jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI mengatakan pengembangan industri baterai untuk kendaraan listrik sangat menjanjikan, mengingat Indonesia mempunyai sumber daya nikel dan kobalt yang besar.
Pria yang akrab disapa Bamsoet itu menyebut sejak 2018 lalu, Indonesia diakui sebagai raja nikel dunia karena menguasai 21 miliar ton atau sekitar 30 persen cadangan dan sumberdaya nikel dunia.
BACA JUGA: Bamsoet Dorong Percepatan Migrasi Kendaraan Konvesional ke Listrik
"Indonesia memiliki kekayaan material komponen penting untuk industri baterai selain nikel, antara lain 1,2 miliar ton aluminium, 51 miliar ton tembaga, dan 43 miliar ton mangan," kata Bamsoet usai mendatangani MoU untuk saling bekerja sama mengembangkan kendaraan listrik bersama Hyundai, Selasa (26/10).
Bamsoet berpendapat bahwa kendaraan listrik memiliki prospek yang cerah di Indonesia. Sebab, selain jumlah penduduk besar mencapai 270 juta lebih, pertumbuhan kelas menengah juga sangat menjanjikan.
BACA JUGA: PLN Ajak Swasta Bangun Charging Station Kendaraan Listrik, Ada Insentif Menarik
Bank Dunia memperkirakan, sebanyak 115 juta penduduk Indonesia berpotensi naik status menjadi kelas menengah.
Besarnya jumlah itu sebagai motor penggerak perekonomian sekaligus menjadikan peluang bagi peningkatan penjualan kendaraan listrik.
BACA JUGA: Xiaomi Resmi Dirikan Divisi Kendaraan Listrik
"Dalam road map pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang disusun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi sepeda motor listrik pada tahun 2030 diproyeksikan mencapai 13 juta unit, sedangkan mobil listrik mencapai 2,2 juta unit," kata ketua IMI Pusat itu.
Target tersebut, kata Bamsoet sangat realistis. Merujuk data BPS dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), per Januari 2021 jumlah sepeda motor mencapai 147,75 juta unit.
Sementara itu jumlah kendaraan roda empat mencapai 24,6 juta unit.
Sebagai salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam mengembangkan kendaraan listrik, kata Bamsoet, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.
Indonesia juga sudah mendirikan Indonesia Battery Corporation (IBC). Sebuah holding yang dibentuk oleh empat BUMN, yaitu PT Indonesia Asahan Aluminium, PT Aneka Tambang Tbk, PT Pertamina, dan PT PLN, untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir di tanah air.
Lebih lanjut, Bamsoet mengatakan, dengan mendorong percepatan migrasi ke kendaraan listrik, Indonesia bisa mengurangi konsumsi BBM sekaligus mengurangi beban subsidi BBM yang harus ditanggung negara.
Sehingga bisa meningkatkan ketahanan energi nasional.
Dalam rentang waktu 2014-2019 saja, jumlah subsidi BBM mencapai Rp 700 triliun. Di APBN 2021, subsidi untuk BBM jenis tertentu mencapai Rp 16,6 triliun.
"Penggunaan energi listrik yang ramah lingkungan juga bisa menjaga kondisi bumi tetap terjaga dengan baik," kata Bamsoet.
Hyundai merupakan produsen otomotif pertama yang menyatakan keseriusan memproduksi mobil listrik di Indonesia.
Pembangunan pabrik di kawasan Deltamas, Bekasi, Jawa Barat, ditargetkan bisa selesai pada pertengahan tahun 2022.
Mereka bahkan melakukan relokasi kantor pusat regional Hyundai Asia Pasifik dari semula di Malaysia menjadi ke Indonesia, dengan membawa investasi mencapai USD 1,5 miliar dan USD 500 juta untuk pembangunan jaringan dealer dan lainnya. (mrk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bamsoet Dukung Santri Penghafal Al-Quran
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian