jpnn.com - JPNN.com--Harga cabai di beberapa daerah naik dengan perbedaan harga cukup signifikan.
Kenaikan itu terjadi sejak sebelum Natal 2016. Tidak hanya mahal, ''si merah pedas'' itu juga sangat langka.
Pantauan Samarinda Pos (Jawa Pos Group) di Pasar Segiri, Jalan Perniagaan, Samarinda Ulu, menyebutkan bahwa harga cabai menembus Rp 200 ribu per kilogram kemarin (3/1) pagi.
BACA JUGA: Cabai Jablay Tembus Rp 150 Ribu per Kilogram
Lonjakan harga itu terjadi bertahap sejak Natal 2016, tahun baru, dan puncaknya kemarin.
Pedagang cabai Pasar Segiri Syarifudin mengungkapkan, kenaikan harga cabai itu disebabkan stok yang sedang minim.
BACA JUGA: Awal 2017, Harga Cabai Rawit Masih Tinggi
''Yang ada stoknya saat ini hanya di Palu, Sulawesi Tengah. Makanya, kami mengambil di sana. Bayangkan, semua pedagang berebut ambil di sana,'' ujarnya di sela-sela melayani pembeli.
Dalam keadaan normal, lanjut dia, pedagang biasanya mengambil cabai di beberapa kota.
BACA JUGA: Cabai Busuk Diborong, Harga 40 Ribu
Misalnya, Mataram, Bali, Palu, dan di daerah Jawa. Namun, saat ini cabai hanya tersedia di Palu.
Dia mengatakan, tren naiknya harga cabai bermula dari harga Rp 45 per kilogram sebelum Natal, kemudian naik Rp 70 ribu per kilogram saat Natal.
Belakangan harga cabai terus naik secara bertahap. Pada awal tahun, harga cabai naik menjadi Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per kilogram.
Meski harga cabai naik hingga lima kali lipat, lanjut Syarifudin, warga tetap saja membeli.
Dia mengungkapkan, biasanya dirinya menyetok 220 kilogram cabai per hari. Tetapi, khusus kemarin dia hanya mengambil 70 kilogram lantaran stoknya minim. Dia mengaku mengambil langsung dari distributor dengan harga Rp 100 ribu per kilogram. Ditambah biaya distribusi Rp 30 ribu dan biaya angkut Rp 40 ribu.
''Jadi ya dengan begini kami jual. Belum lagi hitung potongan cabai yang rusak,'' tutur pria berbadan gempal itu.
Syarifudin mengatakan sudah memesan 10 dus cabai lagi dari Palu. Dia memprediksi beberapa hari ke depan harga cabai belum turun secara signifikan.
''Kalau cabai ini, harga normalnya Rp 20 ribu sampai 35 ribu. Tapi, namanya bahan makanan pokok, harganya fluktuatif,'' tuturnya.
Hal senada diungkapkan Ratna, juga penjual cabai. Dia tidak mengetahui secara jelas apakah ada yang berniat menimbun cabai atau murni kurang persediaan.
''Di mana-mana stoknya lagi kosong, Mas. Makanya mahal,'' kata perempuan berhijab itu.
Situasi serupa dijumpai di Pasar Pagi, Jalan Jenderal Sudirman, Samarinda Kota.
Pedagang sembako Saginem, 40, juga mengeluhkan langkanya stok cabai.
Akibatnya, banyak pedagang yang tidak berani menyediakan barang dalam jumlah banyak.
''Ini sisa stok kemarin. Saya tidak berani ambil banyak karena belum banyak laku,'' tuturnya.
Mahalnya harga cabai itu membuat pusing pembeli. Yanti, 35, mengaku pasrah atas harga yang ada.
Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain berharap agar harga cabai segera turun.
''Mau tidak mau, saya harus membeli. Saya punya warung makan. Saya butuh cabai,'' ujarnya.
Pemilik warung makan itu terpaksa mengakali dengan memperbanyak tomat saat membuat sambal.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pasar (kini menjadi Dinas Perindustrian) Sulaiman Sade mengatakan baru mengetahui hal itu saat dimintai konfirmasi sekitar pukul 13.00 Wita di balai kota.
''Ya, tadi pagi (kemarin pagi, Red) saya dengar ada ribut soal harga cabai. Nanti saya koordinasi dulu sama kepala UPTD pasarnya, baru kita carikan solusi,'' kata dia. (zak/rm-4/beb/c4/ami/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Cabai Rawit Kembali Stabil Diawal Tahun
Redaktur & Reporter : Natalia