JAM dinas usai tidak berarti halaman Polsek Rungkut senyap. Sore justru kadang lebih ramai ketimbang siang. Ada deru motor, ada pula tepuk tangan. Penyebabnya, Oskar berlatih kemampuan motor freestyle di halaman kantornya.
-----------
Eko Priyono, Surabaya
-----------
Latihan itu memang tidak setiap hari. Namun, selalu ditunggu ’’awak’’ Polsek Rungkut sebagai hiburan gratis.
Beberapa anggota yang seharusnya sudah waktunya bertemu anak-istri memilih menunda jam pulang sekadar ingin melihat ’’bos’’ mereka berlatih mengendarai motor dengan gaya bebas. ”Biar kantor enggak sepi-sepi amat,” kata Oskar.
BACA JUGA: Kisah Si Manis Pembawa Baki Merah Putih di Istana
Kecintaannya pada motor freestyle itu berawal ketika dia berdinas sebagai Kasatlantas Polres Batu. Di Kota Apel itu, dia mendapati banyak kelompok klub motor yang menggunakan motor protolan dan mengabaikan standar keselamatan berkendara.
Dengan model tersebut, mereka sering memamerkan kemampuan mengendarai gaya bebas di jalan raya. Salah satunya gaya wheelie. Gaya mengendarai motor dengan hanya bertumpu pada roda belakang. ’’Kalau dipraktikkan di jalan raya, kanbahaya,’’ ucapnya.
BACA JUGA: Nyindir DPR saat Sidang dengan Komposisi Angop
Mula-mula mereka diingatkan agar tidak mengulangi dan diarahkan agar mempraktikkan keahliannya di lapangan yang tidak ada pengguna jalan lain. Tapi, tilang akhirnya diberikan karena mereka tetap membandel meski sudah diingatkan berkali-kali.
Hal tersebut membuat polisi kelahiran Pontianak itu benci terhadap anggota komunitas motor yang bersikap ugal-ugalan karena membahayakan pengguna jalan raya lain.
BACA JUGA: Lebih Bangga Murid Sukses daripada Manggung Bareng Queen
Rasa tidak suka itu semakin menebal ketika mereka cenderung membangkang saat diingatkan.
Perasaan benci masih berlanjut ketika dia pindah tugas sebagai Kasatlantas Polres Bojonegoro. Di sana dia juga mendapati klub motor yang terkadang bersikap ugal-ugalan di jalan raya.
Karena tugas, bapak dua anak itu akhirnya mendekati klub motor yang sering nyangkruk di sudut kota untuk menyosialisasikan program keselamatan berkendara.
Saking seringnya mengunjungi kelompok motor, akhirnya dia terkena karma. Perasaan bencinya berubah menjadi cinta. Dia jatuh hati pada motor trail yang bisa melewati segala macam medan dan tantangan. Bahkan, dia akhirnya membentuk klub trail yang beranggota sesama polisi.
Sejak itulah, hatinya seolah tidak bisa berpaling dari motor. Kini kunjungan Oskar ke klub motor bukan hanya menyosialisasikan program. Tapi, juga melampiaskan hobinya.
Justru dengan rasa cinta, dia merasa lebih mudah menjalankan program kelalulintasan. ”Minimal pesan yang saya masukkan, tidak ugal-ugalan dan menghargai sesama pengguna jalan,’’ terangnya.
Kini Oskar lebih tahu apa yang diinginkan klub motor. Dia merasa hobinya sangat mendukung pekerjaannya. Bahkan, untuk menjangkau kawasan pelosok di Bojonegoro, dia bersama Kapolres dan jajarannya menggunakan motor trail.
Manfaat hobi itu sangat dirasakan ketika dia menyebarkan sketsa gambar buron teroris di desa-desa. ”Tugas selesai, hobi tersalurkan. Pokoknya menyenangkan,” jelasnya.
Dengan motor trail, pejabat teras Polres Bojonegoro tersebut berkeliling ke desa-desa. Tak jarang, di akhir pekan dia menjelajahi perkebunan yang medannya menantang.
Namun, kesibukan membuatnya harus puasa mengendarai motor trail. Sebab, untuk ber-adventure ria, butuh waktu khusus. Padahal, tugas bisa memanggil sewaktu-waktu.
Pernah suatu waktu dia sedang bertualang di kawasan pinggiran Bondowoso, tiba-tiba Kapolres memanggilnya. Oskar pun dibuat pontang-panting karena lokasinya sangat jauh dari kota.
Sejak itulah, dia berpikir belasan kali ketika akan merumput (istilah untuk bertualang dengan motor trail). Tapi, Oskar memang tidak bisa jauh-jauh dari motor.
Saat kangen nge-trail, dia teringat masa-masa berdinas di Kota Batu. Ada klub motor gaya bebas yang pernah ditilangnya. Entah dimulai dari mana, dia merasa tertarik. Tanpa direncanakan, suatu hari dia akhirnya mencoba gaya yang pernah dilihatnya di halaman Mapolres Bojonegoro.
Gaya pertama yang membuatnya langsung jatuh hati adalah wheelie. Untung, motor trail-nya masih disimpan di kantornya. ”Siapa tahu ada kesempatan merumput, langsung werr..,” ujarnya.
Karena baru kali pertama mencoba gaya wheelie, dia hanya bisa memberdirikan sepeda motor sesaat. Padahal, yang dilihatnya ketika di Batu, berdirinya lumayan lama.
Agar bisa belajar, dia pun mencari klub motor gaya bebas di Bojonegoro. Dia langsung bergabung ketika menemukannya. Saking hobinya, hampir tiap sore dia berlatih di depan Kantor Satlantas Polres Bojonegoro.
Hobi barunya itu ternyata menarik perhatian banyak orang. Terbukti, banyak polisi yang akhirnya bergabung dan ikut latihan.
Saat ini Oskar sudah menguasai banyak gaya. Salah satunya wheelie. Oskar bisa menjalankan motor hanya dengan bertumpu pada satu roda belakang dalam waktu yang cukup lama. ”Freestyle intinya keterampilan, harus sering berlatih,” terangnya.
Dia juga sudah menguasai gaya rolling poppie. Yaitu, menjalankan motor dengan bertumpu pada roda depan, sedangkan roda belakang terangkat. Gaya rolling burn out juga sudah dikuasai. Istilah mobilnya, model drift.
Sejak berdinas di Surabaya, dia hanya berlatih sendiri. Komunitas motor freestyle yang dicarinya belum ditemukan. Sebuah perusahaan motor pernah hendak mengadakan pelatihan teknik freestyle, tapi ternyata batal.
”Pas hari H, diklatnya dibatalkan. Katanya, pendaftarnya cuma saya,” imbuhnya.
Kini perwira kelahiran 4 Mei 1982 itu masih mencari komunitas motor yang bisa menyalurkan hobinya. Komunitas tersebut juga bisa menyinergikan program kepolisian dengan komunitas motor. Khususnya di wilayah Rungkut. (c7/ib)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Biaya Rp 3 Juta, Tak Kalah dengan Yang Rp 300 Juta
Redaktur : Tim Redaksi