Asuransi untuk Korban Tragedi Tanker Sanchi Sulit Cair

Jumat, 12 Januari 2018 – 13:06 WIB
Tanker berbendera Iran tabrakan dengan kapal kargo Hongkong di perairan Tiongkok. Foto: Reuters

jpnn.com, BEIJING - Kapal tanker Sanchi yang bertabrakan di Laut China Timur masih terbakar. Sebanyak 31 awak kapal belum ditemukan. Dampak polusi dan kerusakan laut akibat insiden kecelakaan pada Sabtu (6/1) itu juga belum sepenuhnya diukur.

Tetapi, kini National Iranian Tanker Company yang mengoperasikan Sanchi dihadapkan pada masalah baru. Yakni, asuransi.

BACA JUGA: Tragedi Tanker Sanchi Sebabkan Kerusakan Lingkungan Parah

Tak seperti kecelakaan lainnya, pembayaran klaim bakal sulit. Sebab, pemerintah AS masih menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran. Pada 14 Juli 2015 Iran sudah menandatangani kesepakatan nuklir yang disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Tahun berikutnya, sebagian besar sanksi internasional terhadap Iran dicabut. Tetapi, sanksi ekonomi AS masih berlaku. Yaitu, individu maupun lembaga di AS tidak boleh melakukan transaksi dengan Iran.

BACA JUGA: Tanker Iran Tabrak Kapal Hong Kong, Puluhan ABK Hilang

’’Perusahaan asuransi secara hukum sah untuk membayar klaim. Tetapi, praktiknya bisa dikatakan hampir tidak mungkin dilakukan,’’ ujar CEO W Legal Nigel Kushner seperti dilansir kantor berita Reuters.

Dia mengungkapkan bahwa proses kompensasi bakal rumit karena ada empat hal yang diasuransikan secara berbeda. Yaitu, Sanchi, muatan yang dibawa, polusi yang disebabkan tabrakan itu, dan para korban. Sebanyak 30 kru Sanchi adalah warga Iran. Sisanya yang dua orang merupakan penduduk Bangladesh.

BACA JUGA: Perluas Market, AIA Optimalkan Kontribusi Agen Asuransi

Bank di luar AS bisa saja melakukan transaksi dengan Iran, tetapi pembayarannya juga tidak bisa menggunakan dolar Amerika. Sebab, tidak mungkin membayar dengan dolar Amerika tanpa melibatkan sistem finansial Negeri Paman Sam itu.

Pembayaran dengan mata uang lain memang mungkin terjadi, tetapi juga tidak mudah. Mayoritas bank di negara-negara Barat berpikir ribuan kali sebelum bertransaksi dengan Iran. Mereka takut melanggar sanksi AS.

Sementara itu, pada Rabu petang (10/1) Sanchi meledak sebagian. Kejadian tersebut menimbulkan rasa takut bahwa Sanchi akan tenggelam kian besar.

Pemerintah Tiongkok langsung menarik kapal-kapal pemadam dan penyelamatnya ke zona aman untuk menghindari efek ledakan. Ada belasan kapal milik Tiongkok, Korea Selatan (Korsel), dan AS yang ikut dalam operasi pemadaman dan pencarian kru Sanchi.

Juru bicara National Iranian Tanker Company Mohsen Bahrami menuding pemerintah Tiongkok tidak sungguh-sungguh ingin memadamkan Sanchi dan menyelamatkan para kru. Mereka tidak mengerahkan alat dan personel pemadam secara maksimal.

Sehari sebelumnya, pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa mereka tidak menemukan kebocoran besar di Sanchi. Kapal itu bermuatan 136 ribu ton kondensat yang cepat terbakar maupun menguap sehingga meninggalkan sangat sedikit residu.

Tetapi, jika sampai minyak di tempat penyimpanan bocor, ceritanya lain lagi. Minyak untuk bahan bakar kapal itu sangat beracun, tetapi tidak mudah meledak. Meski begitu, imbasnya pada kehidupan bawah laut luar biasa. Jika terbakar, juga bisa mengakibatkan asap hitam pekat.

Sementara itu, pemerintah Iran yakin kru yang hilang masih memiliki kesempatan untuk selamat. Angkatan Laut Iran baru bergabung dalam proses penyelamatan pada Rabu lalu.

Pejabat senior di Kementerian Luar Negeri Iran Hassan Qashqavi menegaskan, jika kru tersebut berlindung di ruang mesin atau ruang lainnya yang tidak terbakar, peluang mereka selamat masih tinggi. (sha/c20/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... FWD Life Edukasi Masyarakat Lewat Insurance Festival 2017


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler