JAKARTA – Kritik terhadap jajaran kepolisian dalam menangani serangkain kasus kekerasan bersenjata, terus mengalirSosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Tamrin Amal Tomagola mengatakan, kepolisian selalu nampak lambat menyelesaikan konflik missal, lantaran polisi hanya menggunakan pendekatan yang fokus ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) saja.
Mestinya, lanjut pria kelahiran Halmahera Utara itu, polisi juga menggunakan perspektif jangka panjang, menurut ancaman kekerasan yang mungkin terjadi
BACA JUGA: Kumpulkan Masukan, Calon Kapolri Harus Segera Diumumkan
Sehingga bisa lebih cepat mengatasi konflik.Tamrin memberi contoh dalam kasus bentrokan antardua kelompok pemuda di Jalan Ampera, Jakarta Selatan
BACA JUGA: Bahaya, Bawa Senjata Dianggap Biasa
Padahal sudah jelas, potensi bentrokan itu ada, lantaran ada kejadian bentrokan yang bisa mendahuluinya, yakni April 2010 di BlowfishBACA JUGA: Sosiolog: Menag Harus Dijewer
Dia mengingatkan polisi agar bisa memahami bahwa sebuah persoalan konflik, sudah pasti ada akar penyebabnyaBaik itu dalam kasus Tarakan, ataupun tragedy AmperaDikatakan, kejadian bentrokan di dua tempat itu, sebenarnya sudah bisa diantisipasi.
“Sudah ada jerami, yang siap terbakarPemicu bentrok hanya geretan sajaTangan bukan sebab utamaSaat menyenggol gelas yang sudah berisi air, maka airnya akan tumpahTapi jika gelasnya tidak berisi air, ya tidak akan tumpah,” ujarnya memberikan ilustrasi(sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Ubah Protap Hadapi Massa Bersenjata
Redaktur : Tim Redaksi