jpnn.com - "ASMARA tidak mengenal masa kampanye capres-cawapres. Itu yang terjadi di Bogor. Alung membunuh Wulan. Karena asmara," ujar Dahlan iskan dalam esainya berjudul Wulan Malam, Kamis (7/12).
Alung -panggilan Rahmat Agil Septiansyah (20) merupakan kekasih sekaligus tersangka yang menganiaya pacarnya, Fitri Wulandari (22) alias Wulan hingga wanita muda itu meninggal dunia.
BACA JUGA: Detik-detik Alung Membunuh Pacarnya di Hotel pada Jumat Malam, Motif Terungkap, Oh
Asmara sejoli berujung maut itu berawal saat Alung dan Wulan bertemu d salah satu hotel di kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor pada Jumat (1/12) malam.
Konon Alung dan Wulan sudah 11 bulan pacaran. Bulan lalu, pria bertato itu sempat ditahan polisi selama 28 hari gegara menghajar Muar.
BACA JUGA: Analisis Reza soal Ayah Diduga Membunuh 4 Anaknya di Jagakarsa Lalu Coba Bunuh Diri
Itu karena Muar menggandeng Wulan. Cemburu. Muar akhirnya mencabut pengaduannya. Alung dibebaskan.
Tiga hari setelah bebas Alung mendapati Wulan di sebuah kafe di Bogor. Dari situ, mereka naik sepeda motor menuju hotel yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP).
BACA JUGA: Pembunuhan 4 Kakak Beradik oleh Ayah Kandung di Jagakarsa, Kombes Ade Ungkap Fakta
"Anda pernah bermalam di sana: dekat ring road utara Bogor. Di hotel itu nikmat hanya sesaat. Setelah itu mereka bertengkar," tulisan Dahlan.
Namun, pengakuan itu hanya dari satu pihak, Alung, sehingga sulit dipastikan kebenarannya.
Dahlan mengutip pengakuan Alung bahwa setelah nikmat lewat, Wulan mengatakan isi hatinya ingin pisah, tetapi pemuda itu mengaku tidak bisa menerima perpisahan.
"Mereka bertengkar. Cakar-cakaran. Alung sampai menggigit hidung Wulan. Luka. Berdarah. Tepercik ke sprei di ranjang. Mungkin Alung tidak ingin hidung itu milik orang lain," demikian Dahlan menggambarkan penjelasan Alung kepada polisi.
Saat kejadian, Alung yang lebih kuat menindih Wulan. Dia tutup muka kekasihnya itu dengan bantal, lalu ditekan sehingga koban meronta lantaran tidak bisa bernapas dan akhirnya lemas.
"Alung tahu Wulan sudah tidak bisa bergerak. Meninggal. Masih jam 01.00 dini hari. Di luar sedang hujan. Dia pun terbaring di sisi jenazah Wulan. Dia harus berpikir apa yang mesti dilakukan," tutur Dahlan.
Menjelang pukul 03.00, Alung keluar kamar lalu naik sepeda motor. Dia mendatangi temannya untuk meminta tolong membawa Wulan ke rumah sakit. Atau ke rumah orang tua Wulan.
"Wulan kecelakaan motor," demikian Dahan mengutip ucapan Alung kepada temannya, sebagaimana disampaikan kepada polisi yang mengusut kasus dugaan pembunuhan itu.
Tiba di hotel, Alung dan temannya menuju kamar, sebuah cottage yang terpisah dari kamar hotel.
Ada beberapa cottage di kawasan hotel itu. Ada juga ruang karaoke. Kamar itu gelap. Lampu dimatikan saat Alung menjemput temannya.
Menurut kesaksian si teman, setelah membuka pintu kamar Alung pun menghidupkan lampu. Byar. Terlihat Wulan tergeletak berdarah.
Alung minta Wulan diangkat ke sepeda motor. Si teman mencopot jaketnya untuk dikerukupkan ke Wulan.
Motor pun siap di depan pintu cottage. Alung-lah yang memegang kemudi. Wulan didudukkan di tengah. Si teman di belakang, sambil merangkul Wulan.
Setiba di pos penjagaan mereka diadang sekuriti. "Lagi mabuk," demikian Dahlan menirukan jawaban Alung kepada penjaga yang mengadang. Mereka pun lolos.
Setelah itu. Alung awalnya mengarahkan motor ke rumah orang tua Wulan. Sampai di mulut gang, motor berhenti. Alung ragu. Lalu mengalihkan arah ke tempat lain: 6 km dari hotel tadi.
Di situ ada satu barisan ruko. Kalau siang ruko itu sebagian buka untuk usaha. Salah satunya bakso. Sebagian ruko lagi masih kosong.
Alung rupanya mengenal baik ruko itu karena dia adalah bagian keamanan di lokasi tersebut. Sekalian, kalau siang, jadi tukang parkir.
Konon Alung juga mendapat gaji sebagai satpam dan dapat penghasilan sebagai tukang parkir, sehingga dia punya uang untuk bayar kamar hotel sekitar Rp 400.000/malam.
Sebagai penjaga, Alung membawa kunci salah satu ruko di situ. Pintu ruko pun dibuka. Wulan digotong naik ke lantai dua: dibaringkan di atas meja. Ditinggalkan begitu saja.
"Siangnya Alung memberi tahu orang tuanya sendiri bahwa Wulan meninggal dunia. Kecelakaan. Mayatnya dia taruh di ruko," tulisan Dahlan.
Sang ayah lantas minta agar Alung memberitahukannya ke orang tua Wulan. Diantarlah Alung ke rumah Wulan. Alung tahu rumah itu. Sudah 11 bulan sering ke situ. Bahkan, hubungannya dengan Wulan sudah direstui.
Alung juga sudah dianggap anak sendiri oleh orang tua pasarnya itu. Waktu Alung ditahan, ayah Wulan sering menjenguk ke tahanan. Sambil membawakan makanan dan rokok.
Bahkan, sebagai penguasa ruko, Alung sering minta agar ayah Wulan menggantikan dirinya: menjadi tukang parkir di halaman ruko itu.
Setiba di rumah Wulan, Alun menangis. Dia mengatakan kekasihnya itu sudah meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Mayatnya di ruko. Mereka lantas pun ke ruko yang sudah mereka kenal.
Melihat kondisi Wulan sang ayah berkesimpulan: bukan karena kecelakaan. Dia pun lapor polisi. Alung ditahan. Selesai.
"Di antara begitu banyak media yang menulis soal ini, saya memilih tulisan Fathurrahman yang paling baik. Dia wartawan Radar Bogor," ucap Dahlan yang juga meminta tolong kepada Fathur untuk ke rumah orang tua Wulan.
Ketika Fathur tiba di rumah Wulan hujan lagi turun. Bogor selalu hujan di musim seperti ini. Fathur belum bisa langsung wawancara. Masih ada tahlilan.
Selesai tahlilan, Fathur mengobrol dengan ayah-ibu Wulan. Mereka bercerita bahwa Wulan itu anak manja. Sehari sebelum tewas makan saja minta disuapi ibunya. Dia juga tidak mau makan kalau tidak disediakan di meja.
Rumah orang tua Wulan itu di dalam gang yang sangat sempit, kelok-kelok dan naik turun. Rumah orang tua Wulan hanya selebar 3,5 meter. Sang ayah memang kerja serabutan, termasuk sering jadi tukang parkir.
Wulan sendiri tamatan SMA di swasta di Bogor. Awalnya dia kerja di toko baju. Lalu di resto mi udon. Pindah lagi ke Transmart. Tidak lama. Transmart tutup. Dia menganggur.
"Alunglah yang mencarikan kerja berikutnya: di karaoke dekat ruko yang dia jaga," ucap Dahlan.
Sekalian Alung bisa mengawasi Wulan dari dekat. Wulan tidak boleh punya teman laki-laki. Di HP pun tidak boleh punya nomor laki-laki kecuali ayahnya dan Alung. Dia sering periksa HP Wulan.
Konon Wulan jenis wanita yang tidak suka laki-laki seperti itu. Namun, dia juga takut pada Alung.(dis/jpnn.com)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam