Bagi Jakarta, MRT Harga Mati

Kamis, 16 Juni 2011 – 00:36 WIB

MASS Rapid Transit (MRT) merupakan solusi jitu menjawab persoalan transportasi JakartaSebab transportasi publik berbasis rel mampu mengurai kemacetan di kota-kota besar, termasuk Jakarta

BACA JUGA: Parkir On Street Berlakukan Sistem Tilang

Demikian ditegaskan Gubernur Fauzi Bowo, Rabu (15/6).

Ia mengatakan, sektor transportasi merupakan komponen utama dalam pengembangan wilayah Jakarta sebagai metropolitan
“Kalau kita salah menentukan pilihan transportasi apa yang akan dibangun, maka sistem transportasi kita akan jadi amburadul,” ujar dia.

Di sejumlah kota-kota besar mancanegara, memilih membangun MRT untuk menimbangi pertumbuhan kendaraan

BACA JUGA: TPS Liar Resahkan Warga Cililitan

Selain memenuhi kebutuhan angkutan cepat bagi masyarakat, alias tidak terjebak kemacetan
“Seperti Cina, juga melakukan hal ini, karena Cina yakin akan bisa kompetitif ke depannya dengan negara lain,” tutur pria yang akrab disapa Foke itu.

Bila perencanaan hanya diarahkan pada pembangunan jalan raya, akan menimbulkan persaingan membangun jalan tanpa memperhatikan perkembangan pembangunan sistem transportasi publik berbasis rel

BACA JUGA: HUT DKI Jakarta, SG Pecahkan Rekor

“Percuma ada jalan, kalau transportasi publik berbasis rel tidak dibangunPadahal, MRT dan kereta api sudah ada sistem yang konsisten dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang,” tandas Foke.

Karena itu Pemprov DKI berkomitmen akan memberikan prioritas tinggi pada pembangunan transportasi publik berbasis rel seperti MRT“Waktu pertama kami berbicara Jabodetabeik, saya selalu dimusuhi Ali Sadikin (alm)Karena saya berkali-kali mengatakan rel adalah solusi terbaik untuk JakartaSebelum beliau meninggalkan kita semua, beliau bilang Fauzi, kamu pada saat itu benarKalau dari mula kita pakai transportasi rel, Jakarta tidak begini jadinya, tidak amburadul,” kenang dia atas pesan mantan Gubernur Ali Sadikin.

Sementara Deputi Gubernur Bidang Perdagangan, Industri dan Transportasi Sutanto Soehodo menerangkan, survei membuktikan sebanyak 56 persen pelaku perjalanan bergantung pada angkutan umumJumlah ini tergolong besar jika diukur dari jumlah penduduk Jakarta yang mencapai lebih dari 12 juta jiwa pada siang hariNamun ketersediaan transportasi publik belum bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut.

Kebutuhan tersebut tidak mampu ditangani hanya dengan busway saja, karena per harinya maksimal hanya bisa mengangkut 300 ribu orangKondisi ini, yang merangsang orang beralih pada kendaraan pribadi, khususnya sepeda motorPertumbuhan jumlah kendaraan bermotor ini, telah mencapai angka 1100 kendaraan per harinya, dengan didominasi sepeda motor sebanyak 900 kendaraan(rul)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal DBD, DKI Kurang Tanggap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler