Hal tersebut dijelaskan oleh Ketua DPP Partai Golkar, Syamsul Muarif, dalam acara Diskusi Agenda 23: Wacana Dari Slipi, bertema "Membangun Pemerintahan yang Kuat", yang digelar Bappilu DPP Partai Golkar, di Jakarta, Selasa (17/3).
Bersama Syamsul Muarif, turut tampil sebagai pembicara antara lain Bima Arya Sugiarto dari Universitas Paramadina, Arbi Sanit dan Satya Arinanto dari Universitas Indonesia (UI), dengan moderator Indra J Piliang.
Soal perilaku Golkar yang selalu ingin dekat dengan pemerintah itu juga disebut oleh Bima Arya Sugiarto
BACA JUGA: Beberapa Pimpinan Parpol Tak Hadiri Deklarasi Kampanye Damai
"Partai Golkar itu sulit jadi oposisiBACA JUGA: Dubes Inggris: Demokrasi Indonesia di Arah yang Benar
Tak peduli dia menang atau kalah dalam pemilu, yang jelas selalu dekat dengan pemerintahMenjawab pertanyaan, bahwa ketika Golkar dekat dengan Partai Demokrat tapi perilaku kadernya yang ada di parlemen tidak sungguh-sungguh dalam membela pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Syamsul Muarif menuding itu dikarenakan semua kebijakan pemerintahan SBY praktis tak pernah dibicarakan terlebih dahulu dengan Partai Golkar.
"Wajar, jika pada akhirnya koalisi yang semula mendukung pemerintahan SBY-JK itu berperilaku inkonsistensi di parlemen
BACA JUGA: Dinilai Solid, SBY Tidak Ke Riau dan Kepri
Pengalaman ini menjadi sebuah pembelajaran bagi Golkar, dan memotivasi untuk harus mempunyai calon presiden sendiri di Pemilu 2009 mendatang," kata Syamsul.Sementara, jika capres Golkar kalah dalam pilpres, lanjut Syamsul pula, Golkar juga siap untuk mem-back up siapa pun yang menang"Atau paling tidak menjadi penengah di parlemen," pungkasnya(fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ikrar Kampanye Damai Hanya Seremoni
Redaktur : Tim Redaksi