Sektor pariwisata di Australia sangat terpukul karena pandemi COVID-19 hingga harus menanggung kerugian mencapai AU$101,7 miliar atau lebih dari Rp1 kuadriliun.

Menurut data dari Tourism Research Australia (TRA) pada periode tahun keuangan Maret 2020 hingga Juni 2021, jumlah turis asing ke Australia turun hingga lebih dari 98 persen.

BACA JUGA: WHO Tak Mau Dunia Berpikir Pandemi Akan Segera Berakhir

Tercatat hanya ada 138 ribu orang lebih turis asing yang datang ke Australia sejak pandemi dimulai sampai pertengahan tahun 2021.

Sebagai perbandingan, di tahun keuangan 2019 atau sebelum pandemi, jumlah turis asing yang masuk ke Australia bisa mencapai lebih dari 8,7 juta orang.

BACA JUGA: Jumlah Kasus dan Pasien COVID-19 di Rumah Sakit di Australia Mulai Menurun

Penyebab utama berkurangnya jumlah turis asing ke Australia adalah ditutupnya perbatasan bagi turis asing, meski sudah mulai dibuka perlahan dan tetap dibatasi.

Nilai kerugian yang dialami sektor pariwisata akibat berkurangnya jumlah turis asing mencapai AU$51 miliar, atau lebih dari Rp500 triliun rupiah.

BACA JUGA: Kebaikan Sesama Warga Indonesia di Australia Saat Ada yang Sakit COVID-19

Tapi jika angkanya digabungkan dengan jumlah turis domestik, secara keseluruhan sektor pariwisata di Australia telah merugi hingga AU$101,7 miliar atau lebih dari Rp1 kuadriliun. Upaya pemulihan yang butuh waktu

Kunjungan turis dari lima negara yang menjadi pasar terbesar Australia juga mengalami penurunan hampir 100 persen.

Meski tidak masuk ke dalam daftar lima negara tersebut, data dari TRA menunjukkan jumlah warga Indonesia yang masuk ke Australia menurun 99 persen dibandingkan sebelum pandemi.

Namun dalam catatan tahunannya, Bob East, Chairman dari lembaga Tourism Australia menyatakan optimis jika kondisi pariwisata akan membaik meski butuh waktu.

Ia mengatakan kampanye seperti 'Holiday Here This Year' telah mengajak turis domestik untuk berlibur di dalam negeri di mana dan kapan pun sempat.

Ada pula kampanye 'Event Here This Year' untuk mendorong bisnis dan usaha yang terbiasa menggelar pertemuan dan acara di luar negeri, untuk melakukannya di Australia.

"Ancaman COVID-19 akan terus berdampak pada perjalanan di seluruh dunia. Namun pelaksanaan program vaksinasi nasional akan lebih memberikan kepastian soal situasi kesehatan dan aktivitas ekonomi," demikian tulisan Bob dalam laporan akhir tahun.

"Di saat kita mengakui jika pemulihan akan membutuhkan waktu lama, Tourism Australia akan terus fokus pada upaya untuk memaksimalkan kesempatan yang ada dan yang akan dikembangkan untuk industri pariwisata." Ribuan pekerjaan di sektor pariwisata hilang

Diperkirakan 9.000 lapangan kerja di sektor pariwisata di Cairns hilang akibat pandemi COVID-19.

Cairns yang terletak di negara bagian Queensland adalah salah satu tempat wisata populer di Australia, yang dikenal dengan Great Barrier Reef dan sejumlah hutan tropisnya.

Kepala eksekutif dari Tourism Tropical North Queensland, Mark Olsen, mengatakan sebelum pandemi kawasan tersebut mempekerjakan lebih dari 15 ribu orang.

Namun dengan tidak adanya lagi bantuan skema 'Jobkeeper' Pemerintah Australia untuk menanggung gaji pekerja selama pandemi, banyak di antaranya yang terpaksa keluar dari industri pariwisata.

"Tanpa kunjungan internasional, kita kehilangan sekitar 9.000 karyawan dalam 22 bulan terakhir," kata Mark.

"Awalnya adalah pekerja yang berada di garis depan, pekerja casual dan part-time, tapi karena pandemi berlanjut, kita mulai kehilangan pekerja dengan keterampilan tinggi."

"Kita banyak kehilangan [pemandu] terampil dan berpengalaman di kawasan yang telah menjadi salah satu tujuan wisata paling sukses dalam 30 tahun terakhir."

Tapi sejak akhir pekan kemarin, syarat karantina bagi pelaku perjalanan internasional ke Queensland telah dihapuskan.

Hal ini diharapkan dapat membantu industri wisata di Queensland, bahkan sektor lainnya seperti industri pendidikan.

Seperti diakui oleh Simon Craft, yang berharap perubahan ini akan berdampak besar bagi sekolah kursus Inggris miliknya, Inforum Education.

Sebelumnya, saat Australia mengumumkan penutupan perbatasan di bulan Maret 2020, Simon masih memiliki 300 pelajar internasional dengan 35 karyawan.

Tapi pada April 2021, ia hanya mampu mempertahankan enam karyawan tanpa satu pun pelajar.

"Tapi saya berharap dalam waktu enam sampai delapan bulan ke depan, kita bisa mendapatkannya kembali," kata Simon, yang juga mendengar mulai kembalinya pelajar di sekolah bahasa Inggris di Sydney dan Melbourne.

Kepala eksekutif dari Destination Gold Coast, Patricia O’Callaghan berharap dengan pelonggaran syarat perjalanan ke Australia, mereka akan kembali fokus kepada pasar internasional, terutama 'backpacker'.

Terlebih Tourism Australia akan membuat kampanye dengan target ‘backpacker’ dengan anggaran mencapai AU$3 juta.

"Keberadaan backpacker berdampak sangat besar bagi dunia tenaga kerja di Gold Coast, kita kehilangan mereka. Saat kita mulai pulih, keberadaan mereka akan menjadi penting bagi pertumbuhan ekonomi di pasaran internasional."

Laporan tambahan Kristy Sexton-McGrath dan Dominic Cansdale

Diproduksi oleh Erwin Renaldi

BACA ARTIKEL LAINNYA... Amerika Serikat Minta Keluarga Staf di Kedutaannya di Ukraina untuk Pergi, Rusia Sudah Dekat?

Berita Terkait