jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan bahwa dalam tataran realita, terlebih dengan hadirnya era Tarung Digital, pendidikan di Indonesia masih menyisakan berbagai persoalan.
Terlihat dari peringkat pendidikan negara dunia yang dipublikasikan World Population Review pada 2021, menempatkan Indonesia di peringkat ke-54 dari 78 negara dunia.
BACA JUGA: Pesan Bamsoet untuk Dewan Komisioner OJK 2022-2027
Di kawasan Asia Tenggara, peringkat Indonesia berada di bawah Singapura (peringkat 21), Malaysia (peringkat 38), dan Thailand (peringkat 46).
"Persoalan besar yang dihadapi antara lain terkait ketimpangan dan keterbatasan akses pendidikan. Tercermin dari kesenjangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jakarta mencapai 81,11, sedangkan di Papua hanya 60,62," ujar Bamsoet saat membuka Musyawarah Nasional V Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Asosiasi BP PTSI), secara virtual di Bali, Kamis (21/7).
BACA JUGA: Bamsoet Dukung Kampanye Peduli Lingkungan Solo Triathlon The Rising Tide
Turut hadir antara lain, Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi BP PTSI sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Jenderal TNI (purn) Wiranto, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Dewan Kehormatan Asosiasi BP PTSI sekaligus KSAD Jenderal Dudung Abdurachman, Ketua Umum Asosiasi BP PTSI Prof. Thomas Suyatno, dan Dirjen Kelembagaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Dr. Lukman.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan itu menjelaskan, jumlah mahasiswa di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan daya tampung perguruan tinggi negeri cenderung stagnan.
BACA JUGA: Bamsoet Dorong Asia Cargo Network Memperluas Investasi dan Bisnis di Indonesia
Sebagai gambaran, pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2022, dari 800.852 pendaftar hanya 192.810 peserta yang diterima, atau sekitar 24,07 persen.
Karena itu, kehadiran perguruan tinggi swasta harus menjadi solusi mengatasi ketimpangan dan keterbatasan akses terhadap pendidikan tinggi.
Tidak hanya dari aspek kuantitas, tetapi juga kualitas.
"Asosiasi BP PTSI mempunyai peran strategis membangun sinergi dan kolaborasi, serta mendorong peningkatan kapasitas dan kapabilitas perguruan tinggi swasta," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, gagasan memajukan pendidikan mengisyaratkan adanya sikap Adaptif, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan Agile, yaitu proaktif dan sigap terhadap dinamika kemajuan.
Keduanya sangat penting, karena pendidikan bukan hanya dimaknai secara sederhana sebagai transaksi pembelajaran, tetapi juga sebagai sebuah ekosistem yang terintegrasi.
"Asosiasi BP PTSI mengambil berbagai langkah terobosan dan inovasi. Misalnya melalui konsep internasionalisasi pendidikan," terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila itu menambahkan, dalam perspektif ekonomi bagi negara-negara maju, internasionalisasi pendidikan tinggi juga dimaknai sebagai sebuah industri penting, dan menjadi sumber keuangan negara.
Sebagai gambaran, Universitas Oxford di Inggris memiliki sekitar 11.500 mahasiswa asing, atau 43 persen dari total mahasiswanya, dan mampu menyumbang 15,7 miliar Euro untuk perekonomian negaranya.
Begitupun dengan kondisi di Universitas Sydney (Australia), Universitas Columbia (Amerika Serikat), dan Universitas Harvard (Amerika Serikat).
"Jumlah mahasiswa internasional yang belajar di Indonesia sebenarnya selalu meningkat, dari 6,15 juta pada 2016 menjadi 8,96 juta pada 2021," pungkas Bamsoet. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bamsoet Soroti Fakta Memilukan soal Angka Stunting dan Kematian Ibu-Bayi
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian