jpnn.com, JAKARTA - Media komunikasi dengan dukungan teknologi komunikasi semakin canggih, membuat informasi dapat disebarkan dalam waktu singkat dari pelosok manapun.
Kebenaran informasi maupun hoaks pun hampir tampak samar. Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi dalam menyaring informasi menjadi keharusan dewasa ini.
“Publik saat ini juga menghadapi situasi yang sangat dinamis dengan adanya tsunami informasi yang ada di media sosial dan media online, di mana banyak informasi yang beredar bersifat hoax atau bohong,” kata salah seorang pengamat media sosial Atto Sakmiwata Sampetoding di Jakarta, Senin (8/10).
BACA JUGA: Kemenag Kaji Kurikulum Tanggap Bencana
Di sinilah diperlukan edukasi dan sosialisasi tentang berita hoax atau bohong, kata Atto, agar menjadi sebuah gerakan yang bisa dilakukan di lingkungan formil dalam pemerintahan, swasta dan organisasi sosial dan masyarakat, pendidikan dan keluarga sebagai unit terkecil.
Tokoh masyarakat asal Sulawesi Selatan itu mencontohkan, seperti yang digambarkan pada awal cerita dalam film Crazy Rich Asians, di mana pun yang terjadi di belahan bumi lainnya akan mempunyai dampak terlepas apakah positif atau pun negatif dalam konstelasi hubungan antar manusia, sebagai anggota masyarakat yang banyak dipengaruhi lingkungan dan kultur lokal.
BACA JUGA: Ratna Sarumpaet Siap Ladeni Laporan Gerindra
Secara psikologis, manusia adalah makhluk yang mempunyai daya intelektual untuk mengelola dan menyampaikan apa yang hendak disampaikannya dalam bentuk komunikasi secara suara dan visual.
Media dan alat digital memberikan kesempatan yang luas untuk memperluas jangkauannya.
Konten hoax atau bohong itu menjadi sensasi yang cepat menyebar karena kebiasaan netizen yang dengan mudah membagikannya tanpa dibarengi dengan pemahaman dari kebenaran dan akurasi isinya.
BACA JUGA: Pengamat Sebut Gaya Kampanye Prabowo-Sandi Kian Membosankan
Dalam kampanya politik, Atto Sampetoding mengatakan, “Gerakan antikonten atau informasi yang bersifat hoax atau bohong seharusnya menjadi komitmen bagi seluruh pihak yang berkontestasi di dunia politik, dimulai dari jajaran tokoh atau figur publik yang paling atas sampai tingkat akar masyarakat.”
Kehidupan sosial dan sendi kehidupan lainnya akan mendapatkan dampak yang tidak baik ketika informasi hoax atau bohong itu menyebabkan kesalahan atau kekeliruan dalam menghasilkan kepemimpinan yang baik untuk negara dan masyarakat selama kurun waktu beberapa tahun ke depan.
Politik bersifat abstrak karena berkaitan dengan preferensi dan persepsi masing-masing individu dalam menyampaikan kembali apa yang disampaikan dalam kampanye.
“Dalam skala negara, maka hajatan ini merupakan kegiatan tergorganisir maupun yang bersifat mandiri secara masal dalam rangka mendorong kandidat yang didukung bisa mendapat ‘panggung perhatian’ yang lebih dibanding kontestan lain,” ujar Atto.
Pengetahuan tentang konten hoax atau bohong ini masih minim di masyarakat, sehingga edukasi dan sosialisasi tentang hoax atau bohong ini perlu menjadi sebuah gerakan yang bisa dilakukan di lingkungan formil dalam pemerintahan, swasta dan organisasi sosial dan masyarakat, pendidikan dan keluarga sebagai unit terkecil.
Berita hoax atau bohong sudah pasti akan memberikan dampak negatif. Tidak ada data valid atau pembanding yang disampaikan secara akurat dan sesuai kenyataan. Tidak ada tujuan lain selain sifatnya untuk membangun opini negatif terhadap seseorang.
Seolah-olah kritis terhadap orang yag dituju tetapi sebenarnya untuk menurunkan kredibilitas sementara terhadap individu yang didukung membangun yang opini yang menutupi akurasi dan kenyataannya. Yang ada adalah penekanan pada penderitaan dan komponen cerita yang membangkitkan emosional.
“Yang perlu dilakukan secara proaktif adalah mengurangi efek berantai dari berita hoax tersebut,” harap Atto.
Di sini ada peran pemerintah, media berita dan penyiaran dan lembaga swasta dan masyarakat yang sudah kredibel untuk menjadi pihak yang netral dan penyeimbang yang memberikan informasi yang benar melalui kanal-kanal resmi dan sosial yang juga banyak diakses masyarakat.
Perangkat perundangan-undangan yang berlaku merupakan salah satu komponen penting dalam menjerat dan mencegah pihak manapun yang mempunyai maksud tidak baik dengan menyebarkan berita hoax atau bohong.
Teknologi digital yang dipakai sebagai sarana penyebaran berita hoax atau bohong, pada sisi lainnya juga merupakan perangkat yang canggih dalam menelusuri sumber atau asalnya, dari rekam jejak digital secara forensik.
“Dan tentunya partisipasi positif dari masyarakat yang melek media sosial dan peduli akan kehidupan masyarakat madani bisa ikut menyampaikan informasi terkait yang sesuai fakta” imbuh Atto. (mg8/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerindra Laporkan Ratna Sarumpaet ke Polda Metro Jaya
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha