Bambang Brodjonegoro Ungkap Penyebab Rendahnya PISA Indonesia: Bukan Pendidikan

Minggu, 28 Juli 2024 – 23:57 WIB
Ki-Ka: Chief Operating Officer (COO) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Eduward Ginting, Prof. Bambang Brodjonegoro, dan CEO Tanoto Foundation Benny Lee di sela-sela Tanoto Scholars Gathering (TSG) 2024 di Pangkalan Kerinci, Minggu (28/7). Foto Mesya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengeklaim hasil PISA 2022 menunjukkan peringkat hasil belajar literasi Indonesia naik 5 sampai 6 posisi dibanding 2018.

Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA.

BACA JUGA: Skor PISA Anak Indonesia Turun, Ada Bahaya Besar Mengintai 

Namun, menurut Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional periode 2019-2021 Prof. Bambang Brodjonegoro, angka PISA tersebut masih rendah.

Rendahnya PISA Indonesia ini, sebenarnya bukan semata karena sektor pendidikan.

BACA JUGA: Angka Kompetensi Guru Rendah, Salah Satu Penyebab Skor PISA Konsisten Jeblok

"Mungkin ada masalah di sektor pendidikan, tetapi bukan hanya satu itu masalahnya. Selama ini kita berputar-putar di masalah pendidikan, padahal PISA rendah bisa disebabkan oleh masalah kesehatan,' kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) (2016-2019) saat memberikan materi pada Tanoto Scholars Gathering (TSG) 2024 di Pangkalan Kerinci, Minggu (28/7).

Indonesia, lanjutnya, menjadi negara nomor dua terbanyak penderita tuberkulosis (TB) di dunia. Begitu juga dengan penyakit kusta Indonesia nomor tiga di dunia.

BACA JUGA: Menteri Nadiem: Kuatkan & Majukan Pendidikan Vokasi

Belum lagi banyak masalah kesehatan yang belum benar-benar bisa dibereskan termasuk stunting. Bambang mengatakan angka stunting di Indonesia masih di atas 20%.

"Jadi, kalau stunting kita 20%, artinya ada satu dari lima anak di bawah lima tahun di Indonesia menderita stunting," ucapnya. 

Dia mengatakan kalau stuntingnya hanya sekadar tubuhnya lebih pendek, sebenarnya tidak masalah. Namun, masalahnya adalah ketika stunting itu memengaruhi otak membuat anak ini mau ditaruh di sekolah yang paling hebat apa pun, susah mengikuti pendidikan. Susah untuk lulus. 

Kalaupun lulus ketika kerja, susah untuk bisa berkompetisi dengan yang lain. Susah menjadi pekerja produktif.

"Jadi, Anda bisa lihat, runtutannya ke belakang. Itu yang bisa mengancam kita gak jadi negara maju, " ucapnya. 

Untuk mengatasinya, Bambang mengatakan pemerintah yang baru nanti harus fokus pada pencegahan. Kemudian, pendekatannya jangan hanya dari sisi kesehatan, tetapi dari pendekatan multi sektor.

Sebab, salah satu penyebab stunting misalnya air bersih dan sanitasinya tidak layak. Jadi, harus ada perbaikan infrastruktur di situ.

Penyebab lainnya contohnya, kurangnya makanan bergizi. Orang boleh kenyang, tetapi belum tentu bergizi.

"Nah, yang terjadi di Indonesia sekarang stunting itu. Kalau asupannya tidak cocok, maka stuntingnya akan permanen dan makin parah, " terangnya. 

Menteri Keuangan RI periode 2014-2016 ini pun menilai program pemerintahan baru berupa pemberian makan bergizi dan susu gratis bagi anak-anak sekolah juga untuk ibu hamil, bisa mengurangi stunting di Indonesia. (esy/jpnn)


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler