Pertemuan Tingkat Tinggi G20

AS - Tiongkok Hentikan Perang, Usul Indonesia Diakomodasi

Senin, 03 Desember 2018 – 10:11 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Foto: Reuters

jpnn.com, BUENOS AIRES - Dengan menikmati sirloin steak dan anggur malbec, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping sepakat untuk meredakan ketegangan hubungan.

Dua pemimpin negara dengan kue ekonomi terbesar di dunia tersebut menyetujui gencatan senjata dalam perang dagang yang mengguncang pasar keuangan dan arus barang global.

BACA JUGA: Jokowi: Perang Dagang AS - Tiongkok Bisa jadi Peluang Baru

Gencatan senjata disepakati selama 90 hari. Dalam kurun itu, kedua negara akan berunding kembali untuk menuntaskan sengketa. Terutama terkait dengan perlindungan kekayaan intelektual dan sejumlah hambatan nontarif.

Gedung Putih menyatakan bahwa Tiongkok telah setuju membeli sejumlah produk agrikultur dan energi dari AS. Komitmen Tiongkok tersebut diperlukan untuk menekan defisit perdagangan Negeri Paman Sam dengan Tiongkok.

BACA JUGA: Batam Tak Rasakan Dampak Perang Dagang Tiongkok dan Amerika

Dalam pertemuan resmi Sabtu malam, Trump menyetujui untuk menunda kenaikan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap barang-barang senilai USD 200 miliar dari Tiongkok. Sebelumnya, kebijakan itu direncanakan untuk diterapkan per 1 Januari 2019.

"Ini adalah sebuah pertemuan yang menakjubkan dan produktif dengan berbagai kemungkinan tak terbatas untuk kedua negara, Amerika Serikat dan Tiongkok. Ini kehormatan bagi saya untuk bekerja bersama Presiden Xi," kata Trump seperti dikutip dari pernyataan resmi Gedung Putih.

BACA JUGA: Tiongkok Naik Pitam, Ancam AS dan Taiwan

Dikutip dari Xinhua, Penasihat Negara Tiongkok dan Menteri Luar Negeri Wang Yi menuturkan bahwa pertemuan dua presiden itu sangat bersahabat. Dua presiden berdiskusi selama 2,5 jam. Lebih lama dari jadwal semula.

"Mencapai pemahaman umum yang penting dan pertemuan tentu telah memetakan arah untuk hubungan antara Tiongkok dan Amerika Serikat dalam beberapa waktu mendatang," ujar dia.

Di sisi lain, Pertemuan Tingkat Tinggi G20 di Buenos Aires, Argentina, yang berlangsung Jumat (30/11) hingga Sabtu (1/12) di Costa Alguero Center menghasilkan 31 butir kesepakatan bersama.

Isinya berkaitan dengan pembangunan ekonomi yang adil dan berkelanjutan. Pertemuan yang dihadiri pemimpin 20 ekonomi terbesar itu mengambil tiga tema utama. Yakni, kerja masa depan, infrastruktur untuk pembangunan dan pangan masa depan berkelanjutan, serta pengarusutamaan gender.

Usulan Indonesia yang terkait dengan digitalisasi ekonomi diakomodasi pada butir kesembilan pernyataan tersebut.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengungkapkan, digitalisasi ekonomi fokus pada UMKM untuk menyempitkan jarak. Dengan demikian, itu bisa menurunkan angka kesenjangan ekonomi yang biasanya dinyatakan dalam gini ratio.

Dia menuturkan, Indonesia yang memiliki empat unicorn (sebutan perusahaan rintisan dengan aset di atas USD 1 miliar), yakni Go-Jek, Bukalapak, Traveloka, dan Tokopedia, bisa berbagi kisah sukses dengan negara-negara lain. "Sehingga tidak usah mulai dari nol," ungkap dia. (jun/c10/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Membedah Dampak Negatif Perang Dagang AS - Tiongkok bagi RI


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler