jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo mengharapkan Badan Intelijen Negara (BIN) menginvestigasi maraknya peredaran uang palsu jelang Pilkada Serentak 2018. Legislator Golkar itu mengkhawatirkan uang palsu yang belakangan ini marak ada kaitannya dengan tahun politik.
“Agar BIN melakukan investigasi secara khusus terkait dengan jaringan pembuat dan pengedar uang palsu serta mendesak pemerintah untuk membuat regulasi yang berdampak cepat dalam mengantisipasi peredaran uang palsu,” ujar Bambang melalui layanan pesan dari Jenewa, Swiss, Rabu (28/3).
BACA JUGA: Komisi III DPR Dorong Pembentukan Satgas Uang Palsu
Sebelumnya ada dua kasus peredaran uang palsu yang mengagetkan publik dan terjadi dalam waktu berdekatan. Yakni penangkapan terhadap lima pengedar uang palsu pecahan Rp 100 ribu sebanyak 60 ribu lembar di Bogor.
Kasus uang palsu juga muncul di Surabaya. Polisi menggulung sindikat uang palsu pecahan Rp 100 ribu sebanyak 916 lembar dan SGD 10.000. Nilai SGD palsu jika sampai dirupiahkan mencapai Rp 2,5 miliar.
BACA JUGA: Ketua DPR Desak Parlemen Dunia Perkuat Tata Kelola Migran
Bamsoet -panggilan akrab Bambang- menduga maraknya uang palsu ada kaitannya dengan pilkada. Bisa jadi uang palsu itu untuk money politics.
Karena itu Bamsoet meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menyusun regulasi jitu untuk menangkal money politics. “Demi mengantisipasi money politics di Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019,” tegasnya.
BACA JUGA: PTTUN Tolak Gugatan JR Saragih, Demokrat Sumut Bilang Begini
Lebih lanjut Bamsoet mendesak Polri juga mengungkap sindikat uang palsu dan membukanya ke publik. “Termasuk mengungkap aktor intelektualnya,” tegasnya.
Mantan ketua Komisi Hukum DPR itu menambahkan, peredaran uang palsu tak hanya meresahkan masyarakat. Sebab, tindakan jahat itu juga bisa berakibat buruk bagi perekonomian nasional.
Karena itu Bamsoet juga mendorong Bank Indonesia (BI) agar mengevaluasi sistem keamanan berlapis pada rupiah kertas dengan teknologi terbaru. Dia lantas mencontohkan negara-negara Eropa yang sudah menggunakan kinegram untuk fitur pengaman uang mereka.
“Keaslian uang kertas rupiah Republik Indonesia harus bisa dilihat secara kasat mata dan tidak mudah ditiru atau dipalsukan. Negara-negara Eropa yang sudah memakai teknologi kinegram, sementara rupiah kita masih memakai teknologi hologram,” cetusnya.(sat/jpc)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 6,7 Juta Pemilih Terancam Gagal Ikut Pilkada Serentak 2018
Redaktur : Tim Redaksi