Atasi Tiga Penyakit Ini, Pemerintah Butuh Rp 93 triliun

Rabu, 06 September 2017 – 20:26 WIB
Penyakit jantung. Foto: Active One Group

jpnn.com, JAKARTA - Beban ekonomi Indonesia untuk biaya kesehatan diprediksi makin meningkat seiring tingginya jumlah penderita penyakit kronis seperti jantung, kanker, dan diabetes.

Ketiga penyakit kronis itu menjadi penyebab dari separuh jumlah kematian di Indonesia.

BACA JUGA: Kebiasaan ini Bisa Mengurangi Resiko Diabetes Loh

Menurut laporan WHO, beban ekonomi Indonesia untuk mengatasi ketiga penyakit tersebut mencapai USD 7 miliar atau sekitar Rp 93 triliun.

Luthfi Mardiansyah, Chairman Center for Healthcare Policy and Reform Studies (CHAPTERS), menjelaskan beban ekonomi itu juga tercermin dari klaim BPJS Kesehatan berdasarkan penyakit, di mana penyakit kronis tidak menular (chronic non communicable disease/NCD) berkontribusi 29,7 persen atau sekitar Rp 16,9 triliun.

BACA JUGA: Kerja Sampai Larut Malam Berbahaya Bagi Jantung?

Dari jumlah itu, 13 persen berasal dari penyakit jantung, lima persen kanker, dan 33 persen penyakit diabetes serta implikasinya.

"Biaya kesehatan makin lama akan naik, dan ini tantangan ke depan. Apalagi di daerah perkotaan dengan pergeseran gaya hidup masyarakat yang mendorong peningkatan penderita penyakit kronis," kata Luthfi, Rabu (6/9).

BACA JUGA: Hasil Penelitian Terbaru soal Manfaat Mangga Bagi Kesehatan

Dia mencontohkan dari gaya hidup anak-anak muda di perkotaan sudah terlihat bahwa mereka lebih rentan menderita penyakit kronis.

Dulu jarang didengar penyakit jantung dan penyakit metabolik terjadi di bawah umur 40 tahun, sekarang berbeda.

Saat ini prevalensi pre - diabetes di Jakarta saja sudah 37 persen kebanyakan anak-anak muda.

Menurut dia, dari tren ini bisa dilihat bahwa kalau ini tidak ditangani dengan baik akan berlanjut ke diabetes kronis dan nanti akan diobati BPJS Kesehatan karena berpotensi gagal ginjal.

"Ini akan membebani ekonomi terutama biaya kesehatan dari anggaran BPJS Kesehatan," ucapnya.

Salah satu solusi terbaik, Luthfi memaparkan, upaya preventif mesti digencarkan untuk menurunkan beban ekonomi dari biaya kesehatan.

Program preventif yang inovatif perlu disusun agar memberikan deteksi dan diagnosis lebih awal.

Dia mencontohkan di lingkungan perusahaan, perlu digagas upaya dan program kesehatan di lingkungan kerja seperti fitness, olahraga pagi, menyediakan snack sehat, medical check up berkala.

"Area kerja yang bebas rokok juga dapat menjadi salah satu upaya preventif," tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, inisiatif lain seperti promosi perilaku konsumsi sehat kepada publik dengan fokus mencegah obesitas.

Secara upstream, inisiatif ini bisa menggandeng produsen makanan atau restoran untuk mengembangkan produk makanan sehat.

"Hal ini sudah dilakukan oleh Singapore Health Promotion Board," ucapnya.

Untuk penyakit kanker, Luthfi menilai, perlu dibuat program Cancer Early Diagnosis & Treatment.

Dalam program itu, publik akan diperkenalkan dengan program screening cancer dengan harga yang terjangkau.

Juga, perlu digalakkan program komunitas pasien penyakit kronis sehingga memberikan edukasi lebih luas kepada publik.

Dia menjelaskan Chapters Indonesia Sehat sebagai lembaga kajian yang sifatnya mengkaji sistem kesehatan di Indonesia agar lebih baik berupaya untuk menelurkan pemikiran positif agar biaya kesehatan dapat efisien serta mampu mengantisipasi tantangan ke depan. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Seimbangkan Gula Darahmu, Begini Caranya


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler