Bamsoet Ingatkan Memaknai Pancasila Tidak Boleh Dilakukan Sepenggal-Sepenggal

Jumat, 03 Juni 2022 – 17:15 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat pemaparkan sejarah Hari Lahir Pancasika dalam talkshow yang diselenggarakan DPP PERWANAS, secara virtual dari Jakarta, Jumat (3/6). Foto: dok MPR

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengungkapkan sejarah sebelum penetapan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni.

Dia menyebut , polemik mengenai kapan Pancasila dilahirkan selalu mengundang dialektika pergumulan gagasan yang terus bergulir melintasi lini masa, bahkan hingga era reformasi.

Perdebatan mengenai Hari Lahir Pancasila merujuk pada tiga peristiwa sejarah.

BACA JUGA: SE Penghapusan Honorer Terbit, Bamsoet Minta KemenPAN-RB Memberi Alternatif Solusi

Pertama, pada 1 Juni 1945 saat Bung Karno menyampaikan pidato mengenai dasar negara dihadapan sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Kedua, pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan yang bertugas merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar negara, mengemukakan rumusan Piagam Jakarta dalam sebuah rapat informal BPUPKI di kediaman Soekarno.

BACA JUGA: Dampingi Jokowi di Ende, Bamsoet Ajak Seluruh Elemen Bangsa Terapkan Nilai Pancasila

Terakhir, pada 18 Agustus 1945, saat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan konstitusi negara (UUD NRI Tahun 1945), dan rumusan sila-sila dalam Pancasila tercantum pada bagian Pembukaan.

"Hiruk pikuk polemik mengenai penetapan hari lahir Pancasila pada akhirnya terhenti setelah Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keputusan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila yang ditetapkan setiap tanggal 1 Juni," kata Bamsoet dalam talkshow yang diselenggarakan DPP PERWANAS, secara virtual dari Jakarta, Jumat (3/6).

BACA JUGA: Kongres KNPI Sukses, Haris Pertama Berterima Kasih kepada Bamsoet

Turut hadir secara taping virtual Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Hadir pula Anggota DPD RI Jimly Asshiddiqie, Felia Salim, dan Eros Djarot.

Ketua Umum DPP PERWANAS Rosa Ocha Muhammad, dan Sekretaris Jenderal DPP PERWANAS Endang Rarasati.

Ketua DPR RI ke-20 itu menekankan, berakhirnya polemik mengenai penetapan hari lahir Pancasila, setidaknya memberikan ruang bagi segenap elemen bangsa untuk berkontemplasi, bermawas diri, dan membangun sebuah kesadaran kolektif.

Dia mengatakan ada hal yang lebih fundamental untuk diperjuangkan, yaitu bagaimana nilai Pancasila dapat dipahami, dihayati, diamalkan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Memaknai Pancasila tidak mungkin dan tidak boleh dilakukan secara sepenggal-sepenggal, karena akan menimbulkan ketimpangan," ujarnya.

Dari sejak awal kelahirannya, kata dia, Pancasila dimaksudkan sebagai dasar negara, ideologi dan pandangan hidup bangsa yang mempersatukan kemajemukan,.

Wakil Ketua Partai Golkar itu menerangkan, untuk membumikan Pancasila, tidak memerlukan konsep yang muluk-muluk.

Sebab, sesungguhnya nilai Pancasila selalu hadir dan bisa ditemukan dalam keseharian.

Bersikap ramah kepada sesama, memberikan bantuan kepada fakir miskin, mengedepankan musyawarah dalam memutuskan suatu persoalan merupakan contoh penerapan nilai-nilai Pancasila.

Membumikan Pancasila adalah 'menemukan kembali' nilai kegotongroyongan dalam berbagai aspek kehidupan sebagai sebuah bangsa.

"Karenanya dalam memaknai Pancasila, tidak boleh sekadar ramai dalam diskusi, tetapi sepi dalam pelaksanaan. Karena sebagai sebuah ideologi, Pancasila hanya akan bermakna ketika kehadirannya dapat dirasakan dalam setiap denyut nadi kehidupan masyarakat," pungkas Bamsoet. (jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bamsoet Tegaskan Pancasila Harus Jadi Jalan Hidup Bangsa Indonesia


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler