jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menekankan bahwa masa depan harus dibentuk, dibangun, dan ditentukan oleh apa yang dilakukan pada saat ini.
"Karena itu, MPR RI saat ini menyelesaikan kajian pokok-pokok haluan negara (PPHN) sebagai bintang penunjuk arah pembangunan yang memastikan pembangunan dilanjutkan secara berkesinambungan dari satu periode pemerintahan ke periode penggantinya," ujar Bamsoet.
BACA JUGA: MPR dan BPIP Sosialisasikan Empat Pilar lewat Lagu hingga Novel
Hal tersebut dikatakan dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Siswa Kelas XII SMA Dea Malela, Pondok Pesantren Modern Dea Malela Sumbawa NTB, di Kompleks MPR RI, Jakarta, Selasa (25/1).
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, MPR RI senantiasa menggencarkan vaksinasi ideologi dengan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI untuk memperkuat imunitas bangsa agar memiliki kekebalan dalam menghalau nilai-nilai asing yang mengancam jati diri dan karakter keIndonesiaan.
BACA JUGA: Ketua MPR Bamsoet Dorong Kelompok Cipayung Plus untuk Berwirausaha
"Misalnya, generasi muda justru lebih hafal dan menghayati lagu-lagu K-Pop atau pop Barat dibandingkan lagu-lagu nasional. Begitu pula dalam gaya hidup, cara berpakaian, bersikap, dan bertingkah laku,'' ucap ketua umum IMI tersebut.
Ada kecenderungan menjadikan budaya asing sebagai kiblat. Kita memang tidak boleh anti terhadap budaya dan peradaban asing, tetapi harus selektif memilih yang positif.
BACA JUGA: Ketua MPR Dukung Pembangunan Sirkuit Balap Internasional di Yogyakarta
Wakil ketua umum Partai Golkar dan wakil ketua umum Pemuda Pancasila ini turut bangga terhadap konsep pendidikan Pondok Modern Internasional Dea Malela di bawah asuhan KH Din Syamsuddin.
Pondok pesantren ini diselenggarakan dengan mengedepankan tiga nilai keutamaan yang bertumpu pada pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan.
Yaitu, keunggulan komparatif (beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, dan religius), keunggulan kompetitif (berilmu, kritis, kreatif, inovatif, sehat, mandiri, dan percaya diri), dan keunggulan dinamis (toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab).
"Hal tersebut sejalan dengan amanat Pasal 31 Ayat (3) konstitusi yang menegaskan bahwa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sistem pendidikan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta akhlak mulia,'' ujarnya.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan tidak hanya melahirkan sumber daya manusia yang cerdas dan terampil, tetapi juga berkarakter dan berwawasan kebangsaan.
''Melahirkan generasi yang berhati Indonesia, berjiwa Pancasila," jelas Bamsoet.
Berdasar data BPS pada 2020, penduduk Indonesia mencapai 270,2 juta jiwa. Sebagian besar penduduk Indonesia berada pada kelompok usia praproduktif dan produktif.
Yakni, generasi Z yang saat ini berusia 9 hingga 24 tahun dengan 27,94 persen dan generasi milenial yang saat ini berusia 25 hingga 40 tahun dengan 25,87 persen.
"Diperkirakan, dari sekitar 70,72 persen penduduk usia produktif, hampir 69 persen atau sekitar 131,6 juta jiwa adalah sumber daya manusia potensial yang berusia antara 15 hingga 44 tahun,'' ungkap Bamsoet.
Pada periode ini, generasi muda mempunyai peran penting sebagai agen perubahan, kontrol sosial, kekuatan moral, penjaga dan pelestari nilai kebangsaan, maupun generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan nasional. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi