AS Halangi PBB Akui Palestina

Sabtu, 17 September 2011 – 09:29 WIB

RAMALLAH - Di tengah tekanan Israel dan ancaman Amerika Serikat untuk memveto usulan Palestina untuk mengajukan status kenegaraan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden Mahmoud Abbas tetap bergemingSementara sejumlah negara khawatir akan dampak negatif veto AS terhadap usulan tersebut.

"Meski berbagai tekanan kami hadapi, Palestina akan tetap maju untuk mengajukan permohonan menjadi anggota penuh PBB, pekan depan," ujar Abbas kepada televisi Mesir

BACA JUGA: Disorot Media, Menteri Pariwisata Brazil Mundur

Menurutnya, pendekatan terhadap PBB untuk mengajukan status keanggotaan penuh sudah harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Namun, Amerika Serikat mengancam untuk memveto langkah tersebut jika nantinya dibahas dalam Dewan Keamanan PBB
Washington menyatakan, keputusan itu akan mengganggu proses negosiasi damai dan negara Palestina hanya bisa berdiri melalui kesepakatan dengan Israel.

"Usulan (status kenegaraan) itu malah akan menjauhkan kedua belah pihak

BACA JUGA: Chris Walton, Pecahkan Rekor Kuku Terpanjang di Dunia

Tidak akan mendekatkan Palestina untuk mendapatkan status kenegaraannya
Dan kami yakin langkah tersebut kontraproduktif terhadap tujuan awal," jelas Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney.

"Pendekatan yang kami (AS) pilih bertujuan untuk mencapai cita-cita utama Palestina

BACA JUGA: Kecelakaan Pesawat Militer Angola, 17 Tewas

Dan satu-satunya jalan untuk mencapai tujuan itu adalah melalui negosiasi langsung dengan Israel," tandasnya.

Media Tiongkok memperingatkan kemungkinan timbulnya ketegangan politik baru di Timur Tengah jika AS menggunakan hak vetonya untuk menjegal usulan Palestina tersebut

"Jika AS memilih untuk melawan opini dunia dan memveto upaya Palestina guna mendapatkan status kenegaraannya pekan depan, tidak hanya berakibat pada semakin terisolasinya Israel, namun juga munculnya konflik politik di wilayah Timur Tengah," tulis China Daily.

"Mayoritas komunitas internasional sepakat dengan negara Palestina yang merdeka," tulis harian berbahasa Inggris itu mencerminkan sikap Beijing terhadap isu tersebut.

Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki kepada wartawan asing menegaskan bahwa Palestina, sama sekali, tidak ingin mencari permusuhanNamun, sikap AS menempatkan mereka pada posisi berlawanan dengan opini duniaSelain itu, keputusan untuk memveto usulan Palestina akan memunculkan pertanyaan pada kredibilitas Amerika itu sendiri"Saya tidak tahu apa artinya sikap AS di PBB dan di depan negara lain di dunia," katanya

Meski demikian, menurutnya, Palestina tetap membuka pintu untuk kompromiMalki menyatakan, Palestina tetap bersedia mendengar masukan dari AmerikaDan di New York, Duta Besar Palestina di PBB, Riyad Mansour menyatakan, keputusan akhir untuk mengajukan pengakuan di Dewan Keamanan, atau mengambil langkah lebih lunak, belum diputuskan

"Keputusan akhir akan diambil beberapa hari ke depanDan keputusan itu yang akan kami bawa ke PBB, 23 September nanti," ujar Mansour

Rencana pengajuan status kenggotaan penuh PBB oleh Palestina muncul selang hampir setahun setelah negosiasi damai dengan Israel berjalanKeputusan tersebut diambil otoritas Palestina sebagai respons meluasnya pembangunan permukiman Yahudi oleh Israel di Tepi Barat.

Sama seperti AS, Israel juga mengancam akan bertindak keras terhadap upaya Palestina tersebutPerdana Menteri Benjamin Netanyahu, Kamis (15/9) menyatakan keberatan negaranya atas manuver seterunya itu kepada PBB

Delegasi dari Amerika Serikat serta Uni Eropa terus melakukan pembicaraan dengan pihak Palestina dan Israel untuk membujuk keduanya kembali ke meja perundinganNamun, hingga saat ini hanya AS yang telah menentukan sikap untuk memveto usulan Palestina di Dewan Keamanan PBB.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon sendiri bersimpati dengan kondisi frustasi yang dihadapi oleh rakyat PalestinaDalam sebuah jumpa pers Kamis (15/9), Ban menyatakan akhir dari konflik Palestina-Israel bisa jadi masih sangat panjang dan sangat penting untuk melanjutkan negoasiai damai. 

"Saya sendiri sangat kecewa dengan minimnya kemajuan yang dicapai dalam negosiasi damai tersebut," jelasnya"Waktu tak lagi bersahabat," tandasnya.

Tokoh asal Korea Selatan tersebut menyatakan Israel mempunyai tugas untuk menciptakan situasi kondusif agar negosiasi damai tersebut bisa berlanjutDia mengingatkan perluasan permukiman Yahudi di Tepi Barat tidak akan membantu untuk menciptakan kondisi tersebut(cak/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengganti Osama Dukung Revolusi Arab


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler