jpnn.com, JAKARTA - Sekjen Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Firman M Nur, sangat menyanyangkan atas kebijakan pemerintah Arab Saudi melarang sementara perjalanan jemaah umrah Indonesia ke Tanah Suci.
"Saya tidak pernah berpikir bahwa akan ada suspend atau penundaan keberangkatan jemaah umrah ini. Kami juga yakin pemerintah Arab Saudi pasti sangat berat sekali untuk melakukan penundaan ini," ungkap Firman saat dihubungi JPNN.com, Jumat (28/2).
BACA JUGA: KBRI Ankara Fasilitasi Pemulangan Ratusan Jemaah Umrah Via Turki
Dia menilai, penundaan sementara itu tentu berdampak buruk terkait kerugian bagi Arab saudi sendiri. Pasalnya, Indonesia merupakan negara terbesar kedua yang mengunjungi negara tersebut setelah Pakistan.
"Saat ini kalau kita hitung setiap bulan rata-rata 100.000 jemaah umrah Indonesia ke Tanah Suci. Ya mungkin kalau dihitung per hari sekitar 3500-5000 jemaah," katanya.
BACA JUGA: Jamaah Batal Umrah, Begini Cara Refund Agar Uang Tetap Aman
Selain itu, kata dia, kalau hanya gara-gara virus corona yang menyebabkan perjalanan harus ditunda, bukanya hal baru di Arab Saudi.
Sebelumnya, Firman menyebut, Arab Saudi pernah diserang dua virus mematikan yaitu MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
BACA JUGA: 13 Ribu Jemaah Umrah di Arab Saudi Akan Dijemput Lion Air
"Virus corona ini merupakan virus ketiga yang ada di Arab Saudi. Sebelumnya ada virus Mers di mana virus itu diduga dari onta. Kemudian ada lagi virus Sars dan sekarang virus corona," katanya.
"Dari dua virus itu bisa dikatakan lebih besar dan lebih banyak yang terkontaminasi. Namun mereka tidak melakukan penundaan, malah puncak jemaah haji berjalan seperti biasa," sambungnya.
Untuk itu, Firman sontak tidak menyangka bahwa penundaan itu lantaran virus corona yang berasal dari Tiongkok.
"Makanya ini tidak terpikir oleh semua pihak dan tidak ada yang tahu. Mungkin mereka terpaksa melakukan penundaan ini dan ini baru pertama kali terjadi," katanya. (mg9/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian