HUJAN turun sepanjang malam di WamenaSambil makan sahur di pedalaman Papua yang dingin itu, saya mengkhawatirkan gagalnya acara penting keesokan harinya: ekspedisi menyusuri tebing Sungai Baliem
BACA JUGA: Murah yang Membuat Marah
Mencari lokasi yang cocok untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bagi penduduk pegunungan tengah Papua.Pagi itu kami, empat direksi, pimpinan PLN setempat, dan beberapa penunjuk jalan, berangkat diiringi rintik-rintik hujan
BACA JUGA: Senggolan Nazaruddin
Dua dokter membawa peralatan medisSetelah 15 menit naik mobil melewati jembatan Sungai Walesi yang lagi ambles digerus banjir, jalan aspal itu tiba-tiba putus
BACA JUGA: Kecepatan Kereta Cepat yang Amat Cepat
Gunung besar di kanan jalan tersebut, rupanya, longsor menjadi banjir bandang yang menghancurkan apa saja, tak terkecuali jalan aspal ituMirip yang terjadi di Wasior, Papua Barat, yang menewaskan ratusan orang ituHancurnya jalan raya tersebut membuat banyak anak sekolah harus berjalan kaki sejauh 10 km setiap hari.Kami pun mulai masuk ke tanah setapak menuruni gunung yang terjal, meloncati sungai kecil, naik lagi ke bukit, menyusuri bibir jurang yang curam, merayapi tebing yang berbatu, dan sesekali kepeleset jalan yang licinKeringat mulai bercucuranJaket dan penutup telinga tidak lagi berfungsiGerimis sudah lama berhenti dan langit mulai membiru.
Penduduk setempat, yakni Suku Wamena yang berwajah cendekia, bertanam hortikultura di tebing-tebing seperti itu: ketela, kentang, wortel, berbagai jenis keladi, jagung, jahe, kecipir, dan sebangsanyaKeladi Wamena, apalagi yang berwarna ungu, luar biasa enaknyaDua malam di Wamena, saya tidak henti-hentinya menikmati keladi ungu itu.
Ketergantungan pada tanaman setempat itulah, rupanya, yang mengakibatkan penduduk terkena bencana kelaparan yang menghebohkan lima tahun lalu ketika terjadi kemarau panjang di situSaat ini, dengan hujan yang cukup, semua tanaman kelihatan memberikan harapanDan, babi-babi yang berkeliaran di setiap pekarangan kelihatan gemuk-gemulai.
Banyaknya babi itu pula yang mengakibatkan perjalanan ini lebih berat lagiPenduduk umumnya membuat pagar batu yang menutup jalan setapak tersebut untuk menghalangi babi merusak tanamanTapi, kami bukan babi sehingga selalu mampu melompatinya, meski kadang harus merayapinyaAtau, harus dengan cara menaiki sebatang kayuSesekali memerlukan pertolongan orang lain agar pantat bisa terangkat.
Bahwa ekspedisi ini tidak menyiksa, semata-mata karena kami memang sedang dalam antusiasme yang tinggi untuk menemukan lokasi PLTA ituApalagi, kami bisa menikmati pemandangan yang tidak mungkin ditemukan di tempat lain: alami tapi eksotisMenengok ke kanan atas, kami melihat perbukitan yang berebut menuding langitMenengok ke kiri bawah, kami melihat aliran sungai yang berbatu dengan suara air deras yang mistisSesekali kami berpapasan dengan banyak anak muda, laki-perempuan, dari Spanyol yang ternyata sangat menyukai wisata jenis ini.?
Yang membuat perjalanan ini juga asyik adalah suhu udara yang sejukSeperti di Eropa pada bulan OktoberHampir sepanjang tahun Tuhan memberikan AC secara gratisSiang dan malamTidak pilih kasih: manusia, sungai-sungai, gunung-gunung, babi-babi, beserta aneka tanaman di seluruh WamenaKarena itu, tidak ada hotel atau rumah yang pasang AC
Ketinggian Wamena yang 1.700 meter di atas laut membuatnya sejuk sepanjang tahunSejuk yang nyaman karena humidity yang cukupTidak seperti dingin di Eropa yang amat kering yang sering membuat bibir pecah berdarah.
Lebih sedikit dari pukul 11.00, kami sudah tiba di lokasi yang diimpikanYakni, satu lokasi yang aliran sungainya menyempitKanan-kirinya gunung yang tinggi dan tebingnya terjalAliran airnya sangat deras pertanda di hilirnya masih sangat curamAdanya belokan setelah tebing yang sempit itu sungguh idealGambaran seperti itulah yang sangat cocok untuk sebuah hydro-powerSyarat-syarat untuk dibangunnya PLTA terpenuhi semuaInilah lokasi yang dikategorikan berkelas emas.
Bersama penduduk setempat, tua-muda, anak-anak dan remaja, gadis-gadis dan ibunya, kami duduk di lereng bukit itu menghadap ke arah lembah aliran sungaiKelelahan seperti terbayar lunasKami sangat menikmati pemandangan sambil beristirahatHanya Nur Pamudji, direktur energi primer PLN, yang selama istirahat satu jam itu tetap berdiriSebagai pendaki gunung yang andal, dia memberitahukan resep ini: jangan istirahat sampai duduk atau berbaring! Itu akan membuat perjalanan berikutnya lebih beratDia tahu, kami tidak boleh lengah karena masih harus kembali menyusuri jalan pulang yang sama beratnya.
Saya bukan pendaki gunung, tapi saya optimistis bisa melakukan perjalanan iniSaya pernah jalan kaki dari Makkah ke Arafah sejauh 45 kmYakni, waktu naik hajiKembali ke Makkah keesokannya juga berjalan kakiHanya, saya sekarang sudah 20 tahun lebih tuaDan masih berstatus pasien transplantasi hati.
Tentu, kami ingin lebih lama di lereng bukit ituKami seperti sedang jatuh cinta dengan tanah WamenaApalagi, di lokasi itu, kami bisa berkumpul dengan warga setempat dalam suasana yang santai dan akrabDialog pun penuh perhatian serta tawaMereka mengerti dengan baik bahasa IndonesiaHanya, kalau mengajukan pertanyaan, masih merasa nyaman dengan bahasa WamenaDengan tulus mereka juga mengingatkan agar kami berhati-hati dalam membangun proyek raksasa iniGunung-gunung berbatu yang kelihatannya keras itu pada dasarnya mudah longsor.
Merasakan keakraban itu, saya menyesal seandainya tidak jadi ke pedalaman Papua hanya gara-gara berita media yang menggambarkan rusuhnya wilayah tersebut sehari sebelum saya berangkat dari JakartaBanyak sahabat yang mencegah saya berangkat Rabu lalu, tapi feeling saya mengatakan akan baik-baik saja.
Rasa kekeluargaan penduduk pedalaman itu juga sangat menonjolSetiap berpapasan dengan orang yang sama-sama menggunakan jalan setapak itu, mereka selalu mengajak bersalamanSalamannya pun sangat kuatPertanda ingin menjalin persaudaraan dan kepercayaanBahkan, beberapa kali, sambil bersalaman itu, mereka sampai merangkul pundak saya
Tegur sapa seperti itu tidak hanya di jalan setapak, tapi juga di ladang-ladang hortikulturaMelihat kami melintas di situ, seorang petani yang menggarap tanah di lereng bawah sana mendongakkan kepala dan berteriak menyapaSebuah keramahan pegunungan yang mestinya bisa melahirkan berkoli-koli puisi(c5/lk)
Dahlan Iskan
CEO PLN
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mulai Daging Babi sampai Mikro LNG
Redaktur : Tim Redaksi