Bangun Masjid Bambu di Malaysia, Nama Jajang Langsung Moncer

Senin, 15 Agustus 2016 – 00:07 WIB
Jajang Agus Sonjaya. Foto: Radar Cirebon/Jawa Pos Group/JPNN.com

jpnn.com - NAMA Jajang Agus Sonjaya (44) mendadak moncer setelah diberitakan media massa sebagai sosok utama di balik pembangunan masjid bambu terbesar di Kuala Kangsar, Perak, Malaysia. Yang membanggakan, Jajang ternyata putra pituin Kota Kuda karena lahir dan besar di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. 

Agus Panther, Kuningan

BACA JUGA: Kisah Penjaja Kue Keliling, Menyesal tak Bisa Dampingi Anak Wisuda

ORANG tua Jajang, Dudung Masduki (70) dan Ny Opi Sopiah (63) tinggal di Jalan Ramajaksa, Lingkungan Sidapurna, Kelurahan Purwawinangun, Kecamatan Kuningan. Rumah orang tua Jajang berada di gang sempit Lingkungan Sidapurna. 

Rumah itu terkesan sederhana dan tidak menampakan jika salah satu anggota keluarga di rumah itu menjadi bahan pembicaraan di Malaysia. Kedua orang tua Jajang yang menikmati masa pensiun itu menerima kehadiran awak media dengan ramah. 

BACA JUGA: Sumur Tua Peninggalan Portugis Masih Mengalirkan Sumber Kehidupan

Dudung pun tak sungkan menceritakan perjalanan anak pertamanya itu yang dipercaya membangun masjid dari bambu terbesar di Malaysia. Jajang sendiri adalah pemilik usaha Bambubos yang berkantor di D.I Yogyakarta.

Ayah Jajang, Dudung, menceritakan jika anak pertamanya itu sebenarnya seorang arkeolog, bukan arsitek. Selain menjadi ahli di bidang bambu, Jajang ternyata masih konsisten dengan latar belakang pendidikannya sebagai seorang peneliti di bidang arkeologi sekaligus hobinya sebagai penulis. 

BACA JUGA: Ian Antono, Tiga Tahun Mengamen di Bus, Kini Pengin Balik ke Malang

Hal ini dibuktikan dengan sejumlah karya tulisannya yang sudah dibukukan seperti buku berjudul Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia, Melacak Batu Menguak Mitos, dan kumpulan cerpen Zanj, novel berjudul Manusia Langit serta buku Manajemen Pelatihan.

Menurut Dudung, anaknya itu menempuh pendidikan di Kabupaten Kuningan mulai dari SD, SMP dan SMA. Setelah lulus dari SMA kemudian meneruskan kuliah ke jurusan arkeolog, UGM Jogjakarta. 

“Jajang itu lulusan SDN 2 Purwawinangun, SMP Negeri 1 Kuningan, dan SMA Negeri 2 Kuningan. Dia diterima di Jurusan Arkeolog, UGM. Bakat dan minat Jajang terhadap alam dan pelestarian lingkungan, sudah terlihat sejak masih duduk di bangku SMA. Anak saya itu aktif di organisasi pecinta alam Smandarikal dan sering naik gunung. Kegiatan pelestarian alam tampaknya merangsang kepekaan anak saya terhadap lingkungan sekitar,” papar Dudung.

Ketika kuliah di UGM, sambung dia, Jajang menjadi anggota mahasiswa pecinta alam (Mapala). Bahkan, hobi naik ke Gunung Ciremai semasa SMA masih kerap dilakukan Jajang bersama teman kuliah atau teman sesama pecinta alam lainnya hampir setiap bulan. 

"Jadwal rutin setiap malam bulan purnama, Jajang pulang ke Kuningan untuk naik ke Gunung Ciremai bersama teman-temannya, bahkan pernah hanya berdua ke Ciremai. Alasannya karena saat malam bulan purnama tidak pernah hujan," terang Dudung menirukan ucapan Jajang kala itu. 

Ketika kuliahnya selesai di tahun 1999, Jajang langsung diminta untuk mengajar sebagai dosen di kampusnya. Namun mulai tahun 2003 dia bersama teman bule bernama Ben Brown mulai menggeluti bambu sebagai bahan ramah lingkungan, hingga mereka pun bersepakat membuat Yayasan Hutan Biru dan perusahaan Bambubos hingga saat ini. 

"Bersama teman bulenya, Jajang kerap berkeliling Indonesia terutama daerah-daerah rawan gempa untuk menerapkan konsep rumah bambu di sana. Bahkan teman bule tersebut beberapa kali datang ke Kuningan dan menginap di sini," ucap Dudung.

Kendati sudah sukses sebagai seorang dosen, peneliti dan juga pengusaha di bidang bambu, lanjut Dudung dan Opi, anaknya pertamanya itu tidak membuatnya lupa diri dan sombong. Jajang tetap berbakti kepada orang tua dan membimbing adik-adiknya hingga semuanya berhasil seperti sekarang.

"Jajang adalah anak yang soleh dan berbakti kepada orang tua sekaligus teladan untuk adik-adiknya. Bahkan saya pernah menemukan satu surat lama dan baru ketemu setahun yang lalu dari Jajang untuk adiknya berisi nasihat yang sangat dalam layaknya orang tua, bahkan melebihi saya," ujar Opi dengan mata berkaca-kaca.

Opi pun mengaku sangat bangga dengan kesuksesan yang kini diraih anak sulungnya tersebut yang telah mengharumkan nama baik keluarga dan tempat kelahirannya Kabupaten Kuningan. 

Karya Jajang bersama anak buahnya di perusahaan Bambubos telah banyak dikenal tidak hanya di Indonesia, tapi hingga Asia Tenggara mulai dari rumah tinggal, jembatan, tugu jam dan yang kini tengah digarap adalah masjid bambu terbesar di Malaysia. 

“Anak saya itu sangat ingin Kabupaten Kuningan mengembangkan budi daya bambu karena potensinya yang sangat besar,” pungkasnya. (*/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan Ajudan Bung Karno Ini Nyentrik, Punya Kebiasaan Unik setiap Agustus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler