jpnn.com, JAKARTA - Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerapkan lima hari sekolah atau full day school terus panen penolakan. Organisasi Forum Silaturahmi Bangsa (FSB) yang biasa menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keagamaan pun menolak rencana itu.
Menurut Direktur Bidang Pendidikan FSB Ahmad Fauzan, kebijakan full day school akan mengancam keberlangsungan madrasah diniyah. Padahal, madrasah diniyah sudah eksis selama berpuluh-puluh tahun dalam memberi pelajaran keagamaan kepada generasi bangsa.
BACA JUGA: Sekolah Lima Hari Patut Dicoba
"Program full day school ini akan mematikan Madrasah Diniyah. Kita menolak kebijakan ini," ujar Fauzan melalui siaran pers FSB, Sabtu (17/6).
BACA JUGA: Fadli Zon Khawatir Full Day School Jadi Trial and Error
Lebih lanjut Fauzan menilai kebijakan yang digulirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy itu bisa kontraproduktif. Bahkan, kebijakan itu jika diterapkan bisa menghilangkan pendidikan kebangsaan yang sering disisipkan di madrasah diniyah.
"Madrasah diniyah selama puluhan tahun telah mengembangkan paham Islam moderat yang kompatibel dengan paham kebangsaan dan keindonesiaan," tegasnya.
BACA JUGA: Full Day School, Tak Perlu Khawatir, Daerah Ini Sudah Menerapkan Tahun 2016
Sebagai contoh, FSB juga sedang menggelar pesantren kilat Ramadan di MTs Alwathoniyah 2, Duren Sawit, Jakarta Timur. Dalam pesantren kilat yang diikuti 150 peserta itu itu juga disisipi pesan-pesan tentang kecintaan terhadap tanah air.
Menurut Fauzan, mematikan madrasah diniyah berarti memupus generasi muslim Indonesia yang akan menjadi benteng untuk menangkal ekspansi gerakan politik transnasional yang cenderung radikal dan anti-NKRI. “Artinya, generasi muda akan dengan mudah dipengaruhi berbagai macam ajaran dan doktrin transnasional,” ulasnya.(rmo/jpg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Muhadjir Minta Bantuan MUI Redakan Gejolak Lima Hari Sekolah
Redaktur : Tim Redaksi