jpnn.com, DEPOK - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengajak seluruh generasi muda, khususnya kader Pemuda Pancasila, menjadi garda terdepan dalam menjaga tegaknya Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dia meminta konsep 'kebersamaan dalam keberagaman' sebagai narasi kebangsaan harus terus menerus diperjuangkan, tanpa kenal lelah, tanpa kenal batas waktu.
BACA JUGA: Bamsoet Minta Aparat Berwenang Tindak Pemalsu dan Penjual KTA Perbakin
"Peristiwa bom bunuh diri di gereja Katedral Makassar jelas mencederai rasa kemanusiaan dan jiwa kebersamaan sebagai sebuah bangsa," ujar Bamsoet usai "Pleno I dan Rapat Koordinasi Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila' di Depok, Jumat (2/4/21).
Padahal, lanjut dia, agama apapun, selalu mengajarkan cinta dan kasih, bukan permusuhan dan dendam, apalagi sampai mencelakai diri sendiri.
BACA JUGA: Ketua MPR: Pengembangan Pariwisata Danau Toba harus Berpihak Kepada UMKM
"Agama juga mengajarkan, yang tidak saudara dalam seiman, adalah saudara dalam kemanusiaan," kata dia.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menuturkan, untuk memperkuat organisasi Pemuda Pancasila harus memanfaatkan big data dengan melakukan digitalisasi organisasi. Terlebih, Pemuda Pancasila mempunyai target mewujudkan terciptanya 10 juta kader sesuai hasil Mubes X Pemuda Pancasila.
BACA JUGA: Ketua MPR dan Mentan Memberikan Bantuan Bibit Vanili kepada Petani Salatiga
"Di era Revolusi Industri 4.0, big data adalah salah satu sumber daya primer dan jika dimanfaatkan dengan baik maka bisa mendatangkan berbagai manfaat," kata dia.
Oleh Karena itu, Pemuda Pancasila kata dia, perlu membuat basis data keanggotaan, by nama, by address, bahkan juga mencakup usia, jenis kelamin, alamat, dan profesi.
"Sehingga, terlihat peta persebaran kekuatan anggota Pemuda Pancasila untuk kepentingan bela negara melalui pembentukan komponen cadangan yang bekerjasama dengan Kementrian Pertahanan," kata Bamsoet.
Ketua DPR RI ke-20 ini juga mengingatkan semua anggota Pemuda Pancasila untuk mewaspadai penyebaran radikalisme melalui berbagai platform media sosial.
Dia menukil temuan riset Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2020 yang melaporkan potensi generasi Z (rentang usia 14-19 tahun) terpapar radikalisme mencapai 12,7 persen. Kemudian, lanjut dia, generasi millenial (berumur 20-39 tahun) mencapai 12,4 persen.
"Gen Z dan milenial menjadi sasaran empuk lantaran mereka sangat aktif mengakses internet dan pengguna aktif berbagai platform media sosial. Sangat penting bagi para pemangku kepentingan untuk masuk dalam dunia digital. Agar media sosial tidak dibajiri paham radikal. Sehingga para pemuda tak tersesat dalam dunia digital," tandas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, keterlibatan generasi muda dalam aktivitas terorisme juga tidak lepas dari kekecewaan mereka terhadap situasi di sekitar. Baik dari aspek ekonomi, sosial, hingga politik. Serta, ungkap Bamsoet, adanya krisis kepercayaan diri yang membuat mereka merasa tidak berguna bagi lingkungan sekitar.
"Sehingga mudah dibujuk melakukan tindakan bom bunuh diri dengan dalih bisa menjadikan dirinya berguna. Serta jaminan mendapatkan tujuh bidadari dan kehidupan bahagia di akhirat. Padahal semuanya hanyalah fatamorgana," kata Bamsoet.
Turut hadir dalam acara tersebut, lain Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto Soerjosoemarno, Sekjen Arif Rahman, Wakil Ketua Umum Arsjad Rasjid, MPO Erwan Soekarja serta pengurus MPN Pemuda Pancasila lainnya.
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Elvi Robia