AWAS! Ini Lampu Merah bagi Indonesia

Jumat, 29 April 2016 – 20:46 WIB
Wakil Ketua MPR RI Mahyudin saat menghadiri memberi pengantar sosialisasi Empat Pilar MPR RI d di Pendopo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (29/4). FOTO: Humas MPR RI

jpnn.com - BOYOLALI – Wakil Ketua MPR RI Mahyudin memberi pengantar sosialisasi Empat Pilar MPR RI di depan kelompok petani dan peternak yang tergabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Boyolali serta organisasi masyarakat, pelajar dan mahasiswa, di Pendopo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (29/4).

Sosialisasi yang menghadirkan narasumber Hardisoesilo (anggota MPR Fraksi Partai Golkar) merupakan kerja sama MPR dan HKTI Boyolali dan Kesbangpol Kabupaten Boyolali. Sosialisasi ini dihadiri sekitar 300 orang peserta.

BACA JUGA: Perkuat Audit BPK, KPK Bakal Panggil Ahli

Dalam pengantarnya, Mahyudin mengatakan sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) berbeda dengan penataran P4 pada masa Orde Baru.

“Kalau dulu penataran Pancasila ada pola 45 jam, 100 jam. Sekarang sosialisasi Empat Pilar hanya beberapa jam dengan maksud untuk merefresh kembali dan tidak menguji,” ujar Mahyudin.

BACA JUGA: Menteri Yuddy Perintahkan Pangkas Organisasi Pemda yang Tak Penting

Menurutnya, sosialisasi Empat Pilar MPR ini sudah menjadi sebuah kebutuhan. “Pancasila memiliki arti strategis. Bung Karno hanya menggali dan merumuskan dalam lima sila. Kalau lima sila diperas menjadi gotong royong.

“Inilah yang mulai terkikis di negeri ini,” kata Mahyudin.

BACA JUGA: Pemred Pastikan Harian Suara Karya Tetap Terbit

Pancasila, lanjut Mahyudin, tidak perlu dipelajari karena sudah ada dalam diri setiap orang Indonesia. “Tantangan kita semakin berat yaitu memudanya nasionalisme, radikalisme dan individualisme yang semakin menguat. Karena itu MPR concern menjelaskan Empat Pilar kepada masyarakat,” kata politikus Partai Golkar ini.

Dia juga menyinggung kasus Zaskia Gotik yang melecehkan lambang negara. Hal tersebut, menurut Mahyudin, menjadi tanda lampu merah bagi bangsa Indonesia.

“Kalau tidak memahami kebangsaan Indonesia maka menjadi lampu merah. Siapa yang bisa menjamin Indonesia bisa bertahan 100 sampai 200 tahun ke depan? Negara besar seperti Uni Soviet, Yugoslavia, bisa terpecah," katanya.

Agar Indonesia bisa bertahan, kata Mahyudin, tidak ada jalan lain kecuali menanamkan nilai-nilai Pancasila, semangat gotong royong dalam diri kita terutama generasi muda tentang satu nusa dan satu bangsa.

“Jangan main-main dengan ideologi bangsa. Bangun nasionalisme, kebersamaan, dan gotong royong,” ucapnya.(Adv/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Abu Sayyaf Sekap WNI, TNI Cuma Butuh Satu Hal Ini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler