Kisah Si Manis Pembawa Baki Merah Putih di Istana

Dari Deg-Degan Jumpa SBY Hingga Ingin Buat Orang Tua Bangga

Minggu, 17 Agustus 2014 – 17:32 WIB

jpnn.com - SENYUM merekah di wajah hitam manis Juana Gita Medinnas Janis, pelajar SMAN 1 Tahuna, Sulawesi Utara, saat ditemui di Istana Merdeka, Minggu (17/8). Ia adalah anggota paskibraka yang terpilih sebagai pembawa baki bendera Merah Putih. Apa kisahnya usai tercatat dalam sejarah upacara HUT RI di Istana?

=====

BACA JUGA: Nyindir DPR saat Sidang dengan Komposisi Angop

Natalia Laurens

=====

BACA JUGA: Lebih Bangga Murid Sukses daripada Manggung Bareng Queen

Juana mengaku tak menyangka akan dipilih pagi tadi, untuk membawa Sang Saka. Apalagi banyak saingannya di kumpulan 34 anggota tim Melati, yang bertugas dalam upacara pengibaran kali ini. "Saya senang banget dipercaya untuk bawa baki dan ambil baki. Jadi paskibraka aja udah senang banget. Itu kan tugas yang mulia. Apalagi bisa dipercaya bawa baki," tutur Juana.

Kulitnya terlihat sedikit gosong akibat latihan intensif selama satu bulan. Juana memang layak mendapat kesempatan tersebut. 

BACA JUGA: Biaya Rp 3 Juta, Tak Kalah dengan Yang Rp 300 Juta

Gadis kelahiran Tomohon, 20 Juni 1998 itu memiliki tubuh semampai, tegap dengan tinggi badan 174 cm. Dia adalah putri terbaik hasil seleksi ketat Paskibraka Sulawesi Utara. Keinginan menjadi paskibraka, kata dia, sudah terbersit di pikirannya sejak duduk di bangku SMP. Di mata Juana, para Paskibraka yang ia tonton di televisi terlihat gagah dan keren, sehingga ia pun berniat mencobanya.

Meski sempat deg-degan bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Juana mengaku bahagia bisa menjalankan tugasnya dengan baik. "Rasanya enggak percaya bisa berhadapan dengan orang nomor 1 di Indonesia. Rasanya agak deg-degan, tapi saya sok-sok santai aja, anggap saja latihan," sambung Juana.

Dalam upacara pengibaran tadi, Juana bersama dengan Hafiid Kama Ra'uf yang menjadi Komandan Kelompok 17 (SMA 3 Batam), Irfan Mujafar Sondani yang didaulat sebagai Komandan Kelompok Delapan (SMAN 2 Lampung), Cahyadi Laksanto Rasyidi (SMAN 3 Yogyakarta) yang menjadi penarik tali bendera, dan Fadlullah Arofah (SMKN 1 Taliwang) yang bertugas membentangkan bendera.

Putri dari Hamdanis dan Sulingantu ini berharap bisa membanggakan kedua orang tua, dan juga nama provinsinya. "Tadi kami belum boleh ketemu orangtua. Saya berusaha banggain orangtua. Orang tua juga selalu support kita. Apalagi pas seleksi, ada 5-6 kali seleksi. Ada rasa kepingin nyerah tapi orangtua selalu support. Katanya enggak boleh nyerah," papar Juana.

Berbekal pengalaman membanggakan tersebut, Juana pun berniat melanjutkan kuliahnya di Akademi Kepolisian maupun di IPDN. Ia ingin bisa menjadi perempuan mandiri. "Yang saya ingat adalah usaha-usaha kita perjuangan kita untuk bisa sampai sini. Itu enggak gampang, dan kita enggak boleh kecewain provinsi yang udah utus kita," sambung Juana.

Terakhir, pada generasi muda saat ini, Juana berpesan agar dapat menjalan tindakan-tindakan posift. Ia berharap kalangan muda menghindari narkoba dan tawuran yang merugikan bangsa dan negara. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kuda Chosen One Berharga Rp 800 Juta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler