Pemerintah Australia percaya diri bahwa kesepakatan perdagangan bebas dengan China akan dicapai saat Presiden Xi Jinping berkunjung ke Australia.
Presiden Xi akan bertolak ke Australia pada pekan depan untuk mengikuti pertemuan G20 dan baik Australia maupun China ingin menggunakan kesempatan tersebut untuk menandatangani kesepakatan perdagangan bebas.
BACA JUGA: Pengamat: Ancaman ISIS Lebih Hebat dari Al Qaeda
Untuk mencapai hal ini, para negosiator dari kedua belah negara semestinya dapat menyelesaikan rancangan kesepakatan pada 7 November.
BACA JUGA: Rekaman Dari Kamera Tersedia di Online Tanpa Sepengetahuan Pemiliknya
Menandatangani kesepakatan dengan mitra dagang terbesar Australia dipandang sebagai potensi besar bagi perekonomian kedua negara.
Setelah hampir 10 tahun pembahasan, delegasi Australia dan China kini tinggal menyelesaikan dua poin yang sulit dicapai kesepakatannya.
BACA JUGA: Australian National University Terima Buku Sumbangan Berusia 350 Tahun
Menteri Perdagangan Australia, Andrew Robb, tak akan memaksakan pembahasan lebih lanjut pada dua poin tersebut.
“Hanya ada dua poin sebenarnya tapi saya tidak akan menyinggungnya lagi karena saya pikir akan kurang produktif untuk bernegosiasi di depan publik. Jadi saya rasa, kami akan mampu mengatasinya dengan percaya diri,” jelasnya.
Menteri Andrew mengutarakan, baik Australia maupun China, sejauh ini, telah bekerja keras untuk mencapai kesepakatan ini.
Ia menuturkan, meski pergerakan tenaga kerja bisa menjadi salah satu komponen kesepakatan tersebut, hal itu tak akan mengurangi besaran upah di Australia
Ia juga mengesampingkan para pekerja Cina yang datang ke Australia dengan tingkat upah di bawah ketentuan yang saat ini diatur dalam hukum Australia.
Partai Buruh telah menyuarakan keprihatinan mereka bahwa para produsen gula Australia bisa saja dirugikan dari kesepakatan ini, dan industri pengolahan susu juga bisa dirugikan secara tidak adil.
Produsen susu Australia telah melobi agar paket seperti di Selandia Baru, yang akan memberi mereka kondisi serupa dengan rekan-rekan di negeri kiwi itu sejak tahun 2008, diberlakukan.
Sebanyak 6.500 produsen susu bersemangat mengamati perkembangan kesepakatan dengan China ini, setelah mereka tak diperhitungan dalam kesepakatan perdagangan bebas dengan Jepang dan Korea.
Menteri Pertanian Australia, Barnaby Joyce, telah mengumumkan adanya kemungkinan kesepakatan ekspor ternak dengan China, yang ia sebut memiliki potensi pasar 1 juta ekor dan bernilai hingga 1 milyar dolar tiap tahunnya.
Menteri Utama Queensland, Campbell Newman, mengatakan, prospek kesepakatan ekspor ternak ini memberi para peternak sebuah harapan.
“Saya akan sangat tegas tentang hal ini: ini adalah berita fantastis bagi Queensland dan bagi para peternak sapi di negara ini," katanya.
Ia menambahkan, "Kami membuat komitmen untuk menggandakan produksi pertanian di Queensland, akses ke pasar ekspor semacam ini sangatlah penting."
Tapi Presiden Asosiasi Peternak Wilayah Utara Australia mengatakan, para peternak akan berjuang untuk memasok ternak ke China dengan mengorbankan pasar lain, termasuk Indonesia.
"Jika jutaan ekor pergi ke China, harus ada pasokan ke negara lain yang berkurang. Hal ini tentu akan mengambil jatah pasar lain," kata David Warriner.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ekspor Sapi Australia ke China: Asosiasi Ternak Khawatir Dampaknya ke Indonesia