jpnn.com - Ika Puspitasari (35) membuat tetangganya di Dusun Tegalsari, Brenggong, Purworejo terkaget-kaget. Perempuan yang dikenal sebagai sosok penyayang itu ternyata terkait dengan jaringan teroris.
BUDI AGUNG, Purworejo
BACA JUGA: Lelah Terjebak Kemacetan, Sopir Truk Meninggal di Jalan
KEPULANGAN Ika yang kedua setelah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hong Kong menjadi tanda tanya bagi adiknya, Ari. Sebab, Ika sebelum ditangkap Densus 88 Antiteror Polri pada Kamis (15/12) siang memang menunjukkan perubahan yang mencolok dan di luar kewajaran.
Ari menuturkan, Ika dua kali menjadi TKW di negara yang berbeda. Keberangkatan pertama ke Malaysia selama empat tahun. Sedangkan keberangkatan keduanya ke Hong Kong selama hampir 12 tahun.
BACA JUGA: Kuta, Sanur, Ubud, Nusa Dua Bikin Heboh Bali di Tahun Baru 2017
Ika pulang ke tanah air sekitar dua bulan lalu. Selain hijab yang dikenakan lebih rapat dari sebelumnya, Ika juga bercadar hingga hanya memperlihatkan matanya.
“Kepulangan pertama tidak begitu berbeda. Tapi yang kedua dari Hong Kong itu membuat saya sempat menanyakan kepadanya. Klambine kaya ngono, kok medeni uwong temen (pakaiannya seperti itu, sangat menakutkan, red),” kata Ari saat ditemui di rumahnya, Dusun Tegalsari, Brenggong, Purworejo, Jumat (16/12).
BACA JUGA: Keren! Peternak Babi Sepakat Naikkan Upah Minimum Sektoral
Namun, pertanyaan itu tidak direspons Ika. Dua bulan di rumah, Ika juga jarang bertemu keluarganya karena menempati rumah yang berbeda.
Rumah yang dibangun Ika Puspitasari di Dusun Tegalsari, Brenggong, Purworejo. Foto: Budi Agung/Radar Jogja
Ika menghabiskan waktu lebih banyak di rumah nenek dan ibunya di pinggir jalan. Sementara Ari tinggal bersama ayahnya, Sudiyono.
“Dua bulan di rumah itu hanya kadang-kadang saja ketemu. Pas Ika sedang menengok rumah yang kebetulan berada di sebelah rumah yang saya tinggali. Tapi waktunya banyak di rumah nenek, di bawah,” tambah Ari.
Pembangunannya secara bertahap selama hampir tiga tahun. Kini bangunan itu usai dibangun dan siap ditempati.
“Tidak tahu juga kapan rumahnya akan ditempati. Kemarin cukup lama, hanya batu-bata saja. Belakangan diselesaikan sampai berbentuk seperti itu,” kata Ari, sambil menunjuk rumah kakaknya.
Terpisah, salah seorang perangkat Desa Brenggong yang bernama Asmuni mengaku pernah dihubungi Ika dari Hong Kong. Asmuni menuturkan, Ika minta dibuatkan kartu tanda penduduk (KTP).
Hanya saja permintaan itu tidak bisa dikabulkan karena Ika masih di luar negeri. “Karena harus direkam segala. Dia tidak tahu rekam-rekam itu seperti apa,” kata Asmui.
Baru setelah Ika pulang, dia kembali menghubungi Asmuni untuk membuat e-KTP. Ika di antar oleh adiknya untuk merekamkan data dirinya pada Selasa (13/12) lalu.
Sehari kemudian e-KTP milik Ika pun jadi. “Hari Rabu saya mengantar E-KTP milik Ika ke rumah,” ungkap Asmui.
Hanya berselang sehari setelah KTP jadi, Ika dibawa Densus 88 saat membantu persiapan pengajian di tetangga RT. “Saya sempat bertanya-tanya, apakah karena perekaman itu jejak Ika bisa ditangkap oleh polisi,” katanya.
Asmumi mengaku sempat menyodorkan beberapa pertanyaan ke Ika saat mengurus e-KTP. Di antaranya adalah rencana Ika untuk kembali berangkat ke Hong Kong minimal dua bulan ke depan.
Tapi ada hal yang membuat Asmuni curiga. “Saya juga sempat membaca status perkawinan di KTP-nya yang masih lajang. Tapi dia menjelaskan kalau sudah menikah siri dengan seorang lelaki dari Sulawesi, tapi dia masih ada di Hong Kong,” ujar Asmuni.
Ternyata Ika langsung berkelit. “Katanya ada rencana untuk mencatatkan pernikahannya, tapi tidak tahu akan dilakukan di mana,” ungkap Asmui.(laz/ong/jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyuwangi Semakin Ngetop dan Masuk Top 10 Indeks Wisata Indonesia, Nih Sebabnya
Redaktur : Tim Redaksi