Arief Poyuono Sebut ini Saat yang Tepat untuk Indonesia Menyalip Tiongkok

Minggu, 19 Juli 2020 – 12:42 WIB
Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono. Foto: rmol.co

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menyatakan pandemi Covid-19 pasti akan menyebabkan resesi ekonomi besar pada 2020 karena jumlah kenaikan yang terinfeksi secara eksponensial setiap hari. Kondisi ini memengaruhi perekonomian global dan nasional.

Dia mencontohkan, dalam dua dekade terakhir Tiongkok berhasil menunggangi keunggulan biaya dan beberapa kebijakan investasi, hingga akhirnya negeri Tirai Bambu itu muncul sebagai pabrik segalanya bagi dunia.

BACA JUGA: Tiongkok Diserang Fitnah soal Pembongkaran Masjid Muslim Uighur

Namun, Arief menegaskan krisis Covid-19 telah mengikis kepercayaan dunia pada pemerintah Tiongkok. Pada pada gilirannya mengubah pabrik-pabrik di Tiongkok.

"Dunia setelah Covid-19 akan mencari alternatif lain untuk tidak bergantung terhadap produk-produk dari China sebagai pendukung industrial dan manufaktur di dunia," kata Arief, Minggu (19/7).

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: SBY Lebih Baik dari Jokowi, Sakit Hati Achmad Purnomo pada Gibran, Prediksi Pak JK

Dia mengatakan Indonesia bisa menjadi negara yang cocok untuk memanfaatkan dan mengisi rantai pasokan bahan baku di dunia guna keperluan industri dan manufaktur di di dunia. Karena itu, ujar Poyuono, diplomasi sumber daya manusia dan alam yang dimiliki harus berguna.


Indonesia perlu mengarahkan pandangannya pada tatanan ekonomi baru dunia. "Negara-negara akan membeli produk-produk Indonesia tidak hanya berdasarkan harga saat ini, tetapi catatan kepercayaan masa lalu dan nilai investasi masa depan," jelasnya.

BACA JUGA: Ini Penjelasan Dokter Reisa tentang Ruangan AC dan Penyebaran Covid-19

Menurut Arief, ini adalah awal dari ekosistem startup manufaktur dan industri berbasis kekuatan sumber sumber alam di desa yang harus dikembangkan.

"Peluang kita yang kalah dari China pada 1990-an untuk merebut pasar dunia bisa didapat kembali sekarang," yakin Arief.

Maka dari itu, kata Arief perlu menyeimbangkan penyebaran ekonomi desa-kota.

Sejak 1990-an dan seterusnya, perekonomian Indonesia terlalu bergantung pada beberapa pilar keuangan yang padat saja.

Menurut dia, terjadi kurang fokus pada penyebaran mesin ekonomi untuk mencakup wilayah geografis yang lebih luas yang mengarah ke migrasi massal ke kota-kota seperti Jabotabek, Surabaya, Medan, Makassar, Batam, dan Bandung.

Dia menjelaskan, migrasi yang tidak terencana ini semata-mata didorong oleh kesempatan kerja yang tidak banyak menambah kualitas hidup atau rencana pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

"Bahkan, itu menambah kesenjangan desa-kota yang melebar," tegasnya.

Arief menegaskan Covid-19 telah memaksa sebagian besar pekerja di perkotaan untuk kembali ke desa dan daerah asal mereka.

Hal ini terjadi akibat matinya mesin-mesin ekonomi di perkotaan pusat ekonomi di Indonesia. Menurut dia, sekarang ini adalah kesempatan untuk membangun model ekonomi baru yang tersebar secara geografis dan sektoral.

"Perlu insentif untuk pembangunan kembali perlu diarahkan pada sektor-sektor yang dapat menyebarkan mesin pembangunan ekonomi di luar pusat gempa ekonomi yang telah menghentikan mesin-mesin ekonomi," paparnya.

Dia membayangkan pusat manufaktur dan layanan kelas dunia di bagian-bagian terpencil di negara bisa terbangun, dan dihubungkan oleh infrastruktur jalan raya besar untuk pergerakan barang. "Kita bisa membangun agroindustri berbasis di desa-desa," ungkapnya.

Dia mengatakan perlu memastikan bahwa ekonomi nasional tidak terhenti akibat atau batuk-batuk akibat dampak Covid-19 dan pemerintah yang sudah memulai pembukaan kembali sebagian perekonomian secara bertahap, serta mencoba melakukan restarting engine ekonomi. 

Arief menegaskan saat ini tidak lagi bisa mengandalkan investasi dari luar negeri dan lokal untuk mengerakan mesin perekonomian akibat dampak Covid-19.

Menurut Arief, sekarang ini saatnya dengan dana penyelamatan ekonomi nasional yang disalurkan lewat belanja pemerintah, bisa dijadikan jembatan perekonomian desa untuk mengepung kota.

"Harusnya tidak ada keraguan bahwa krisis Covid-19 merupakan puncak terjal di hadapan kita yang harus kita daki serta kita melanjutkan jalan keras kita ke atas," katanya.

Namun, kata Arief, tidak boleh lupa bahwa di balik puncak terjal itu, terbentang lembah bunga kaya madu yang penuh peluang bagi perekonomian nasional.

"Kita harus meletakkan segala sesuatu dalam perang melawan Covid-19 namun tidak kehilangan kepercayaan pada kemampuan dan kesempatan kita untuk memanfaatkan yang terbaik bagi masa depan perekonomian nasional kita," kata dia. (boy/jpnn) 

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler