelas di lengan badju. Surat2 jang diperlukan dan surat keterangan dengan foto akan disiapkan, serta namaku: Molly Mc Tavish.
BACA JUGA: Radio Pemberontakan Arek Suroboyo dan Ritual Bikin Kebal (1)
Menurut perempuan Amerika keturunan Inggris Skotlandia itu, nama Molly Mc Tavish yang diberikan padanya, pandai-pandai arek Suroboyo saja.
Disiapkan pula mobil ambulans yang diambil dari rumah sakit Mojokerto. Bagian kanan kiri body mobil itu ditulis INTERNATIONAL RED CROSS.
BACA JUGA: MERDEKA ATAU MATI...Arek Suroboyo Berlawan (2/habis)
"Yang paling menakjubkan aku mengenai gerilya Indonesia ialah keberanian mereka dan ketelitian rencananya secara terperinci," tulis K'Tut Tantri dalam Revolt In Paradise.
Misi ini dijalankan beberapa pekan setelah 10 November 1945, setelah Surabaya dikuasai penuh oleh Sekutu.
Ada pun tujuannya, untuk mengambil perkakas Radio Pemberontakan yang disembunyikan di sebuah rumah di Surabaya.
(baca: WANTED! 50 Ribu Gulden untuk Penyiar Radio Pemberontakan Arek Suroboyo)
Operasi Djururawat
Pada hari yang ditentukan, misi yang dinamai "Operasi Djururawat" siap dijalankan.
Di belakang kemudi, nampak seorang berpakaian khaki, mengenakan topi dan di lengannya ada ban palang merah internasional.
Tantri geleng-geleng kepala melihat supir itu yang tak lain kumendan gerilya dalam pasukan itu.
Begitu melihat ke dalam ambulans, "nafasku jadi sesak," kenangnya.
Di bagian belakang, dia mendapati, "sebatang tubuh lelaki yang dibalut dengan perban sehingga tak dapat dikenal, dan pembalutnya berlumuran darah."
Melihat air muka K'Tut Tantri, "pasien" itu angkat bicara. "Jangan takut," katanya. "Ini hanya darah ayam."
Tantri duduk di samping supir. Ambulans meluncur dari Mojokerto.
Begitu masuk kota Surabaya, sirene dinyalakan dengan harapan bisa masuk kota tanpa harus diperiksa.
Tetap saja disetop. Seorang tentara Inggris didampingi dua orang Gurka mendekat.
"Hee, pertemuan yang tidak disangka-sangka dengan perempuan kulit putih di tempat yang begini," kata serdadu Inggris. "Siapa namamu, Miss?" tanyanya.
"Molly Mc Tavish," jawab Tantri dengan logat Skotlandia totok.
Tentara itu melempar rayu disertai ajakan jumpa lagi di lain waktu. Tantri setuju.
Tantri bilang, akan melintasi jalan itu lagi dalam waktu lebih kurang sejam. Dia harus buru-buru mengantar "pasien" ke rumah sakit Surabaya.
Setelah melongok ke belakang, tentara itu berujar, "tak seorang pun dapat menyuruhku pergi dari sini, sampai kau kembali lagi, Molly."
Tipu Muslihat
Perkakas Radio Pemberontakan didapati dalam kondisi aman.
Sementara memuat perkakas itu ke dalam ambulans, si pasien yang tadi berbalut perban sudah berubah menjadi kuli lapar, mengenakan peci dan sarung. Ahaaa...tipu muslihat.
Dia segera angkat kaki seraya mengucap salam, "sampai jumpa. Merdekaaaa!"
Ambulans "INTERNATIONAL RED CROSS" pun melaju. Setiba di pos yang tadi, Tantri dan si tentara Inggris bicara ngalor-ngidul tentang kampung halaman.
Sebelum berpisah, mereka sepakat jumpa lagi di Hotel Oranje, di akhir pekan.
Ambulans itu pun tancap gas. Misi berhasil. "Orang Indonesia adalah pelaku-pelaku yang berbakat," tulis K'tut Tantri, dalam Revolt In Paradise, mengenang aksi itu.
Di markas pangkalan gerilya di sebuah daerah di Mojokerto, mereka disambut meriah.
Perempuan bule itu tak habis pikir dengan aksi yang baru saja dilakukannya. Mengingat, sebenarnya saat itu International Red Cross belum masuk Jawa.
Arek Suroboyo betul-betul penyelundup nomor wahid.
Dan malam harinya...Radio Pemberontakan pun kembali mengudara. (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MERDEKA ATAU MATI...Arek Suroboyo Berlawan (1)
Redaktur : Tim Redaksi