Membedah Dampak Negatif Perang Dagang AS - Tiongkok bagi RI

Jumat, 27 Juli 2018 – 08:57 WIB
Ilustrasi peti kemas. Foto: Frizal/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Chief Economist UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan, imbas perang dagang Amerika Serikat melawan Tiongkok dapat dilihat dari hubungan dagang RI-Tiongkok dan RI-AS.

Selama ini ekspor ke Tiongkok memegang porsi 15 persen, sedangkan ekspor ke AS sekitar sepuluh persen.

BACA JUGA: Menanti Konsistensi Pemerintah Tekan Impor

Dampak langsung terutama ke AS karena Indonesia mengekspor barang untuk konsumsi seperti tekstil bahan dasar sepatu dan mineral.

”Dampak negatif ke mata uang kita, karena sentimen global. Jadi, ini perlu dipersiapkan dan saat yang tepat untuk industri supaya bisa memanfaatkan konten lokal lebih tinggi sehingga bisa menaikkan ekspor. Bukan saja ke Tiongkok dan AS, tapi lebih bisa diversifikasi,” kata Enrico, Kamis (26/7).

BACA JUGA: BSN: Ekspor Produk Halal ke Uni Emirat Arab Semakin Mudah

Menurut dia, wawasan mengenai itulah yang harus dipahami para pengusaha di dalam negeri.

Dengan demikian, imbas perang dagang bisa dimanfaatkan secara maksimal. Sedangkan bagi pemerintah, harus lebih foward looking.

BACA JUGA: 3 Cara Pemerintah Genjot Eskpor

Misalnya, industri baja olahan, dengan adanya perang dagang yang terus berlangsung, menaikkan proses ke added value yang lebih tinggi.

”Kalau perlu ini harus di-push. Serta menarik foreign direct investment,” ujar Enrico.

Selain itu, yang perlu diperhatikan dari sisi produktivitas human capital. Sekarang tidak lagi sekadar sekolah formal, tapi harus fokus dan tertarget. Selain sekolah formal, juga dibarengi sekolah vokasional.

Karena dengan majunya dunia digital, tidak sulit untuk mendapatkan informasi atau materi melalui internet. (res/c10/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Bersaing dengan Thailand untuk Ekspor Buah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler