Atasi Kebutuhan Mendesak, Bangun Minihidro

Sabtu, 20 Agustus 2011 – 17:32 WIB

AWAN tiba-tiba datang berduyun-duyunJam sudah menunjukkan pukul 12.15 WIT

BACA JUGA: Ketemu Lokasi PLTA Berkelas Emas, Kelelahan Lunas

Berarti sudah satu jam kami bercengkerama bersama penduduk suku Wamena di lereng Sungai Baliem itu
Termasuk sempat belajar meracik rokok ala penduduk Wamena yang kertasnya terbuat dari daun tertentu yang dikeringkan dan tembakaunya terbuat dari daun yang lain lagi yang dipadatkan

BACA JUGA: Murah yang Membuat Marah



Tapi, awan kian gelap saja
Mau tidak mau kami harus segera kembali ke Wamena: kembali harus berjalan kaki 15 km melalui halang rintang, tebing, bukit, dan jalan setapak yang licin itu

BACA JUGA: Senggolan Nazaruddin

Kalau keduluan hujan, bisa-bisa lereng yang terjal menjadi lebih licin lagi.

Meski otot kaki sudah terkuras saat berangkat, awan yang kian gelap memaksa kaki untuk tetap melangkah pergiAyunan langkah memang terasa berat, tapi pikiran terasa ringanSudah ditemukan lokasi ideal untuk membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) skala besar untuk daerah Wamena dan lima kabupaten pegunungan sekitarnyaProyek ini akan kami namakan PLTA Baliem-2Kelak ada kemungkinan bisa dibangun proyek Baliem-1 di hulunya dan Baliem-3 di hilirnya.?

Proyek Baliem-2 akan memakan biaya Rp 3 triliunSebuah bendungan raksasa harus dibangun di situDemikian juga terowongan airDan, yang pertama harus dilakukan adalah membangun jalan di lereng-lereng gunung itu sepanjang 35 km.
   
Dengan gambaran lokasi seperti itu kesulitan membangun proyek Baliem-2 sudah bisa dibayangkanBukan saja tidak ada jalan dari Wamena ke Baliem-2, bahkan tidak ada jalan menuju Wamena itu sendiriSemua barang harus didatangkan dari Jayapura dengan pesawatMulai semen, baja sampai beras dan gula.?

Karena itu, Nasri Sebayang, direktur perencanaan dan teknologi PLN, harus membuat desain Baliem-2 yang tidak umumUntuk membangun 50 MW tahap I saja, mungkin sampai memerlukan 10 turbinIni pun harus dengan cara yang rumitSebab, pada dasarnya pesawat menuju Wamena hanya bisa mengangkut turbin berukuran 1 MWAkan dicoba menggunakan turbin 5 MW dengan cara dipreteliPasti tidak mungkin menggunakan turbin lebih besar dari 5 MW seperti di Jawa.

Ide-ide untuk bisa mengangkut ribuan ton material ke Wamena terus kami pikirkanApalagi, pertengahan tahun depan fisik proyek Baliem-2, setidaknya jalan akses, sudah harus dimulai.
   
Dalam keadaan kelelahan karena perjalanan pulang ke Wamena ini, kami paksakan berbelok dulu ke arah Sungai WalesiYakni, untuk melihat proyek minihidro: pembangkit listrik tenaga air berukuran kecilKami memang berencana memenuhi kebutuhan mendesak listrik Wamena saat ini dengan minihidroSedangkan proyek Baliem-2 yang baru selesai 5-6 tahun mendatang adalah untuk keperluan jangka panjang.
   
Di Sungai Walesi, ada empat minihidro yang sudah menghasilkan listrikSatu lagi dalam uji cobaLalu masih ada dua lagi yang kini dikerjakan fondasinyaDengan demikian, pertengahan tahun depan Wamena sudah mendapatkan sekitar 4 MW dari tujuh minihidro di WalesiIni pun belum cukupKota Wamena terus berkembang dengan pesatJumlah mobil dan motor kini sudah mencapai 10.000 buah, dua kali lipat daripada lima tahun lalu.
   
Kota Wamena ternyata jauh lebih besar daripada yang saya bayangkanDan, Wamena masih terus berkembangIni berarti kebutuhan listriknya terus meningkat.
   
Karena itu, kami segera memproses listrik swasta yang izin lokasinya sudah diberikan oleh bupati WamenaYakni, minihidro 6 MW yang letaknya sedikit di hilir minihidro milik PLN di Sungai WalesiInvestornya, pengusaha Papua, sanggup mengerjakannya paling lama 18 bulanSambil menunggu Baliem-2, kebutuhan listrik Wamena sudah akan terpenuhi 100 persen dari Sungai Walesi.

Ke depan, mesin-mesin genset akan kami matikanBukan hanya tidak ramah lingkungan, tapi juga sangat mahalBahan bakar untuk genset itu harus diangkut dengan pesawat dari JayapuraRepotnya bukan mainJuga mahalnyaSetiap 1 kWh listrik memerlukan biaya bahan bakar saja Rp 6.000/kWhPadahal, PLN menjual listrik kepada masyarakat hanya dengan Rp 650/kWh.

Saya membayangkan, kalau listrik Wamena sudah cukup akhir tahun depan, alangkah kian indahnya kota iniJuga alangkah majunyaPotensi untuk maju sangat terbukaLembah Baliem bukanlah lembah yang sempit yang terjepit di sela-sela gunungLembah ini adalah lembah yang sangat luas, yang dikelilingi puncak-puncak gunung tinggiYang satu, puncak Gunung Ruphius, tingginya 4.070 meterSatunya lagi, Gunung Van der Villigen, tingginya 3.500 meterMasih ada gunung lagi, Puncak Trikora, 4.750 meter.
   
Begitu luasnya lembah ini sehingga potensi untuk berkembang tidak terhambat oleh lahanSaya perkirakan lembah ini akan mampu menampung kemajuan yang membuatnya berpenduduk satu juta sekali punKalau listrik cukup, hotel-hotel modern akan tumbuh dengan pesatnyaWisatawan akan berdatanganKota ini tidak boleh menjadi miskinKemiskinan hanya akan merusak lingkungan dan keindahannya.
   
Wamena sebenarnya tidak bisa disebut lembah (valley)Dia lebih tepat disebut dataran tinggi (plateu), karena ketinggiannya yang 1.700 meterKini Wamena juga tidak bisa dikatakan sebagai kota yang sulit dijangkauJumlah penerbangan ke Wamena terus bertambahAngkutan manusia praktis tidak ada masalah lagiYang jadi persoalan tinggal angkutan barang.
   
Gagasan membangun jalan darat dari arah utara (Jayapura) ke Wamena pernah terwujud pada akhir zaman Pak HartoTermasuk sudah selesai dibangun jembatan besar di atas Sungai Membaramo yang terkenal ituBadan jalannya pernah tersambung, tapi hancur lagi karena tidak ada biaya untuk mempertahankannyaMemelihara badan jalan sejauh 600 km (hampir sama dengan Jakarta-Surabaya) memang tidak mudah.

Kini muncul gagasan baru: Wamena ditembus dari selatanAda sungai besar yang muaranya di Laut Aru, tapi hulunya di Pegunungan JayawijayaDi hulu sungai inilah dibangun pelabuhan kecil untuk kemudian dibuat jalan darat mendaki menuju WamenaJaraknya kurang dari 60 kmDengan demikian, barang-barang dari luar Papua diangkut dengan kapal, lalu dipindahkan ke tongkang menyusuri sungai selama 2?3 hari, dan diangkut mendaki dengan jalan baru menuju Wamena.

Saya sungguh tertarik dengan gagasan baru yang lebih realistik ini(c2/lk)

Dahlan Iskan
  CEO PLN

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kecepatan Kereta Cepat yang Amat Cepat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler