Astaghfirullah..Muktamar NU Diwarnai Pemukulan dan Dugaan Politik Uang

Senin, 03 Agustus 2015 – 00:06 WIB
Kericuhan terjadi dalam Muktamar NU, Minggu (2/8) malam. Foto: M. Fathra Nazrul Islam/JPNN.com

jpnn.com - JOMBANG - Astaghfirullah...! Kata ini diucapkan sejumlah peserta muktamirin yang menghadiri pleno tata tertib (Tatib) Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 di Jombang, Jawa Timur, begitu terjadi aksi pemukulan terhadap wakil dari PWNU Riau.

Pemukulan tersebut terjadi setelah PWNU Riau, menyatakan sikap agar konsep pemilihan Rais 'Aam PBNU dikembalikan kepada AD/ART, bukan konsep Ahlul Halli Wal 'Aqdi atau AHWA. "Tidak boleh menginjak-injak AD/ART," kata utusan PWNU Riau itu, Minggu (2/8) malam.

BACA JUGA: Desak PP Honorer Segera Terbit agar Pengangkatan Dimulai 2016

Setelah menentukan sikapnya menolak penerapan sistem AHWA, utusan Riau itu mau dipukul salah seorang muktamirin lain tapi berhasil dipisahkan Banser NU. Diduga, yang berupaya menyerang adalah pendukung AHWA.

Penyerangan itu belum berhenti, begitu utusan Riau dibawa ke depan forum, ada saja seorang muktamirin yang mendekat dan berhasil memukul kepalanya. Pemukul yang tidak diketahui identitasnya itupun diamankan.

BACA JUGA: Indonesia-Palau Rundingkan Batas ZEE

Keributan di Muktamar NU belum berhenti, masing-masing PWNU dan PCNU diberikan hak bicara menyikapi sistem AHWA. Pro kontra pun berlanjut. Bahkan PWNU Papua Barat dan 19 PCNU-nya, mendukung penuh sistem AHWA.

Nah, tiba giliran utusan PWNU Kepulauan Riau, juru bicaranya yang tidak menyebutkan nama juga menyatakan sikap menolak AHWA. Bahkan, dia menyatakan memiliki bukti bahwa upaya pemaksaan sistem AHWA diwarnai permainan uang.

BACA JUGA: Hanya Gara-gara Konferensi Pers Johan Budi akan Dilaporkan ke Bareskrim

"Kalau PWNU Jatim menyatakan (AHWA) mengangkat marwah ulama. Tadi malam telah tertangkap seseorang yang membawa bungkusan berisi uang untuk diserahkan pada Muktamirin di pemondokan kami. Kami punya buktinya," ujarnya.

Tak berhenti di situ, utusan Kepri masih terus bicara dan menyebut bahwa para pimpinan sidang yang terdiri dari para ulama ikut mendukung sistem AHWA dan membagikan uang tersebut.

"Kalau Bapak bilang sistem AHWA mengangkat marwah ulama, Bapak sendiri yang menyerahkan uang," ujarnya.

Alhasil, pernyataan tersebut memantik reaksi dari ribuan peserta lain. Utusan Kepri dinilai telah menghina ulama. "Jangan sekali-kali menghina ulama. Kualat," teriak seorang muktamirin.

Utusan Kepri pun kemudian dibawa keluar dari arena dengan pengamanan Banser NU, sembari menghalangi kemarahan muktamirin yang berupaka menghakiminya. (fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita di Balik Meriahnya Muktamar NU, Hotel Penuh, Rumah Warga pun Jadi Penginapan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler