Bandar Sambal, 2 Tahun Sudah Berkembang Pesat

Minggu, 24 Desember 2017 – 00:05 WIB
Rini Handayani menunjukkan produk kemasan Bandar Sambal dan sertitikat penghargaan, Kamis (22/21) lalu. Foto: Lalu Mohammad/Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com - Askar bersama istrinya, Rini Handayani, mampu membangun jaringan dan marketing hingga sukses berbisnis dengan brand Bandar Sambal.

Hanya dalam kurun waktu dua tahun bisnis rumahan ini berkembang pesat. Bahkan kini mulai dilirik investor.

BACA JUGA: 3 Menteri Sempat Mengelak saat Ditanya soal Proyek Elekyo

LALU MOHAMMAD ZAENUDIN, Mataram

ASKAR DG menyebut, tak kurang dari 50 orang mendapat manfaat dari industri rumahan Bandar Sambal miliknya.

BACA JUGA: Kisah Mengharukan sang Kolonel saat Dipeluk Perempuan Sakit

Mulai dari pekerja yang ia rekrut untuk menggerakan produksi sampai pengemasan. Belum lagi, para pedagang di pasar hingga warga di pelosok desa.

“Ada penjual ikan bajo, cumi, lindung, rempah-rempah sampai tukang son (buruh panggul),” tutur Askar.

BACA JUGA: Tangan Ustaz Abdul Somad Terasa Sejuk Sekali

Inilah yang membuat ia sangat mantap meninggalkan posisi tertinggi di hoteliers. Lalu bergelut dengan industri remeh-temeh rumahan.

Askar merasakan sensasi bahagia berbeda. Saat dengan indusri rumahannya bisa memberi manfaat bagi banyak orang.

Idenya soal Bandar Sambal, juga disambut sangat baik oleh publik. Dalam dua tahun, tren penjulan secara online terus meningkat. “Kenaikan signifikan dalam dua tahun ini,” ujarnya.

Karena itu, brand Bandar Sambal yang di tahun 2018 masuk di 5 Carrefour di Jakarta, sudah pasti akan mendongkrak penjualannya.

“Kalau perhari saja terjual 20 di satu tempat, maka lima tempat terjual 100, ini belum lagi yang terjual secara online,” prediksinya.

Selain memaksimalkan jaringan, Askar juga membangun website sebagai salah satu cara memperkuat marketingnya. “Alhamdulillah di Hotel Santika, produk kami juga diterima,” ujarnya senang.

Sekitar bulan September lalu, salah satu stasiun televisi nasional NET.TV, juga mengundang Askar di acara “pagi-pagi”.

Acara yang dihost komendian terkenal Andre Taulani itu, mengulik tuntas soal idenya membuat sambal daging kuda.

“Banyak konsumen kami dari Jakarta yang tertarik karena mendengar daging kuda bisa dibuat sambal, lalu penasaran,” tuturnya.

Rupanya makanan penambah stamina yang kerap di konsumsi di Lombok-Sumbawa ini, menjadi produk out of the boxbagi program acara itu. Sehingga mengundang Askar untuk persentasi makanan kemasannya ini.

Tapi yang membuat Askar tak sabaran yakni program yang akan rencananya ditayangkan di stasiun televisi lain yakni Global TV.

Secara khusus Askar telah menerima undangan dari pihak Golbal TV, untuk hadir dalam sebuah acara baru di tahun 2018.

“Pada bulan Februari yakni acara Investor TV Show,” bebernya.

Acara itu, bisa bisa jadi titik balik usaha Askar. Jika idenya diterima, maka sudah pasti para pemilik modal yang selama ini bingung mau mengucurkan duitnya ke mana, akan mengalir ke bisnis rumahan miliknya.

Peluang bisa masuk dalam nominasi UKM yang bisa persentasi di depan investor tidak didapat Askar dengan mudah. Ia telah meniti jalan panjang yang berliku. Bahkan sejak berlomba-lomba bisa masuk dalam UKM binaan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

“Ini tidak lepas dari support dari Bekraf dan teman-teman sesama UKM binaan Bekraf,” ujarnya.

Bandar Sambal, masuk menjadi satu dari 150 UKM binaan Bekraf. Askar masuk sebagai angkatan kedua, dari tiga angkatan.

Di sini ia mengaku digembleng, diajarkan bagaimana melakukan persentasi bisnis, perhitungan bisnis, sampai memasarkan.

“Saya juga yang terpilih ikut masuk selesi FoodStartUpIndonesia, di Bali,” tuturnya.

Idenya soal Bandar Sambal, akhirnya masuk dalam 10 besar ide kreatif UKM. Kegiatan yang digelar pada bulan Mei 2017 lalu itu, juga menjadi momentum dirinya untuk menarik diri sebagai Hoteliers sebagai GM Hotel Bintang Lima di Hotel Patra Bali, anak usaha BUMN Pertamina.

Bagi Askar sukses kilat bandar sambal dengan berbagai penghargaan yang diterima, tak lepas dari dukungan hebat istrinya, Rini Handayani.

Wanita asal Penujak, Lombok Tengah yang kini tinggal di Mataram ini, juga tak kalah gigih membesarkan usaha ini.

“Tahun 2018, tak hanya sambal kami juga berencana untuk memproduksi snack UMKM binaan kita,” kata Rini.

Di Labuhan Burung, Sumbawa, Rini dan Askar membina sejumlah wanita. Mereka diminta tak lagi membuang Siput Bakau yang selama ini tak termanfaatkan. “Itu dibuang percuma, jumlahnya melimpah,” tuturnya.

Siput Bakau ini akan diolah menjadi makanan kemasan yang siap dijual ke berbagai pelosok negeri secara online.

Menyusul keberhasilan mereka, menjual lima sambal favorit yang telah lebih dulu dikenal sebagai produksi Bandar Sambal. Ada sambal bajo, belut, ayam, cumi, dan yang paling fenomenal sambal daging kuda.

“Ini produksi inisiatif pertama di dunia,” ujarnya.

Meski belum menggunakan bahan pengawet, daya tahan produk kemasannya bisa mencapai tiga bulan.

Dengan catatan harus disimpan di tempat yang sejuk seperti kulkas. Kecuali pada suhu ruangan, daya tahannya memang menurun, menjadi sekitar 2 minggu.

“Kita lagi cari bahan pengawet yang aman untuk makanan dan sesuai standar BPPOM,” jelasnya.

Walau skala industri milik Askar dan isrinya masih rumahan, namun produknya telah memiliki sertifikasi halal dari MUI. Begitu juga PIRT, atau sertifikasi untuk industri rumah tangga.

“Saya juga sedang berupaya mendaftarkan HAKI, atas produk-pruduk kami ini,” ujarnya.

Sejumlah penghargaan juga telah diterima brand Bandar Sambal. Salah satunya dari THR Key People dan Seven Media, yakni sebagai Best Inspiration Award 2017, sekitar bulan Agustus lalu.

“Pada 28 Desember 2017 ini, juga kami sudah dapat udangan untuk meraih penghargaan ini lagi,” ujar Askar dengan wajah optimis. (*/r3)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejak Indonesia Merdeka Sudah Biasa Lewati Jalan Berlumpur


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler