Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mendorong digelarnya penyelidikan global atas asal-usul pandemi COVID-19, termasuk upaya penanganan yang dilakukan Tiongkok di kota Wuhan.
Namun Pemerintah Tiongkok langsung menolak usulan ini dan menuding Australia tidak menghargai pengorbanan rakyat Tiongkok dalam mengatasi wabah corona.
BACA JUGA: Adian Napitupulu Tantang Erick Thohir Sebut Nama
Menlu Payne dalam wawancaranya dengan ABC mendorong perlunya dibentuk komisi untuk menyelidiki pandemi COVID-19.
Tak hanya itu, ia menginginkan keterbukaan bagaimana langkah penanganan yang dilakukan di Tiongkok di tahap-tahap awal di kota Wuhan.
BACA JUGA: Adian Napitupulu: Jangan-jangan Erick Thohir Menuduh Saya
Usulan itu dia kemukakan karena pihaknya tidak yakin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan menggelar penyelidikan atas persoalan ini.
Menurut Menlu Payne, penyelidikan semacam itu akan membutuhkan kerjasama internasional.
BACA JUGA: Lagi, Dua Dokter Positif Corona, Kita Doakan yang Terbaik
"Hal ini membutuhkan dukungan banyak pihak dan negara untuk bersama-sama mendorong transparansi dan memastikan bahwa adanya mekanisme penyelidikan yang bisa dipercaya," paparnya.
Partai Buruh Australia yang beroposisi telah menyatakan dukungannya dan mendesak pemerintah untuk secara aktif mencari dukungan dari negara-negara lain.
"Mengingat Menlu telah menyampaikan hal ini, maka kami mendukung, jangan hanya disampaikan dalam wawancara," ujar jubir oposisi Chris Bowen.
"Penyelidikan ini harus diwujudkan. Kami mendukung, dan berharap serta percaya Tiongkok akan bekerjasama," katanya.
Sementara itu, Menlu Payne menolak untuk menjelaskan apakah dia mempercayai Tiongkok atas penanganan pandemi COVID-19.
"Saya mempercayai Tiongkok dalam hal kerjasama yang perlu kita lakukan bersama," katanya.
"Soal virus corona adalah urusan untuk diselidiki secara independen. Kita perlu melakukan hal itu. Faktanya, Australia akan tetap mendorong hal itu," tambah Menlu Payne.
Sebelumnya, Perdana Menteri Scott Morrison mengkritik WHO dan kini pihaknya mengkaji keterlibatan mereka dengan WHO.
Namun Perdana Menteri Australia, Morrison mengakui WHO telah merespons permintaan bantuan dari nega-negara Pasifik setelah akibat virus corona, selain wabah penyakit lainnya dalam beberapa tahun terakhir.
Komentar PM Morrison disampaikan menyusul ancaman Amerika Serikat menarik dana bagi WHO, setelah Presiden Donald Trump menuding organisasi itu "mempromosikan disinformasi yang dilakukan Tiongkok" terkait virus tersebut.
WHO menyatakan pihaknya menyesalkan keputusan Trump dan menyerukan negara-negara lain untuk bersama-sama mengatasi pandemi.
Amerika Serikat adalah donor terbesar WHO, dengan nilai lebih dari US$400 juta pada tahun 2019, atau sekitar 15 persen dari anggaran tahunan WHO. Tiongkok menyesalkan Australia Photo: Jubir Kemenlu Tiongkok Geng Shuang menyatakan Tiongkok menolak dengan tegas usulan Australia membentuk penyelidikan global atas COVID-19. (MOFA)
Menanggapi permintaan Australia, Menteri Luar Negeri Tiongkok, Geng Shuang menyebut pertanyaan Australia tentang bagaimana Beijing menangani COVID-19 sama sekali tidak berdasar.
Ia menyatakan segala langkah yang dilakukan Tiongkok itu terbuka dan transparan.
"Keraguan mengenai transparansi Tiongkok bukan hanya tak sesuai fakta, tapi juga tidak menghargai upaya dan pengorbanan luar biasa dari rakyat Tiongkok," katanya.
Menlu Shuang mendesak Australia agar bisa melihat permasalahan ini secara obyektif, ilmiah dan teliti.
"Kami mengharapkan Australia akan berbuat lebih banyak untuk memperdalam hubungan Tiongkok-Australia, meningkatkan rasa saling percaya, dan membantu pencegahan dan pengendalian epidemi di kedua negara," kata Geng Shuang.
"Bukannya menari-nari mengikuti irama gendang yang ditabuh oleh negara tertentu untuk merusak situasi," katanya.
Hingga hari Senin, pihak berwenang Tiongkok melaporkan adanya 82.747 kasus positif, dengan jumlah korban meninggal tetap 4.632 orang.
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kondisi Warga Indonesia di Kota-kota Dunia dengan Jumlah Kasus Virus Corona Tertinggi